Petra menaikkan alisnya. "Kau tahu sendiri, aku tidak akan berselingkuh." Sambil bicara, dia memesan minuman kepada bartender. "Kenapa tiba-tiba kamu mengajak ke bar? Tumben sekali…."
Candra tersenyum. "Tapi sikapmu kepada Clio tidak begitu!" Setelah jeda sejenak, dia menaikkan alisnya dan bertanya, "Ra, waktu Clio baru saja pulang, rasanya kamu tidak begini?"
"Pasti ada saja hal-hal dari masa lalu yang sulit ditinggalkan…." Mata Petra memandang dengan dalam. "Misalnya mainan yang kusukai ketika kecil. Aku masih merindukannya, terkadang…. Tapi apa yang kurindukan mainannya, atau kebahagiaan yang diberikan mainan itu padaku dulu?" Setelah mengucapkannya, dia menatap Candra.
Candra adalah orang yang pintar, dan sebagai seorang pengacara yang andal, sikapnya bahkan lebih tenang dan tertata. Dia bisa memahami maksud Petra.
"Karena istrimu, atau karena JK?" tanyanya.
Mata Petra yang tajam memicing, dan bibirnya membentuk senyum sinis. Dia tidak menjawab.