Semua calon prajurit berbaris, menegakkan tubuh mereka, membusungkan dada mereka dan kedua tangan mengepal di samping paha mereka. Menatap lurus kedepan, bukan pria zirah merah itu yang mereka tatap melainkan hal lain, tepatnya tidak ada.
Beberapa saat yang lalu, Belial turun dari podiumnya, berjalan kembali masuk kedalam bangunan utama. Tidak ada yang tahu apa alasan pemimpin mereka nampak gelisah sesaat. Kini ia kembali berdiri diatas podium, tanpa berkata apa-apa menatap dengan sorot mata yang tajam kearah mereka semua.
Pelatihan calon prajurit Kekaisaran bukanlah hal yang dapat diremehkan, mereka semua yang berdiri disana akan diajarkan cara bertarung, menanamkan pikiran mereka untuk membela Kekaisaran apapun yang terjadi, lalu belajar untuk sangat disiplin sebagai nantinya menjadi prajurit yang baik dan terhormat.
"Bagus, sepertinya kalian semua tepat waktu."
Belum ada satu detik Belial berbicara seperti itu, seorang pemuda membuka gerbang utama Benteng Drachen. Tersenyum seperti orang bodoh disaat semua tatapan tertuju padanya karena membuat suara bising dari gerbang benteng.
"A--ah, maaf … Saya terlambat."
Dia menundukkan kepalanya ketika meminta maaf, malu juga takut karena itu adalah hari pertama pelatihan. Belial menatap tajam kearah pemuda itu, menyipitkan matanya bersamaan mengeluarkan aura intimidasi yang begitu kuat. Ia bisa merasakan itu, begitu kuat tekanan yang Belial keluarkan sampai membuat kakinya gemetar.
"Kau, kemari!"
Suara berat nan kuat itu memanggilnya, cukup keras sampai terdengar ke seluruh area benteng. Calon prajurit membuka jalan, membagi menjadi dua, membuka jalan di tengah-tengah mereka untuk jalan pemuda yang datang terlambat itu. Ia melangkahkan kakinya, berjalan diantara sorot mata yang begitu menusuk dan memandang remeh pemuda yang tengah berjalan sambil menundukkan kepalanya. Namun ada juga yang memandangnya dengan rasa kasihan karena ia tahu nasib pemuda itu tidak akan berjalan dengan baik.
Ia berjalan mendekati podium. Kepalanya terus menunduk meski sudah berada di hadapan sang pemimpin prajurit Kekaisaran. Aura kekuatan yang besar bisa ia rasakan, rasa takut semakin menjalar ke seluruh tubuhnya, kakinya gemetar dan kepala seakan terus ditarik untuk menunduk kebawah.
"Angkat kepala mu."
Tanpa berkata apa-apa pemuda itu menuruti perkataan. Meski gemetar ia mencoba tersenyum dihadapan Belial, senyuman kaku terpampang jelas di wajahnya.
"Siapa nama mu?"
Ia langsung menjawabnya dengan suara gugup "E--edward, Tuan."
"Edward. Kau tahu sebagai seorang prajurit kedisiplinan adalah hal utama yang sama sekali tidak boleh lalai dan harus melaksanakannya. Keterlambatan mu itu benar-benar tidak menunjukkan kedisiplinan, mengerti!"
Edward menundukkan kepalanya lagi, senyumannya menghilang berganti dengan wajah penyesalan. Ia tidak berkata apa-apa, mereka yang berada dibawah bersuara. Tidak begitu jelas apa yang mereka katakan, meski pelan tapi sangat jelas mereka mengejek Edward.
"Diam! Siapa yang menyuruh kalian berbicara," Bentak Belial, sekejap mereka semua terdiam. Ia menghela nafas, memijat keningnya nampak lelah di wajahnya meski ini baru hari pertama "Edward, aku akan memberikan mu hukuman nanti. Saat ini berbarislah di paling belakang, aku tidak ingin menghabiskan pagi denganmu!"
"Baik!"
Edward menuruti perintahnya, berlari ke barisan paling belakang seperti yang diperintahkan Belial meski barisan paling belakang itu hanya ada dirinya.
"Baiklah semuanya, hari ini adalah hari pertama kalian menjadi menjalani pelatihan. Ingatlah, kalian sama sekali belum memulai apapun, bahkan kalian disini belum diterima secara resmi menjadi prajurit. Kalian hanya beruntung bisa lolos dalam tes tulis dan kemampuan dasar berpedang, pelatihan ini adalah ujian yang sebenarnya! Mengerti."
"Ya pak!" Jawab mereka serempak.
"Bagus! Sekarang untuk hari ini, carilah pasangan kalian! Gunakan pasangan kalian sebagai lawan kalian! Aku tidak menerima pertanyaan, lakukan yang ku perintahkan cepat!"
Mereka berlarian mencari pasangan mereka, mereka yang sudah bersama sejak pelatihan akan mudah melakukan ini. Tetapi mereka yang tidak mengenal siapapun akan sulit untuk mencari pasangan seseorang yang belum mereka kenal, terlebih lagi untuk Edward.
Menoleh ke kiri dan ke kanan, mereka sudah mendapat pasangan mereka, kecuali Edward. Hanya ia yang tersisa sendirian, ia tidak memiliki pasangan, bukan karena tidak mau tetapi karena tidak ada orang lagi yang tersisa. Semua jumlah calon prajurit di dalam benteng itu berjumlah genap, tetapi karena Edward datang terakhir maka jumlah yang ditentukan berubah.
"Edward, hanya dirimu saja yang tidak mendapat pasangan?"
Semua orang tertawa sinis, mengejek dirinya yang benar-benar sial dihari pertama.
"Baiklah, Edward akan berpasangan dengan ku," Lanjut Belial berbicara, membuat semua tawa mereka berhenti.
Berpasangan dengan sang pemimpin prajurit Kekaisaran adalah keinginan seluruh prajurit Kekaisaran, sebuah kesempatan langka dan terhormat bagi seorang prajurit. Langkahnya membuat para calon prajurit menyingkir, ia melangkah mendekati Edward.
"Prajurit! Bawakan pedang kayunya!"
Beberapa prajurit membawa kotak besar dari gudang yang berada di samping bangunan utama benteng. Kotak berisi pedang kayu yang jumlahnya lebih dari jumlah calon prajurit disini, mereka mengambil satu persatu. Seorang prajurit membawakan dua buah pedang untuk Belial juga Edward.
"Baiklah! Apa kalian sudah memegang pedang kalian, sekarang kalian bertarung lah dengan rekan kalian! Mulai!"
Suara kayu yang beradu terdengar saling bersautan, meski disebut rekan tetapi mereka sama sekali tidak sungkan menyerang pasangan mereka. Namun satu-satunya yang belum bergerak sama sekali adalah Belial dan Edward. Mereka sama sekali tidak bergerak, hanya saling menatap dan hanya Edward yang mengarahkan pedangnya kepada Belial.
Belial memalingkan wajahnya sesaat dari Edward, ia bahkan nampak tidak ingin melihat Edward.
"Jangan bercanda …," Gumamnya pelan.
Sebelum pelatihan dimulai, penasihat Kekaisaran memanggilnya. Penasihat Kekaisaran kedudukannya lebih tinggi daripada dirinya, alasannya karena dia yang paling dekat dengan sang Kaisar dibandingkan dengan Jenderal lain. Ia mau tidak mau harus meninggalkan pelatihan sementara untuk memenuhi panggilannya.
"Kaisar ingin bergabung dengan calon prajurit!? Kenapa?"
"Saya pun tidak tahu, paduka sendiri yang menginginkannya. Beliau berkata jika tidak ada yang boleh dihukum siapapun yang melakukan hal yang tidak sopan atau melukai beliau, ah lalu nama samaran paduka adalah Edward. Tadinya beliau ingin pergi dengan penyamaran yang biasa saja, hanya mengganti pakaian dan mengubah gaya rambut. Tapi merapalkan mantra agar penampilannya berubah seutuhnya dari warna rambut, wajah sampai bentuk tubuhnya."
Itu yang dikatakan oleh Ink Owl kepadanya. Saat ini, ia sedang berhadapan dengan penguasa ras Iblis. Sebagai orang yang sudah mengabdikan hidupnya kepada sang Kaisar, menjadi pedang sang Kaisar, ia tidak memiliki keberanian untuk mengarahkan pedangnya kepada sang Kaisar. Ia lebih baik mati daripada menghunuskan pedangnya kepada sang Kaisar.
'Sial, bagaimana cara ku menyerangnya, Aku tidak pernah berpikir akan melawan Belial. Ya terserahlah!' Ucap Batin Edward, bersamaan ia mengeratkan genggaman pedangnya.
"Sebuah kehormatan bisa berlatih dengan Anda … Tuan Belial," Ucap Edward lalu sedikit demi sedikit mendekati Belial.
Belial membuka matanya lebar, ia tersenyum tipis setelah mendengar ucapan itu.
'Jika itu keinginan paduka, saya hanya bisa melaksanakannya. Mohon ampuni saya, paduka,' Ucap Belial dalam hati, mengangkat pedangnya setelah membulatkan tekad. Ia tidak berniat untuk melawan sang Kaisar, tetapi apa yang ia lakukan saat ini untuk menunjukkan kesetiaanya kepada Kaisar Void "Baiklah, tunjukkan kemampuanmu!"
To be continue