"Aku memang tidak kenal siapa kau, tapi, aku cukup mengagumi ketenanganmu. Sepertinya kau tidak takut mati, anak muda."
Rayzen berbicara seolah dia sedang berceramah. Dia sangat cocok menjadi motivator sepertinya, pikir Joe.
"Aku baru melihatmu di kota ini, apa kau pendatang baru?" Tanya Rayzen.
"Pentingkah itu untukmu," balas Joe santai.
Sungguh, membuat Rayzen keki. Kemudian, dia memberikan satu instruksi pada anak buahnya yang bediri di sebelah kanan Joe.
Akibatnya, satu pukulan mendarat di wajah Joe.
"Auhh! Sakit. Pasti itu sangat menyakitkan," ejek Rayzen.
"Cuih!" Joe meludah. Air liurnya sudah bercampur darah.
"Lemah sekali pukulanmu. Apa tidak bisakah kau memukulku lebih keras," tantang Joe.
Sungguh, membuat pria bermata coklat itu naik pitam.
"Keparat!"
BUK!
BUK!
BAK!
"Hentikan!" Teriak Rayzen sambil mengangkat telapak tangannya setelah Joe mendapatkan tiga pukulan keras di wajah. "Kau bisa membunuhnya," ujar Rayzen.
Beat!