"Kau mulai melawan lagi! Kau kira perlawananmu itu bisa membuatmu selamat dari hukumanku? Tidak akan! Lihat saja! Akan ku buat kau melepuh lagi, lebih dari yang kau rasakan di tanganmu itu," ancamnya. Aku menatap kedua tanganku. Masih diperban karena belum benar-benar pulih. Aku hanya mendesis sembari menurunkan kedua tangan ini. Ku tatap dia dengan tajam. Aku tak mengerti apa yang dia katakan dan tak peduli juga. Biarkan dia mengoceh sesuka hati.
Aku pun balik mengancam, "Jika kau melakukan hal itu, akan ku pastikan kau tidak akan bisa menghirup udara bebas lagi dan berbaur dengan para kriminal lainnya di sebuah ruangan bersel."
"Berani-beraninya kau berkata seperti itu kepada Papamu sendiri, Reizero!" Aku melirik orang yang tadi berbicara. Ternyata benar, orang di depanku ini adalah Papaku. Kenapa dia sampai setega itu memukulku? Padahal dia bisa menegurku, memberi tahu aku sesuatu ataupun menasihati, bukannya melakukan kekerasan.