"Marah ya?"
Tetap tak menjawab, Kayla hanya membalas tatapan Rayan sekilas. Tak berselang lama, tangannya pun di jauhkan karena semua luka pacarnya telah selesai diobati.
"Kayla mau sampe kap-"
"Diem. Gue ngomong juga gak ada gunanya, lo gak dengerin kata-kata gue," potong Kayla. Kali ini matanya benar-benar menatap bola mata Rayan.
Cowok yang sejak tadi duduk di atas brankar sekarang turun dan menghampiri Kayla yang tengah mencuci tangannya di westafle.
"Kay dengerin dulu dong." Raut cemas jelas terlihat pada Rayan. Bagaimana bisa tenang? Melihat Kayla yang sangat marah seperti ini, hatinya tidak akan tenang.
Apalagi tadi, saat pukulan keras terkena pada dirinya, cewek itu menangis deras. Untungnya, Aldi langsung berhenti saat itu juga.
Mungkin dia juga sama tidak teganya melihat Kayla yang menangis seperti itu.
"Gue harus ke Ruang Osis. Terserah lo mau ngapain." Kayla melangkah, hendak meninggalkan UKS sebelum suara Rayan membuatnya menghentikan langkah.