"Ah, maaf," lirih Ravino yang tersadar dari lamunannya.
"Anda tidak apa-apa?" tanya Arabella pelan.
Ravino mengangguk dan tersenyum, namun matanya tampak berkaca-kaca.
'Adegan apa itu? Kenapa ada Arabella? Dan kenapa yang baru terputar di kepalaku terasa sangat nyata?' pikir Ravino meraba dadanya.
"Ravino, tampaknya Anda sedang tidak baik-baik saja. Mau pulang sekarang saja?" tawar Arabella.
"Tidak..." Ravino menatap Arabella sendu, "tolong... Sebentar lagi. Temani aku di sini, Arabella," pinta Ravino memohon.
Arabella kebingungan dengan sikap Ravino yang mendadak berubah muram dan sendu. Tapi ia paham, tidak setiap saat orang bisa terlihat ceria. Dan Ravino termasuk. Pria itu memang orang yang ceria, tapi tidak menjamin ia akan selalu begitu.
"Arabella?"
"Ya, Ravino?"
"Bisakah kamu memanggilku Ravie saja?" tanya Ravino hati-hati, tidak ingin menimbulkan kecurigaan.
"Agar lebih singkat." Ravino memaksakan senyumnya, "tapi, jangan dipaksa-"