198
...
"Apa maksud dari foto-foto ini?!" sentak ayah. Aku
dan kak Vanno hanya bisa tertunduk dengan
jemari yang tertaut. Sementara ibu yang terlihat
terpukul, menangis tersedu di samping ayah.
Beberapa lembar foto yang jadi masalah
berserakan di meja.
"Jawab!" seru ayah tertahan. Suaranya bergetar
menahan marah. Aku meringis dalam hati. Tak
pernah kulihat ayah semarah ini selama 14 tahun
terakhir.
Dari sebelum sampai di rumah tadi, perasaanku
memang sudah tak enak. Tidak. Bahkan dari
sebulan lalu hatiku selalu tak tenang. Klimaksnya
hari ini. Saat tangisan ibu dan wajah dingin ayah
menyambut kami pulang tadi, aku tahu jika ini
adalah akhir dari kisah kami.
Karena kecerobohanku yang membiarkan foto-
foto kami berserakan di meja belajar dan lupa
mengunci pintu kamar, ibu menemukannya saat
masuk ke sana. Dan sekarang kami harus
menghadapi kemarahan ayah dan kekecewaan
ibu.
"Vanno!" bentak ayah lagi. Hampir saja
membuatku terperanjat. "Jawab Ayah kalo kamu