Aluna masih duduk di balik kubikelnya. Menatap paper bag berisi kotak bekal yang dibawanya. Hari ini, dia bangun pagi-pagi sekali, sengaja memasak nasi goreng dan membawanya dalam kotak bekal untuk Julian.
Padahal, sejak malam, isi kepalanya terasa berjejal sekali. Penuh dengan berbagai pertanyaan. Tentang Julian, tentang Davina, tentang bagaimana hubungan keduanya dulu.
Lalu, seperti ada seorang peri yang membisik di telinga kanan, yang mengatakan, "Kamu nggak seharusnya mempermasalahkan masa lalu seseorang, karena kamu pun punya masa lalu yang ingin diterima oleh orang lain."
Namun, ada sosok lain yang berbisik di telinga kiri, yang terus-menerus memberi tahunya, "Cari tahu. Sejauh mana? Sedekat apa? Sampai mana? Bagaimana keduanya dulu?" Yang membuat kepalanya nyaris meledak. Dia penasaran, tapi terlalu enggan merendahkan diri untuk bertanya.
Julian ini diam-diam menghanyutkan ya :D
Seperti biasanya, aku minta sama kalian untuk tinggalkan jejak komentar dan kirim powerstone kalau ingin di up lanjutannya hehe :))
Dan terima kasih yang udah rajin kirim powerstone dan komen di cerita ini. Gaaassssss Chapter 72 niiiiiihhhh?