Mendengar suara jonathan dan seluruh kata-katanya yang begitu menyebalkan hingga menohok sampai ke relung hati, Bryan yang sejak tadi masih bertahan di balik pintu pun akhirnya memutuskan untuk kembali membuka kusen bercat putih di depannya itu, lalu bergegas menyambut seruan Jonathan dengan makian pula. Nampaknya pertengkaran tidak mungkin bisa dihindari. Kali ini kemarahan Bryan dan Jonathan sedang memuncak.
"Hei, Tuan yang terhormat. Kamu bilang aku apa? Pria cacat yang tak punya sopan santun? Jaga mulutmu ketika sedang berbicara, ya. Menghina orang seenak jidatmu sendiri itu juga termasuk hal yang tak sopan. Apakah kamu tidak memiliki cermin di kediamanmu?" Bryan terus mengumpat. Rasa sakit hatinya begitu besar dan tidak tertahankan pada Jonathan.