Sebuah senyuman merekah di bibir Mia, menyebar di pipinya dari sudut-sudut mulutnya, dan perlahan, terpancar dari dalam matanya. Akhirnya, mimpinya yang indah akan terwujudkan.
"Senang sekali...." jawab Mia dengan suara pelan. "Tapi rasa senang itu tidak ada hubungannya dengan siapa kekasih saya, atau seperti apa statusnya…. Saya pasti merasa senang hanya karena orang itu adalah milik saya!"
Shahar menatap wajah Mia yang tampak dimabuk asmara. Pancaran di dalam matanya tiba-tiba berubah gelap, dan muncullah sebersit keinginan untuk menghancurkan kebahagiaan Mia saat itu juga. Meski begitu, perasaan itu hanya sekilas.
Mia tidak menyadari perubahan sesaat di dalam tatapan Shahar. Dia hanya menunduk dan berkata dengan malu, "Tidak mudah menemukan orang yang bersedia menemani kita hingga hari tua, jadi kita harus mengenal dan menghargai pasangan yang kita miliki."
Shahar tersenyum, namun tidak menanggapinya. "Kita berangkat?" tanyanya, "Biar saya antar Mbak Mia kembali ke kantor."