*BAB 24*
Jeffrey tidak bisa menutupi raut wajahnya, kedua matanya berbinar, sudut bibirnya pun terangkat karena terlalu bahagia. Ia lantas memeluk tubuh Violette ke dalam dekapannya, memeluk dengan sangat erat, menghirup aroma wangi Violette yang sangat memabukkan.
"Aku mencintaimu Vee." Jeffrey kemudian mengecup bibir manis Violette, tangannya menangkup kedua pipinya.
"Astaga, aku sangat lega Vee." Ujar Jeffrey menundukkan kepalanya, sudut matanya sedikit berair karena tidak bisa membendung kebahagiaan malam ini.
"Aku selalu ragu ingin mengungkapkan perasaan ku kepadamu, aku takut jika kau hanya menganggap ku sebagai seorang teman saja." Tutur Jeffrey sembari menghapus air mata yang menggenang di sudut matanya.
Violette terkejut dengan penuturan yang di sampaikan oleh Jeffrey, jadi selama ini perasaannya terbalaskan. Ia tidak mencintai Jeffrey seorang diri, karena Jeffrey juga memiliki perasaan kepada dirinya.
Violette juga berpikir sama seperti Jeffrey, ia menganggap jika hubungannya dengan Jeffrey mungkin tidak lebih dari sebatas teman.
"Jeff, kau membuatku juga ingin meneteskan air mata." Rajuk Violette, ia adalah tipikal orang yang mudah terbawa suasana, hatinya terlalu sensitif.
"Aku juga mencintaimu Jeff." Violette berusaha tersenyum lebar, ia tidak boleh menangis karena ini adalah hari bahagia di dalam hidupnya. Ternyata seseorang yang ia cintai, juga mencintai dirinya.
"Apa kita sekarang resmi menjadi sepasang kekasih?." Tanya Violette antusias, mereka saling menggenggam tangan satu sama lain.
"Tentu saja." Jawab Jeffrey mengusap puncak kepala Violette.
Entah sudah berapa lama mereka berada di dalam mobil ini, tepat di depan pintu mansion utama Hampton. Tanpa mereka sadari ada pasang mata yang melihat ke arah mobil mereka, siapa lagi jika bukan para anak buah Jimmy yang bertugas jaga malam.
"Oh, aku bahagia sekali." Violette memeluk tubuh Jeffrey dengan sangat erat.
"Cup. . " Jeffrey memberi kecupan di kening Violette.
"Sudah malam, kau harus beristirahat."
"Apa kau besok akan pergi ke kampus?." Tanya Jeffrey sebelum melepas kepergian Violette masuk ke dalam mansion.
"Hmm ya."
"Apa kau besok pergi bekerja?." Tanya balik Violette, ia sedikit tahu jika jadwal Jeffrey cukup padat. Pria itu harus berangkat ke kantor pagi hari dan keluar kantor pada sore hari.
"Seperti biasa, aku harus berangkat ke kantor setiap hari. Kecuali akhir pekan, kau tahu itu Vee." Jawab Jeffrey, sama seperti kedua orang tuanya. Jeffrey adalah pria yang sangat sangat sibuk.
Terkadang Jeffrey harus melakukan perjalanan bisnis ke berbagai negara hingga berhari-hari lamanya.
"Kau gila kerja." Balas Violette dengan sedikit tertawa renyah.
"Tidak, aku hanya bertanggungjawab melanjutkan bisnis keluarga. Jika aku egois, aku tidak mungkin segila ini dalam bekerja Vee.'' Inilah alasan mengapa Jeffrey sangat menyukai Violette, meski jarak usia mereka yang sedikit jauh namun Violette dapat memahami setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Tak jarang gadis itu juga memberi saran dan masukan untuk Jeffrey.
Violette memiliki pikiran yang cukup dewasa di usianya.
"Jangan bekerja terlalu keras Jeff, berhenti jika kau lelah. Kau juga butuh istirahat, kau bukan robot."
"Lagipula kau adalah pimpinan di perusahaan itu, kau hanya perlu mengawasinya saja tanpa harus turun tangan secara langsung.'' Omel Violette, dan terkadang Violette berubah menjadi gadis yang cerewet.
"Baiklah baiklah. Aku mengerti."
"Kau harus segera masuk. Dan beristirahat." Perintah Jeffrey, ia tidak ingin Violette kelelahan malam ini. Dan akan telat bangun esok hari.
"Kau harus berhati-hati. Hubungi aku jika sudah sampai di mansion."
Jeffrey kembali memberi kecupan di puncak kepala Violette, tak lupa sedikit mengecup bibir manisnya.
"Aku mencintaimu Vee."
"Me too." Balas Violette perlahan menuruni mobil mewah Jeffrey.
"Bye Jeff, berhati-hatilah." Violette melambaikan tangannya ketika mobil Jeffrey dengan perlahan mulai bergerak meninggalkan halaman utama mansion ini.
Keesokan harinya, Violette tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Kemudian harus sedikit berlari menuju garasi karena jika tidak ia akan terlambat masuk kelas.
"Oh shit.'' Umpat Violette kenapa ia harus telat bangun. Entah kenapa ia merasa jika tidurnya sangat nyenyak, mungkin karena ia terlalu bahagia setelah kejadian malam tadi. Kejadian manis yang tak terduga sebelumnya.
Violette meraih kunci mobil secara asal kemudian menekan tombol untuk melihat mobil mana yang akan ia gunakan hari ini.
"Good choice Vee." Puji Violette pada dirinya sendiri karena ia berhasil memilih mobil dengan kecepatan yang tinggi. Lamborghini Gallardo berwarna hitam, yang sesuai dengan outfit yang Violette gunakan hari ini. Kemeja hitam yang dipadukan dengan celana jeans serta dipadukan dengan sneaker.
"Vrumm. . Vrumm. ."
Violette langsung memacu kendaraannya dalam kecepatan yang tinggi, tak perlu diragukan lagi skill berkendara Violette. Karena ia sudah sangat handal dan sudah memiliki surat izin mengemudi.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit bagi Violette untuk bisa memakirkan mobil mahalnya di depan kampus, ia segera keluar dari mobil dan langsung menuju ke dalam kampus.
"Hai Vee.'' Sapa seseorang laki-lak yang tengah melintas di lorong kelas.
"Hai, apa kau baru saja selesai kelas?." Tanya Violette pada laki-laki itu, ia adalah Arthur seniornya di kampus. Namun hubungan Violette dengan Arthur cukup baik dan dekat, karena keluarga mereka pun juga saling kenal. Jadi mereka sudah sering bertemu sebelum memasuki kampus ini.
"Ya, dan aku masih harus masuk kelas selanjut."
"Oh, aku sangat lelah." Keluh Arthur kepada Violette, ia menyenderkan sisi sebelah tubuhnya pada tembok yang ada di sampingnya.
"Semangat."
"Puk . . Puk. . " Violette memberikan tepukan lembut di bahu laki-laki itu. Kemudian berjalan dengan perlahan memasuki ruang kelasnya.
"Terimakasih. . huftt." Arthur menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia melihat kepergian Violette dengan tatapan yang tidak bersemangat.
Tujuan Violette langsung tertuju pada Millie, dari kejauhan ia dapat melihat Millie yang tengah meletakkan kepalanya di atas meja. Suasana kelas ini sedikit berisik karena dosen yang mengajar mereka belum tiba. Tetapi Violette sedikit bersyukur karena ia bisa beristirahat terlebih dahulu.
"Sepertinya kau tidak bersemangat mengikuti kelas ini."
"Vee, sejak kapan kau duduk di sampingku." Millie terbangun dengan refleks yang cepat. Ia tidak menyadari kedatangan Violette.
"Ah ya, rasanya malas sekali. Dan aku sangat mengantuk."
"Hoam. ."
"Tutup mulutmu." Violette menutup mulut terbuka Millie dengan sebuah buku.
"Maafkan aku." Balas Millie dengan tersenyum kuda.
Violette mengabaikan Millie, ia kini fokus pada layar ponselnya. Jari jemarinya lihai menari di atas layar ponsel itu, sejak membuka ponsel miliknya senyum sumringah terus terukir di bibir manis Violette.
Dan hal itu pun membuat Millie merasa curiga, hal bahagia apakah yang bisa membuat sahabatnya ini terus tersenyum sembari memandangi layar ponselnya.
"Berhenti tersenyum. Kau membuatku merasa tidak nyaman." Ujar Millie yang merasa kurang nyaman dengan senyuman itu, karena tidak biasanya Violette tersenyum dengan sukarela hanya karena melihat ponsel.
"Diam." Balas Violette dengan ketus, ia tidak memperdulikan perkataan Millie dan tetap fokus pada layar ponselnya.