Setelah Enrico meninggalkan kafe, dia sangat ingin pergi ke suatu tempat.
Dia mengemudi dengan gila-gilaan ke pinggiran Jakarta.
Ada panti jompo tertutup di sini.
Ketika penjaga melihat Enrico datang, dia buru-buru melepaskannya, yang menunjukkan bahwa Enrico sering berkunjung ke sini.
Dia datang ke panti jompo tanpa hambatan sepanjang jalan, dan pergi ke ruang VIP dengan informasi yang baik.
Ada seorang wanita yang duduk di dalam ruangan.
Wanita ini dirawat dengan baik, tetapi dia duduk di kursi roda dengan mata kosong, melihat pemandangan di luar dengan linglung.
Dia seperti burung kenari yang dikurung dalam sangkar, tanpa kegembiraan atau kesedihan, tanpa keinginan atau permintaan.
Begitu Enrico melihatnya, dia tidak bisa mengalihkan tatapannya barang sedetik.
Enrico mendatangi wanita itu dengan lembut, berlutut dengan satu lutut, memegang erat telapak tangan wanita itu, dan berkata dengan pelan.
"Bu—"