"Lo nampar gue?!" tanya Prisya dengan tatapan yang tajam serta napas yang sudah memburu.
Dirinya benar-benar merasa tidak percaya kalau ternyata cowok yang selama ini menjaga dirinya dan tidak suka kalau ada orang yang kasar padanya, ternyata malah berbuat kasar padanya.
Prisya merasa kalau napasnya sudah terasa berat bercampur dengan emosi yang sudah semakin sulit untuk dia kendalikan, kedua matanya sudah berkaca-kaca.
Marsell menatap Prisya yang sekarang tengah menatapnya tanpa mengalihkan pandangan ke arah yang lain, dirinya menatap pipi Prisya yang semula sudah dia tampar.
"Karena lo sudah keterlaluan," ujar Marsell dengan nada yang datar.
Marsell tidak ingin disalahkan dalam hal ini, karena dia juga tidak akan sampai menampar Prisya kalau dia tidak mendengar sebuah kalimat yang dia rasa cukup keterlaluan.