下載應用程式
13.11% Istri Nomor Dua / Chapter 8: IND 7

章節 8: IND 7

“Kenapa melihat saya seperti itu? Mau ngerengek? Atau mau ngadu lagi sama Mama? Ngadu aja, saya udah gak peduli. Karena apapun yang kamu lakukan, tidak akan pernah membuat saya simpatik sama kamu. Camkan itu!”

Butuh beberapa detik, untukku bisa menguasai diri dan rasa sakit akan ucapan Kak Sean tersebut. Namun setelahnya, aku pun mencoba tersenyum, dan mengangguk mengerti pada pernyataan itu.

“Ya, Kak. Rara tau. Dan Rara juga gak akan berharap lebih pada kakak, ataupun pernikahan ini. Karena Rara sadar posisi Rara di mana.” Aku pun mencoba menjawab sebijak yang aku bisa.

“Bagus kalau kamu memang sadar diri,” ucap Kak Sean setelahnya.

“Kalau begitu, sekarang tunjukan kamarnya. Karena saya lelah ingin segera istirahat!”

Aku kembali mengangguk. Sebelum berdiri dari duduk, dan menunjukan satu-satunya kamar yang ada di Apartemen ini.

Begini, sebenarnya ini bukan Apartemen mewah seperti dalam bayangan kalian. Ini hanya loft minimalis, yang memang di peruntukan untuk ditinggali seorang diri. Jadi ... ya kamar di sini memang cuma satu saja.

“Ini kamarnya, kak?” Aku mempersilahkan Kak Sean masuk. Pada kamar, yang sebenarnya jadi ranah pribadiku.

“Kamarnya cuma satu?” keluhnya kemudian. Saat melihat tampilan kamar, yang memang terdapat banyak pernak-pernik milikku.

“Iya, kak.”

“Kenapa cuma satu?”

“Ya, karena emang ... Rara kan cuma sendirian di sini, jadi ... buat apa Rara pakai apartemen lebih luas? Lagi Pula, loft ini juga dekat dengan kampus, jadi—”

“Oke, stop! Saya mengerti,” sela Kak Sean cepat. Seperti malas mendengar penjelasannya.

Aku pun segera menutup mulutku rapat-rapat. Karena tak ingin membuat Kak Sean makin tak nyaman.

“Untung ada sofa di sini. Jadi, mulai malam ini kamu tidur di sana. Oke!” ucapnya kemudian. Setelah memindai kamar ini, dan menemukan sofa malas yang memang sengaja kutaruh di sana untuk bermalas-malasan. Tapi ....

Apa katanya tadi?

“Aku tidur di sofa, Kak?” beo ku pelan. Ingin memastikan pendengaranku barusan.

“Tentu saja? Memangnya kamu mau tidur di mana lagi? Di tempat tidur sama saya? Gitu? Gatel juga kamu, ya?” balasnya ketus sambil tersenyum merendahkan.

Ya, Tuhan. Aku kan cuma bertanya. Kenapa tanggapan Kak Sean seperti itu? Apa ... aku memang serendah itu di matanya.

“Dengar saya baik-baik ya, Ra. Saya memang menyetujui usul Mama, untuk tinggal sama kamu selama di sini, dan membiarkanmu melakukan kewajiban kamu sebagai istri. Tapi, bukan berarti saya akan menjadikan kamu istri yang sesungguhnya. Karena satu hal yang harus kamu tahu. Saya, tidak akan pernah menyentuh wanita yang tidak saya cintai. Jadi, lupakan mimpi kamu untuk hal itu.”

Tuhan, apa aku memang serendah itu di matanya. Hingga dia bisa seenaknya menuduhku seperti ini? Padahal, aku tidak bermaksud menawarkan diriku padanya. Aku cuma ingin memastikan pendengaranku dan keputusannya saja. Tapi, kenapa dia malah ....

“Dan satu lagi!” lanjutnya lagi tiba-tiba.

Sekarang apa lagi maunya?

“Sepertinya kita harus membuat perjanjian dalam pernikahan ini. Agar kamu tau batasan kamu!”

Batasanku? Memang aku harus membatasi diri bagaimana lagi? Apa aku kurang menjauh dari mereka, atau ... apa? Apa perlu, aku menghilang saja dari kehidupannya, agar mereka puas sekalian. Begitu?

“Baiklah. Terserah kakak aja. Lakukan apapun yang menurut Kakak baik. Aku akan menyetujuinya,” jawabku kemudian. Tak ingin memperpanjang masalah ini.

“Bagus. Kalau begitu keluar kamu sekarang. Karena saya mau tidur!” Dia pun lalu mengusir aku seenaknya, sebelum berbalik badan dan menghempaskan diri ke atas tempat tidur tanpa dosa.

Setelah diusir seperti itu. Bisa apa aku selain pergi. Karena sekalipun sebenarnya ini adalah kamarku, tapi dia juga adalah suamiku. Jadi, perintahnya wajib aku jalani.

“Jangan lupa tutup pintunya dan jangan ganggu tidur saya, sampai saya bangun sendiri!” ucapnya lagi, tanpa membuka matanya. Saat aku baru saja sampai di ambang pintu.

“Iya, kak.”

Dengan patuh aku pun melaksanakan titahnya. Sebelum kembali ke ruang tamu dan menghempaskan diri pada sofa yang ada di sana.

Aku lelah sekali. Sungguh! Bukan cuma tubuhku saja, tapi juga hati dan seluruh rasa yang ada pada diriku. Padahal aku sudah mencoba mengalah, dan tak berharap apapun pada pernikahan ini. Tapi, kenapa rasanya tetap terasa sakit, saat Kak Sean mengatakan penolakannya selugas itu dan menunjukan posisiku yang sebenarnya?

Apa yang aku inginkan sebenarnya? Apa ... aku kurang ikhlas? Atau ... jangan-jangan aku sudah berharap lebih pada kedatangannya tanpa sadar? Akan tetapi, apa aku salah jika merasakan hal itu? Karena bagaimanapun, dia itu kan suamiku. Jadi wajarkan, kalau aku— Ah, sudahlah. Sepertinya memang aku yang terlalu lembek.

Lebih dari itu, mulai sekarang aku harus menata hatiku lagi untuk lebih kuat. Karena aku yakin, selama satu minggu ini, akan ada banyak rasa sakit lagi yang akan aku terima dari Kak Sean. Entah itu apa, yang jelas aku harus bisa bertahan.


Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C8
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄