Coral Coast College, Madhaven
Kestrea, Lyminael
Seorang wanita berjubah biru gelap dan buku-buku di tangannya berjalan cepat menuju ruang pertemuan. Suara alas sepatunya menggema sepanjang koridor, cukup bising.
"Profesor Yrsa!"
Seseorang memanggil namanya, dari arah belakang. Wanita itu menoleh, "Oh, Noah? Kenapa Kau juga terlambat? Ada urusan apa?" tanyanya beruntun selagi meneruskan langkah.
Noah mengiringinya disamping, "Kairsar Ghent baru saja kembali dari Sleushus. Dengan selamat. Namun tak membawa apapun."
"Benarkah?" Yrsa tak percaya, "Bagaimana bisa secepat itu? Apa yang dia lakukan?"
Noah menggeleng, "Aku tidak tahu."
Yrsa tak menanggapi lebih lanjut, hingga akhirnya mereka sampai di ruang pertemuan itu. Tujuh orang anggota Dewan Penasihat Negara, perwakilan militer dan istana yang sudah hadir disana lekas berdiri, memberi hormat pada Rektor Coast College dan Jenderal itu.
"Terimakasih sudah datang. Pertemuan hari ini Kita tujukan untuk melindungi Kestrea, dan mengambil sikap atas serangan Sleushus terhadap Ihuages ..." Yrsa berbicara di podiumnya seperti biasa, "Saat ini dua Clairvoyance telah dikuasai oleh Sleushus, dan kabar buruknya ..."
Yrsa menghela nafasnya sejenak, "Kaisar Ghent hanya mampu mencegah Zeiv melanjutkan agresinya pada Kita di Kestrea ... atau Freustrel."
"Situasi ini tidak dapat diprediksi ke depannya, sebagaimana Kita tidak dapat memprediksi agresi Sleushus pada Ihuages yang sangat tiba tiba," lanjut Yrsa.
Atmosfer ruangan pertemuan itu semakin dingin, menegangkan.
"Aku rasa Kita sudah tidak bisa lagi menempuh jalan damai. Kepergian Kaisar Ghent kemarin adalah yang terakhir, Kita benar-benar tidak tahu apa lagi strategi busuk Sleushus ..." Torben, salah satu anggota Dewan Penasihat Negara itu berpendapat. "Freustrel masih berpeluang untuk dijadikan sekutu, pun militansi Kestrea sangat bisa disiapkan untuk menghadapi perang ..."
BRAKK! Pintu tiba-tiba terbuka.
"Tidak ada yang diizinkan berbicara tentang perang di Kestrea!" Ghent tiba-tiba masuk ke ruang pertemuan, "Noah, Kau siapkan saja pasukan Kita. Tapi jangan sekali-kali Kau melatih mereka untuk berperang dengan Sleushus."
"Bagaimana bisa Kau melatih pasukan tanpa tujuan? Setidaknya membela negara ini?"
"Saat ini bukan membela, cukup mempertahankan," bantah Ghent. "Sekali lagi, Aku menghimbau pada siapapun yang memiliki hak untuk berbicara soal keputusan negeri ini ..." lanjutnya menatap satu per satu orang disana. Khusus Yrsa, tensi pandangan itu besar, perlawanan penuh.
"Kita, tidak akan pernah berperang dengan Sleushus, Ihuages, Freustrel, atau siapapun di Lymniael. Mengerti?"
"Kaisar Ghent ..." Yrsa akhirnya buka suara, "Apakah setelah Kestrea diserang dan dihancurkan, baru Kau akan memutuskan untuk perang?" tanyanya sarkastik.
Ghent terdiam sejenak, beradu tatap cukup sengit dengan Yrsa, "Profesor, Kau adalah Rektor Senior Coast College. Kau pastinya mengetahui benar apa akibat lebih besar yang dapat terjadi jika Kita sama buruknya dengan Sleushus. Benar begitu bukan?"
Yrsa mengangguk, "Ya, tapi Kau dan Aku, juga harus tahu bahwa di tangan siapa empat Clairvoyance itu berakhir nantinya adalah fokus terpenting saat ini."
Semua orang mengangguk setuju, mendukung Yrsa penuh kecuali Ghent.
"Ya, Blood Stardust dan Crystals of Joule telah berada di tangan Zeiv. Masih sangat beruntung Tears of Elixir, Claivoyance terkuat ada di tangan Kita. Karena itu juga Kau datang kembali dengan selamat dari Sleushus, Kaisar Ghent ..." Frida Mortensen, perwakilan Militer bersama Noah menambahkan. "Jika Bone of Fire di Freustrel turut jatuh ke tangan mereka, Kita akan tamat, Kaisar!"
Ghent tampak berpikir keras, lama-lama Ia pun merasa terdesak oleh argumentasi para Dewan Penasehat. "Baiklah ..."
"Silakan persiapkan prajurit, latih mereka sebagai antisipasi melawan Sleushus ..." ujarnya kemudian, mendapatkan sambutan baik. "Tapi bukan Noah yang akan melakukannya."
Reaksi forum kembali berubah drastis, "Kenapa bukan Noah?"
"Noah memiliki tugas yang jauh lebih besar ..." Ghent melirik Noah sekilas, pria itu tampak bingung, "Misinya bukan di Lyminael. Kau tentu tak lupa apa yang kukatakan kemarin. Temui gadis itu, bawa dia kemari, karena dia adalah takdirmu, pun takdir Kestrea dan Lyminael secara keseluruhan ..."
"Dia yang akan memperkuatmu untuk memimpi negeri ini, terlepas ada di tangan siapa empat'' Clairvoyance itu nantinya," final Ghent.
"Kalau begitu Aku yang akan mengambil alih tugasnya." Frida bernisiatif cepat, bahkan sebelum Noah sempat menanggapi perintah Ghent.
"Ya. Profesor Yrsa, tolong Kau siapkan Noah untuk segera melakukan misinya, secepat mungkin. Kita tidak punya waktu lagi."
****
Perlington Hold, Claywick
Kestrea, Lyminael
Hari sudah gelap, tapi Noah seolah enggan beranjak dari pelataran latihan bersenjata. Pikiran Jenderal itu berkecamuk usai menerima perintah mutlak dari Ghent untuk menjalankan misinya esok pagi.
Noah menghela nafas berat. Tanggannya bergerak ke dada, ke dalam jubahnya. Dilihatnya lagi botol keramik kecil berukiran air dan bunga berwarna biru kristal yang diberikan Yrsa dan Esa tadi siang. "Apakah layak ... seseorang sepertiku memegang separuh nyawa negara ini di tanganku sendiri?" gumamnya pelan.
Puluhan detik Noah hanya terdiam memandangi benda itu, bersamaan dengan pikirannya yang kembali mengingat sosok gadis yang Ia temui di dunia manusia beberapa waktu lalu.
"Bagaimana keadaannya sekarang? Dia pasti sangat ketakutan karena ulahku."
Akhirnya tanpa menunggu waktu lama, Noah memasukkan kembali botol ukiran itu ke dalam saku jubahnya. Pria itu punya tujuan lain; kediaman Ghent. Setidaknya ada yang ingin Ia tanyakan sebelum benar-benar melakukan misinya.
****
Ghent mendelikkan matanya cepat dari tumpukan perkamen di meja begitu mengetahui seseorang masuk ke ruangannya.
"Apa yang membawamu kemari selarut ini? Bukankah Kau sebaiknya istirahat dan bersiap untuk besok?" tanyanya beruntun.
Noah terdiam sejenak, sebelum akhirnya Ia mantap berbicara, "Kaisar, jika Aku boleh bertanya, apa alasanku sampai harus melintasi portal ke dunia manusia? Kenapa Kau mengatakan gadis itu adalah takdirku?
Pertanyaan-pertanyaan yang selama ini terpendam jauh di dalam pikirannya tertutup kepatuhan dan keseganan pada Ghent akhirnya terlontar bebas. "Juga kenapa ... Kau membawa-bawa nama mendiang Ayahku dibalik itu semua? Apa yang sebenarnya terjadi"
"Aku rasa Aku perlu tahu sebelum benar-benar pergi, dan ... kembali dalam waktu yang lama," lanjutnya kemudian.
Ghent menaruh penanya kemudian, menatap lurus Noah yang menuntut padanya. Jiwa muda yang mengapi-api kembali Ghent tangkap dari matanya. Satu hal, Ghent memang bersalah, tak memberi alasan sebelum perintah.
"Noah ..."
"Aku tidak bisa memberitahumu sekarang."
"Tapi Kaisar ..."
"Karena Kau memang dituntut untuk menemukan jawaban atas pertanyaanmu tadi itu melalui misi yang kuberikan padamu," potong Ghent sebelum sanggahan Noah kembali mencuat. "Tapi mungkin ada beberapa hal yang bisa mencerahkanmu atas penasaran itu ..."
Noah meneguk salivanya dalam-dalam. "Apa itu, Kaisar?"
Ghent menghela nafas berat, "Gadis itu ..."
"Adalah gadis pilihan Rhys, mendiang Ayahmu."