Setelah mendapatkan teror dari penelepon misterius itu. Boy semakin khawatir.
"Siapa ini?" tanya Boy dengan nada kesal.
"Gue harus temui Wijaya," imbunya dan segera menginjak pedal gas.
"Lo harus tenang. Kita harus cari bukti dulu," kata Johan.
"Bukti apa? Sekarang sudah jelas." Boy berdebat dengan adiknya.
"Lo mau datang tiba-tiba marah-marah ke rumah orang? Pasti bakal di laporkan ke polisi," kata Johan.
"Kita intai dulu," imbuhnya.
"Intai? Rania dalam bahaya, Jo!"
"Gue tahu. Tapi Lo harus mikir juga kebelakangnya gimana," kata Johan.
Boy berhenti untuk menenangkan dirinya sebentar. Dia memikirkan cara untuk mencari tahu keberadaan istrinya. Ia masih mencoba menelepon ponsel Rania. Tapi kali ini tidak dapat di hubungi.
Johan dan Boy menyembunyikan masalah ini. Tapi kenyataannya penculik itu sengaja memberitahu Donny. Dia mengirim surat kaleng kepada Donny dengan isi surat yang memberitahu bahwa Rania dalam genggamannya.