下載應用程式
10.44% Anna and The Beast / Chapter 35: Aturan Keluarga

章節 35: Aturan Keluarga

"Maafkan saya. Ampuni saya, Tuan!" Seorang wanita muda memohon dan memelas, tubuh kecilnya bergetar ketakutan. Detak dadanya pun seakan mencelos.

Storm memberikan tatapan dingin, air mata atau pun tatapan kelam itu seakan tak mampu menembus hatinya yang sudah membeku terlalu lama.

"Saya tidak tahu apa-apa, Tuan. Saya tidak...." Wanita itu menghentikan kalimatnya. Tatapan yang tampak dari pria tersebut menunjukkan bahwa ia tak peduli, dan penjelasan apa pun, sepertinya tidak akan mempan.

Storm melangkah maju, kemudian berjongkok. Ia mengangkat dagu wanita itu dengan ujung jarinya. Ia sering melihat tatapan takut, ia sudah terbiasa dengan wajah-wajah sebelum kematian. Namun entah kenapa kali ini, ada yang berbeda dengan hatinya. Wanita itu terlalu muda untuk mati.

"Aku diperintahkan untuk membunuhmu, dan kau pasti tahu tentang hal itu," kata Storm tenang.

"Aku tidak ingin mati!" lantang wanita tersebut.

"Aku bahkan tidak tahu apa yang telah aku lakukan sampai aku harus mati," lanjut wanita tersebut dengan suara pilu.

Sebagaimana wanita muda pada umumnya, ia hidup secara normal. Ia bekerja pada sebuah bar, ia mendapatkan uang tip dari langganan. Dan hari-harinya berlalu seperti biasa. Lalu, entah bagaimana ia bisa mengalami kejadian semacam ini. Ia tidak tahu letak kesalahan, ia tidak tahu kenapa tiba-tiba ia di kelilingi oleh orang-orang berseragam tersebut. Yang lebih mengejutkan lagi, dia diberitahu bahwa dia harus mati malam ini.

What the fuck!

Storm menatap wanita yang ketakutan itu selama beberapa detik. Ia pun tidak tahu kenapa wanita itu harus mati, yang ia jalankan hanya perintah.

"Kenapa aku harus mati? Kenapa? Kau bukan Tuhan! Kau bukan penentu atas kehidupan seseorang!" Wanita itu berteriak, meluapkan segala kekesalannya. Melepaskan segala penat yang mengendap di hatinya.

Storm berdiri, "kalian keluarlah."

Orang-orang yang ada dalam bekas gudang tersebut keluar.

Kini tinggallah Storm dan wanita itu.

"Tenanglah. Aku tidak akan membuat kematianmu menyakitkan. Dan aku lah yang akan mengurus mayatmu." Storm mengeluarkan pistol. Perintah Bapak adalah mutlak.

"A-aku mohon! Aku tidak mau mati!" Wanita itu mulai memekik. Ia tahu pria di depannya tidak akan membantu, dan mungkin kalau dia tetap diam, dia akan benar-benar mati.

"Aku punya keluarga, aku punya ibu dan adik-adik yang bergantung padaku. Kalau aku—"

"Aku juga punya keluarga. Aku tidak bisa mengecewakan mereka, atau meliat mereka dalam keadaan bahaya. Jadi...." Storm menatap wanita itu. "Aku mengerti bagaimana perasaanmu."

Storm menarik pelatuk, dan mengarahkan pada wanita itu. "Matilah dengan tenang. Aku yang akan menjamin kebutuhan keluargamu."

*

"Kenapa kau datang ke sini?" Malik menyipitkan mata, tampak tak senang dengan kehadiran Kora.

"Ssstt!" Kora mendesis. "Kau selalu mendebatku. Bisakah sekali ini saja, kau diam?"

Sudah menjadi hal biasa, perdebatan di antara Malik dan Kora bukan cerita baru. Mereka memang tidak akur, tetapi keduanya memiliki ikatan yang kuat sebagai saudara. Di balik pertikaian itu mereka saling membantu.

"Aku datang ke sini untuk membantu istrimu. Bapak memintaku mengajari istrimu—"

"Aku belum mengatakan apa pun pada Anna," Malik memotong.

"Hah!!?" Kora mengernyit heran. "Jangan bilang kalau kau tidak memberitahu Anna apa pun tentang keluarga kita!"

Pernikahan Malik memang cukup mencurigakan. Kora yakin, pria itu pasti melakukan semacam trik untuk menipu Anna agar wanita itu menikahinya. Dan sekarang, Kora semakin yakin akan dugaannya tersebut.

Malik mengusap wajahnya. Ia tahu ia salah, tetapi ketakutan yang ada di hatinya membuat Malik menutupi semuanya. Lebih baik seperti ini, ketimbang ia mengatakan kejujuran dan Anna menjauhinya.

"Jadi ... kapan kau akan memberitahunya?" selidik Kora. "Kau tidak berencana untuk menyembunyikan semuanya selamanya kan?"

"Aku masih belum tahu," sahut Malik. Ia bimbang.

"Selamat datang...." Anna menghentikan ucapannya, ia lupa dengan nama wanita itu. Terlalu banyak saudara, Anna sampai tidak bisa mengingatnya satu per satu.

"Panggil saja Kora, Anna." Kora berdiri, menyunggingkan senyum terbaiknya.

"Ah iya, Kora." Anna sedikit kaku.

Kehadiran Kora membuat Anna senang. Setelah pertemuan dengan keluarga angkat Malik, Anna begitu khawatir. Meski Malik sudah memberitahunya bahwa ia tidak peduli, jika salah satu anggota keluarganya tidak menyukai Anna, tetapi Anna tidak bisa. Ia ingin diterima, walau kerabat Malik bukan kerabat kandung suaminya.

"Jangan terlalu formal ya, Anna. Aku bukan polisi, kok, hehehehe." Kora menyadari kecanggungan di wajah Anna.

"Anna, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Kora. Bisakah kau—"

"Kau duduk saja di sini Anna. Lagi pula, apa yang akan kami bahas berkaitan denganmu," kata Kora.

Buk!

Malik sontak menendang kaki Kora. Tak peduli jika Kora adalah wanita. Tetapi di mata Malik, Kora tidak seperti wanita normal lainnya.

"Berhubungan denganku?" Anna menatap heran. Ia tidak memerhatikan Malik, ia terus menatap Kora. Apa maksud wanita itu? Apa ini tentang pertemuannya beberapa hari yang lalu?

Anna langsung duduk, sementara itu, pria yang ada di sebelahnya tak mampu menutupi kekhawatirannya. Kora bukan tipe wanita yang bisa menjaga ucapannya. Bila-bila Kora membongkar semuanya, mengatakan apa yang Malik rahasiakan.

"Apa Malik belum memberitahumu?" Kora tersenyum tipis. Tidak ada yang membuatnya senang selain wajah marah Malik.

"Memangnya ada apa?" Anna menatap Malik, menunggu penjelasan.

Glek!

Malik menegakkan punggung, menarik dasi yang mendadak terasa mencekik lehernya.

Satu menit, dua menit, Malik hanya diam.

"Ah sepertinya dia tidak memberitahumu ya?" Kora menyela.

Anna semakin penasaran, sedangkan suaminya itu semakin tenggelam dalam amarah. Apa yang diinginkan Kora?

"Begini Anna, dalam keluarga kami, Laki-laki atau wanita itu memiliki hak yang sama," Kora menjelaskan. Ia memang suka membuat Malik marah atau pun kesal, tetapi Kora tahu batasan. Ia mengetahui tanggung jawabnya atas pria yang lebih muda darinya, namun menolak memanggilnya Kakak.

"Itu bagus, Kora," sahut Anna.

Anna melihat wajah Malik yang tiba-tiba tegang tanpa sebab. Anna pun menarik tangan Malik, menggenggamnya seraya melempar senyum. Mungkin Malik merasa canggung karena apa yang akan disampaikan oleh Kora.

"Dan, karena itulah, mau cewek atau banci sekalipun, harus mengetahui bela diri. Karena semua cowok dalam keluarga kita paham akan bela diri," terang Kora.

Anna sedikit terkejut, ia langsung menatap Malik. Apakah maksudnya ia harus belajar bela diri?

"Bela diri itu bagus untuk melindungi dan menjaga sesuatu yang berharga bagi kamu. Tidak hanya itu, bela diri sebenarnya juga sangat baik untuk wanita secantik dirimu Anna. Aku yakin, di luar sana, pasti banyak pria yang sering menggodamu, kan?"

Anna teringat dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, saat pertemuannya dengan Erick. Ia juga merasa sangat lemah, karena hanya bisa melarikan diri.

"Tidak perlu. Anna tidak perlu belajar. Selagi ada aku, tidak akan ada yang bisa melukainya. Bahkan menyentuhnya!" Malik menyela. Ia tak ingin Anna mengalami latihan yang menyakitkan dan menyulitkan itu.


Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C35
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄