209
...
Rei, maafin aku... Aku yang egois, terlalu takut
menyakitimu. Tapi ternyata kau lebih sakit dariku.
Dan entah dari mana kekuatan itu, aku menyentuuh
dan menyingkirkan kedua tangan mungil yang
menutupi wajahnya. Menangkup pipinya dan
perlahan kedua ibu jariku mengusap bekas air
mata di sana. Wajahnya kacau namun tetap tak
bisa menghilangkan kecantikannya begitu saja. la
tetap jadi yang tercantik di mataku.
la termangu. Tangisnya berhenti sama sekali. Dan
senyumku mampu membuat senyum lain terbit di
wajah cantiknya.
Aku berdiri dari posisiku. Merunduk dan mengecup
puncak kepala Reina lama. Kutarik ia bangkit dari
duduknya. Lalu merengkuh tubuh kurusnya dalam
pelukanku. Dan yang paling membuatku bahagia,
dia balas memelukku erat. Menyurukkan
kepalanya di dadaku. Wangi samponya menyeruak
saat kembali kucium puncak kepalanya
"Kamu tau, Rei?" la mendongak. Tatapan kami
bertemu. Aku tak tahan untuk tidak mengecup
keningnya. Dan kurasakan dia tersenyum lagi.