Mereka berdua berjalan melewati lorong kelas. Sampai di depan toilet, Rania tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Ia lalu melihat ke arah Evelyn yang ikut terdiam.
"Ev, kayanya gue haid deh." Ujar Rania seraya melihat ke arah Miss v nya. Lalu tanpa aba-aba, ia masuk ke dalam toilet. Dan benar saja, cairan merah itu membekas di dalam celana dalamnya. Rania pun kembali keluar toilet.
"Beneran keluar?" Mendengar pertanyaan Evelyn, Rania langsung mengangguk.
"Oke. Bentar ya. Gue nanti ke sini lagi." Evelyn segera memutar tubuhnya, berlari kecil menuju kantin. Sedangkan sembari menunggu Evelyn kembali, Rania duduk di atas toilet dengan raut yang cukup gelisah. Karena mengingat waktu pelajaran yang masih lama.
Sesampainya di kantin. Evelyn segera membeli pembalut. Lalu segera kembali ke kelas.
Melihat suasana kelas yang sepi, Evelyn berlari kecil. Tapi naasnya. Saat di perjalanan meunuju kelas. Evelyn yang memang fokus berlari, malah tidak sadar bahwa di depannya ada dua orang pemuda yang tiba-tiba muncul dari lorong sebelah kanan, membuat nya menubruk mereka. Dan mengakibatkan dirinya terjatuh, lalu pembalut yang ia pegang terlepas dari genggamannya. Sontak Evelyn terkejut dan langsung kembali mengambil pembalutnya, berdiri, lalu berlari lagi menuju toilet.
Sedangkan dua pemuda itu masih terdiam disana. Keduanya menatap punggung gadis yang tengah berlari kecil tersebut, yang baru saja menabrak salah satu dari mereka.
Kanova menatap punggung gadis itu. Lalu Zellio yang sudah berdiri, mengusap celananya yang barusan terkena debu.
Saat ia hendak mengambil roti miliknya. Ia malah melihat satu bungkus pembalut yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sontak Zellio langsung meraihnya, lalu menatap Kanova seraya mendelik.
"Ka, jangan-jangan ini punya cewe tadi!" Pekik Zellio seraya melempar pembalut nya. Membuat benda itu jatuh lagi.
"Roti gue! Roti gue ketuker sama pembalut?!" Zellio mengambil benda itu kembali.
"Tadi Evelyn. Kayanya dia lagi haid deh." Ucap Kanova membuat Zellio menatapnya serius.
"Jadi, kalo kita ga kasih ini ke dia. Nanti dia pake apa dong? Gue ga mau dia sampe tembus ya."
"Yaudah, sekarang lu ke toilet cewe sana. Gue ke kelas dulu. Bye!" Setelah mengatakn itu, Kanova segera berjalan menjauh. Sedangkan Zellio melangkah bergerak menuju toilet wanita.
Sesampainya di toilet, Evelyn langsung masuk dan memanggil Rania. Rani pun segera keluar dari bilik toilet. "Mana?"
"Ini!" Evelyn langsung menyerahkan benda yang sedari tadi ia genggam.
Tapi setelah mereka melihatnya. Mereka langsung terkejut dengan apa yang Evelyn bawa. Bukannya pembalut, Evelyn malah menyerahkan sari roti rasa coklat kepada Rania. Melihat itu sontak mereka terdiam.
"Ko ini sih? Tadi gue beli pembalut ko! Masa iya berubah jadi roti?!" Kesal Evelyn seraya menaruh roti itu di atas closet.
Rania semakin cemas. Kemudian tangannya memegangi bagian belakang rok nya. Takut-takut darahnya tembus.
Evelyn berfikir sejenak seraya bersandar di closet.
Lalu tak lama, fikiran nya terjebak pada kejadian yang baru saja ia alami. Kejadian di mana dia menabrak seseorang. Apakah mungkin roti ini milik pemuda itu? Jika benar. Evelyn harus kembali ke sana.
"Bentar, gue ke kantin lagi. Bye!"
Saat ia membuka pintu toilet. Dia terkejut karena menemukan seorang pemuda yang tidak asing berdiri di depannya.
Evelyn pun gelagapan karena baru kali ini ia mengobrol dengan seorang pemuda lagi.
"Em, so-sorry. Tadi gue, um ...
"Ini. Punya lo." Zellio menyerahkan benda itu pada Evelyn. Sontak Evelyn mendelik lalu menatap mata Zellio. Namun tak lama, Zellio mengalihkan pandangannya dan segera balik badan seraya berjalan menjauh.
Evelyn yang melihatnya hanya terdiam seraya menatap benda itu yang sekarang sudah ia genggam. Lalu ia melihat bahu pemuda itu yang semakin lama, semakin jauh. Lalu tak lama, bahu itu menghilang di pertigaan lorong.
Setelahnya, Evelyn segera masuk ke dalam toilet.
***
Setelah mengembalikan benda itu pada Evelyn. Zellio kembali ke kelasnya. Di perjalanan menuju kelas, ia dikagetkan oleh suara Kanova yang tiba-tiba saja sudah berjalan di belakangnya.
"Gimana?" Mendengar itu sontak Zellio berhenti lalu menoleh kebelakang. Ternyata benar. Kanova sudah memandangi wajahnya saja dengan raut serius.
Kanova lalu berjalan ke depan, melewati Zellio yang kemudian membalikkan tubuhnya kebelakang seraya berkata, "Gue denger. Dia besok ada latihan cheerleader Di sekolah. Lu ga ada niatan buat nonton dia latihan gitu?"
Zellio pun ikut melangkah. "Besok kan jadwal kita latihan basket Ka. So, kita bisa nonton Evelyn latihan." Ujar Zellio seraya tersenyum puas.
Kanova membalikkan lagi tubuhnya agar bisa berjalan berdampingan dengan Zellio yang tengah melangkah di samping nya. Ia pun berkata, "Kalo suka tuh bilang bego. Jangan sembunyi-sembunyi terus kaya gini. Ga bagus. Keburu di embat sama orang lain. Mampus kan lu!"
"Iya suhu. Gue bakal lakuin apa yang lo mau ko." Balas Zellio setengah minat. Karena jujur, Zellio masih merasa ragu dengan jawaban yang akan diberikan Evelyn nanti. Jadi, untuk mengantisipasi nya. Dia harus mempersiapkan sebuah rencana matang-matang.
Sampai di depan kelas, mereka berhenti. Kanova memimpin Zellio untuk memasuki kelas. Dan kebetulan, guru yang mengajar sedang absen karena ada keperluan mendadak.
Mereka duduk di bangkunya masing-masing dan dengan kegiatan masing-masing mereka juga. Kanova yang mengerjakan tugas, sedangkan Zellio malah merebahkan kepalanya di atas meja, memejamkan mata, mencoba untuk tidur.
Tapi baru saja ia hendak pulas. Ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
Dengan malas tangan Zellio meraih ponsel di dalam sakunya, melihat notifikasi yang masuk ke dalam ponselnya.
Dan alangkah terkejutnya dia. Ternyata notifikasi pesan itu dari Evelyn.
Evelyn:
Thanks buat yang tadi Yo
Zellio mengangkat ponselnya, melihat baik-baik nama kontak yang sekarang tertera di layar ponselnya.
Kanova yang sadar dengan pergerakan Zellio hanya bisa menatapnya sekilas. Lalu tak lama ia berkata, "Gausah lebay deh Yo. Jangan jatuhin reputasi Phoenix. Inget!"
Zellio itu sebenarnya sosok yang dingin. Dingin sekali. Setatus dia yang menjadi ketua tim basket, membuat dia harus bersikap ramah untuk tetap menjaga reputasi Phoenix.
Alih-alih hanya sebagai formalitas, kebiasaan itu malah membuat kepribadiannya agak berubah.
Zellio adalah pemuda yang berbakat, pintar, kaya, dan juga tampan. Banyak sekali murid perempuan yang mengincar dirinya sejak dia masuk sekolah. Tapi entah kenapa, hanya karena kejadian dihukum itu. Hati dia malah berlabuh pada Evelyn. Yang pendiam, kalem, dan tidak banyak tingkah.
Sikap Zellio juga hampir sama dengan Kanova. Tidak suka basa-basi, buang-buang waktu, ataupun memikirkan hal yang tidak berguna.
Jika mereka berdua sedang mengobrol, pasti obrolannya agak kaku dan sedikit canggung. Berbeda lagi jika sudah ada Aris yang ikut di dalamnya. Suasana yang canggung dan kaku bisa terlihat santai karena kehadiran Aris yang kalem.
Tapi sayang, Zellio termasuk orang yang tempramental. Jadi, dia sangat sensitif pada suatu kesalahan atau sesuatu yang menyinggung. Baik dirinya, teman, maupun orang lain.
Memang pantas jika dia dinobatkan menjadi ketua tim basket. Anggota nya saja tidak ada yang berani dan menentang dirinya.