197
...
Kurapikan segera foto-foto kami dan
memasukkannya kembali ke dalam amplop.
Mematikan laptop lalu segera turun untuk
bergabung dengan keluargaku.
Kak Vanno sudah berganti baju dan terlihat lebih
segar. Berapa lama aku di kamar tadi? Rasanya
hanya sebentar. Tapi ternyata begitu lama.
Seperti biasa, aku duduk di sampingnya. Memulai
makan malam kami dengan canda. Hingga tiba-
tiba ayah bertanya sesuatu yang sejenak
membuatku tak bisa bernapas.
"Jadi kapan kamu berangkat ke Jogja, Van?"
Aku menoleh pada kak Vanno. Berharap
pendengaranku salah. Atau ayah yang salah
bicara. Tapi kak Vanno salah tingkah melihatku.
Jadi, apa itu benar?
"Belum tau, Yah. Vanno masih ada kerjaan yang
harus diselesein dulu di sini." la melirikku yang
dari tadi tak berkedip menatapnya.
"Jogja?" Aku bahkan tak bisa mendengar suaraku
sendiri. Tapi kak Vanno mendengarnya. la
mengangguk dan menatapku penuh penyesalan.
"Aku harus pindah ke perusahaan cabang di Jogja,