Ellina masih kepikiran dengan mimpi yang semalam terasa sangat nyata. Seakan-akan Eyden memang sengaja mengajaknya berkomunikasi melalui mimpi.
Ellina bergidik ngeri dan tidak ingin memperpanjang urusannya dengan Eyden. Dia hanya merasa Eyden tidak perlu lagi terbebani dengan kepergian dirinya.
Walaupun setengah dari hati Ellina merasa kalau Eyden adalah orang yang memberikannya kehangatan dan juga rasa bahagia.
"Sadar Ellina, bangun dari mimpimu! Kembali kepada kenyataan yang kejam. Kamu hamil anak pria aneh, dan sekarang harus satu proyek dengan musuh sialanmu!" Ujar Ellina yang saat ini memeluk bantalnya dengan sangat erat.
Menyalurkan rasa kesalnya karena mengingat mimpi tadi malam. Entahlah, yang jelas Ellina begitu membenci perasaan bersalah yang kini bersarang di hatinya.
Tok...
Bunyi ketukan pintu tiga kali membuyarkan lamunannya, Ellina segera beranjak untuk melihat siapa yang mengetuk pintu mengganggunya hendak tidur.
Ketika Ellina buka, ternyata Kelen berdiri dihadapannya dengan ekspresi cemas. Tentu saja Ellina segera menyuruh Kelen untuk masuk ke dalam.
"Ada apa?"
"Saya mengkhawatirkan sesuatu. Entah hal ini sudah terjadi apa belum pada anda."
"Maksudnya?"
"Ini tentang Raja Eyden. Saya khawatir dia mengunjungi anda. Apalagi ketika dia tau anda sedang mengandung, maka dia akan melakukan segala cara untuk mencari anda."
Ellina masih tidak paham dengan yang dikatakan oleh Kelen. Terlebih lagi membahas tentang Eyden, maksud Kelen apa?
Kelen masih ragu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Ellina, padahal Ellina sudah mendesak Kelen untuk mengatakan dengan jujur.
"Apa anda pernah bertemu dengan Raja Eyden?"
Mata Ellina segera membulat ketika mendengar ucapan dari Kelen, "da-darimana kamu tau kalau aku sempat bertemu dengannya di mimpi."
Kelen menghela nafas gusar karena sudah tau akan seperti ini jadinya. Pasti Raja Eyden menggunakan batu mimpi sebagai penghantarnya bertemu dengan Ellina di alam mimpi.
"Lalu apa yang anda katakan padanya?" Tanya Kelen dengan cemas.
Ellina yang penasaran dan juga gregetan malah bertanya kembali, "memangnya ada apa sih?"
Ellina tidak suka kalau ada orang yang mempermainkan dirinya apalagi membuatnya merasa bodoh sekarang.
"Dia benar-benar datang menemui anda. Itu bukan mimpi Ratu, tapi itu pertemuan antara ruh anda dengan Raja Eyden. Dia sengaja menggunakan batu mimpi untuk mengunjungi anda."
Ellina terdiam mencerna ucapan dari Kelen yang menurutnya tidak masuk akal. Benar-benar tidak masuk akal, karena menurutnya semua itu pasti hanya dongeng belaka.
"Kamu bercanda? Itu hanya mimpi biasa, kamu jangan membuatku takut."
"Itu bukan mimpi, melainkan pertemuan kalian. Makanya saya tanya, apa yang sudah anda katakan pada Raja Eyden."
"A-aku tidak mengatakan apapun selain menyuruhnya untuk tidak usah khawatir," jawab Ellina gugup karena masih belum menerima kenyataan ini.
"Jadi kemarin, dia benar-benar datang mengunjungiku?" Ucap Ellina pelan.
"Itu benar."
Pantas saja rasanya begitu nyata. Apalagi ketika Eyden memeluknya. Mengingat kembali hanya akan membuat Ellina bergidik ngeri. Ditambah lagi Ellina harus menghindar dari kenyataan bahwa dirinya tengah mengandung buah hatinya bersama Eyden.
"Lalu bagaimana ini? Aku belum menyelesaikan syuting sebelum hiatus, jika dia datang semua ini kacau. Apa yang akan terjadi!" Ujar Ellina panik.
"Saya rasa tidak perlu panik untuk itu. Karena sepertinya tidak akan berpengaruh karena anda tidak mengatakan dimana anda berada, jadi Raja Eyden tidak tau."
Ellina menganggukkan kepalanya dengan ekspresi lega, kemudian menatap heran ke arah Kelen yang bersukarela membantunya.
"Lalu apa yang membuatmu mau membantuku?"
"Karena saya sempat mendengar Yorsa mengatakan tentang kontrak ketika anda baru mengetahui kehamilan anda."
"Hah itu, jadi sekarang kamu paham kan? Apa alasan Yorsa mendukungku untuk menggugurkannya."
"Tidak, itu tetap salah. Hanya saja kalau Raja Eyden tau dimana keberadaan anda, maka semuanya akan menjadi sangat gawat."
"Oke, aku tidak mengatakan apapun kepadanya saat dia bertanya dimana aku berada."
Kelen menghela nafas lega, "bagus kalau begitu."
"Tapi bagaimana jika dia datang ke mimpiku lagi?"
"Tidak bisa sesering itu hanya ketika bulan purnama, dan kemarin malam tepat bulan purnama pertama."
Ellina yang kini menghela nafas dengan lega. Setidaknya dia tidak akan dirundung perasaan bersalah jika bertemu Eyden dalam mimpi dan pria itu bertanya.
***
Mereka sudah mulai syuting sekarang. Drama medical romantis yang Ellina pilih. Lokasi rumah sakitnya juga sudah ditentukan, dan memang benar Ellina tidak terlalu merasa mual dan pusing, entahlah Ellina juga tidak tau seakan bayinya sedang bekerja sama untuk tidak menyusahkannya.
Tidak terasa mereka akhirnya break setelah melakukan beberapa pengambilan adegan. Ellina yang masih mengenakan jas dokter sebagaimana perannya bersandar di kursi yang sudah disediakan oleh Vernon.
Sembari menanti makanan datang, Ellina membaca naskahnya kembali lalu mendengar suara Kelen yang begitu heboh.
"Kenapa tangan anda terluka?!" Tanya Kelen panik.
Ellina melirik ke arah perban di tangannya. Dia terkekeh setelahnya karena mendengar ucapan Kelen yang seakan sudah tertipu oleh perannya.
"Ini bukan cedera beneran, ini hanya buatan. Karena adeganku tadi memang terluka."
"Tapi anda tidak apa-apa kan?"
"Tentu saja tidak, kenapa harus takut ketika tau ini hanya luka buatan."
Kelen menggeleng tidak percaya. Semua yang dia lihat hanya buatan, ini memang kali pertamanya dia melihat syuting drama yang dikatakan oleh Yorsa.
Kelen bertanya-tanya drama itu apa? Apa dia sebuah dunia buatan atau dimensi lain sama seperti dimensi mimpi, dimana Raja Eyden datang menghampiri Ratu ellina lewat mimpinya.
Ellina yang sadar ketika melihat raut wajah Kelen yang masih cemas, bertanya dengan keheranan ke arah Kelen.
"Memangnya akan ada adegan apa lagi?"
"Ciuman."
"Hah? Astaga! Tidak bisa dibiarkan, anda hanya milik Raja Eyden, jangan biarkan seseorang menodai bibir anda."
Ellina kembali terkekeh kecil, "memangnya kenapa? Itu sudah bagian daripada Drama. Kalau tidak dituruti maka aku akan membayar denda."
"Lagipula bibir ini bahkan sudah tidak suci lagi sebelum aku datang ke sana," tambah Ellina dengan santai.
Tidak tau kalau Kelen akan begitu syok ketika mendengarnya. Dia sampai tidak mampu berkata-kata sembari menunjuk Ellina dengan terkejut.
"Lalu dengan siapa ... Jangan bilang dengan pria menyebalkan yang suka mengganggu anda!" Ujarnya yang membuat beberapa kru menoleh ke arah mereka.
Ellina segera menyuruh Kelen untuk diam karena tidak ingin malu mendengar pekikan wanita itu.
"Iya itu benar, mau bagaimanapun dia adalah lawan main di drama. Tapi kamu tidak perlu cemas, ini hanya sebatas profesional kerja belaka."
"Tapi tetap saja! Ini tidak bisa dibiarkan, aku akan menghadapinya langsung!"
Ellina menahan Kelen untuk tidak bertindak macam-macam, karena Ellina juga tidak mau ada yang sampe penasaran tentang apa yang mereka bicarakan sekarang.
"Anda tidak mencintai Raja Eyden ya? Jadi anda mau tetap berciuman dengan pria menyebalkan itu?"
Ellina memutar bolamatanya jengah, "bukan begitu, dan lagi ini hanya sebatas pekerjaan. Kamu tidak usah begitu panik."
"Tapi tetap saja, mungkin hal itu bisa mengundang kedatangan Raja Eyden secara tiba-tiba!"
Ellina mengalah dan memilih untuk diam, "terserah kamu saja."