下載應用程式
14.98% BELIEVE IN LOVE / Chapter 43: DI MANA AKU

章節 43: DI MANA AKU

Kiara masih terlelap. Selama dalam perjalanan, Kiara tidak sedikit pun membuka matanya. Leo juga merasa aneh, Kiara bisa tidur sampai tidak ingat apa pun. Lamanya perjalanan bukan hanya di tempuh dengan mobil tetapi juga menggunakan pesawat pribadinya Leo. Dengan hati-hati Leo mengangkat tubuh Kiara dari mobil pindah ke dalam pesawat pribadinya.

Leo tersenyum melihat Kiara masih tertidur. "Baru tahu kalau ada orang bisa tidur seperti orang pingsan. Kamu ini keturunan putri tidur atau apa?" Dipandanginya wajah Kiara dengan seksama. Pipi yang ranum, mata yang indah yang sekarang sedang tertutup rapat, kulit yang putih bersih sekarang tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur. "Ada apa denganku? Kenapa aku selalu peduli dengannya? Hampir 2 bulan aku tidak pernah bertemu dengannya tetapi aku tidak bisa melupakannya." Dielusnya terus pipi ranum Kiara. "Takdir mempertemukan kita kembali. Sekarang aku tidak akan mengalah, kamu akan menjadi milikku selamanya." Leo bermonolog di dalam hatinya.

Setelah puas memandangi wajah Kiara yang sedang terlelap, Leo bergegas pergi ke luar dari kamar pribadinya. "Kamu jaga Nonamu! Kalau sesuatu terjadi padanya, kamu akan mati!"

"Baik Tuan," jawab salah satu bodyguard yang sedang berada di dekat pintu, menunduk hormat.

Leo lalu duduk, mengambil dokumen yang ada di atas meja kecil. Tidak lama kemudian datang salah satu bodyguardnya menghampirinya. "Mau minum apa Tuan?" tanyanya.

"Kopi saja dengan sedikit gula," jawabnya, dengan mata yang terus melihat ke dokumen.

"Baik Tuan." Kemudian dia bergegas pergi.

Sementara di dalam kamar pribadi Leonardo, nampak Kiara sedang menggeliatkan badannya. Perlahan matanya sedikit demi sedikit mulai terbuka, cahaya lampu yang ada di atas tempat tidur sedikit menyulitkan matanya untuk dengan cepat menyadari sekelilingnya. Digosoknya matanya dengan perlahan untuk mengumpulkan kesadarannya.

"Di mana aku?" Pandangannya mengedar ke sekeliling. Diperhatikannya satu per satu barang-barang yang ada di dalam kamar. "Di mana aku? Ini bukan kamarku?" Kiara langsung melihat ketubuhnya sendiri yang masih memakai baju seragam, di sampingnya juga tergeletak jas yang tadi menutupi tubuhnya. "Bukankah ini jas punya Leo yang aku pakai tadi?" gumamnya.

Kiara melihat ke arah pintu, bergegas dia membuka pintu tetapi terkunci dari luar. "Kenapa tidak bisa di buka? Apa di kunci?" Kiara berbicara sendiri. Dipukulnya pintu kuat-kuat, berharap ada seseorang yang mendengar dari luar. "Buka pintunya! Buka!!" teriaknya.

Bodyguard yang berada di luar pintu segera menghampiri Leo yang sedang asyik memeriksa dokumen.

"Tuan, sepertinya Nona telah bangun." Ucapnya dengan sopan.

Leo segera menutup dokumen yang dibacanya, bergegas pergi menuju ke kamar pribadinya. Dari luar pintu terdengar pintu dipukul-pukul.

"Buka pintunya! Buka!!" teriak Kiara dari dalam.

Leo membuka pintu dengan menekan beberapa kode, didorongnya pintu secara perlahan. Terlihat kamar sangat berantakan. Barang-barang yang tadi tersusun rapih di meja sekarang sudah berserakan di lantai. Terlihat Kiara sedang berdiri dengan wajah yang penuh amarah. "Di mana aku?!!" teriaknya.

Leo mendekati Kiara pelan-pelan, diulurkannya tangannya untuk bisa menggapai tangan Kiara. "Kiara, tenanglah. Biar aku jelaskan," bujuknya dengan suara yang lembut.

"Jangan sentuh aku!" Kiara menepiskan tangan Leo yang hampir menyentuhnya.

Langkah Leo terhenti, dilihatnya Kiara dengan lembut mencoba untuk bersabar menghadapi sikap Kiara. "Kemarilah, biar aku jelaskan."

Kiara menatap tajam Leo. Tangannya terkepal menahan amarah. "Di mana aku?! Ke mana kamu membawaku?!" teriaknya.

Bukannya menjawab, Leo malah memanggil bodyguardnya. "Robi, kemari!" teriaknya.

Bodyguard yang bernama Robi masuk. "Iya, Tuan. Ada apa?"

"Urus dia agar terdiam, perjalanan kita masih jauh. Jangan sampai pesawat ini jatuh gara-gara Nonamu itu."

Kiara yang mendengar mereka ada di dalam pesawat langsung bertanya, "apa kamu bilang? Pesawat? Mau di bawa ke mana aku?!"

Robi tanpa basa basi langsung menghampiri Kiara. Memegangi tangannya dan mengeluarkan saputangan dari saku celananya.

"Apa itu?!" teriak Kiara panik. "Lepaskan aku! Lepaskan!"

"Tenanglah Nona, ini hanya obat bius. Nona hanya akan tertidur sebentar saja. Maafkan aku, Nona," ucap Robi, kemudian membekap mulut Kiara dengan saputangan yang telah ditetesi cairan obat bius.

Sekuat apa pun Kiara melawan, tenaganya kalah dengan tenaga seorang lelaki. Pukul-pukulan tangan mungilnya hanya seperti gigitan semut buat Robi. Perlahan pukulan-pukulan Kiara semakin melemah, hingga akhirnya terkulai tidak berdaya.

Leo yang melihat Kiara sudah terkulai segera membopong tubuh Kiara ke tempat tidur. "Pergilah."

"Baik, Tuan." Robi segera ke luar dari kamar itu dan kembali berjaga melanjutkan tugasnya.

Leo melihat ke sekeliling kamar yang berantakan. "Sejak kapan dia terbangun? Kamar ini tidak berbentuk lagi."

Dilihatnya kembali Kiara yang sedang tertidur karena pengaruh obat bius. Leo tersenyum, dielusnya pipi ranum itu dengan jarinya. "Kamu cantik sekali Kiara. Seorang Leonardo saja, mengagumi kecantikanmu." Perlahan kepalanya menunduk mencium bibir merah ceri yang dari tadi menggodanya.

Dielusnya bibir Kiara perlahan. "Bibir ini sekarang menjadi canduku."

Setelah lama melihat Kiara yang tertidur karena pengaruh obat bius, akhirnya Leo pun tertidur. Tangannya melingkar di pinggang ramping Kiara.

.....

"Sudah sore, kenapa Papa belum juga pulang Ma?" tanya Bagas.

"Duduklah. Mama pusing lihat kamu dari tadi, mondar mandir seperti setrikaan. Duduk!"

Bagas tidak menuruti kemauan Mamanya, sesekali berjalan ke arah jendela untuk melihat Papanya sudah pulang atau belum. Entah sudah berapa gelas air putih yang diminumnya, hatinya sangat gelisah memikirkan kekasihnya yang sekarang entah berada di mana.

"Kenapa Papa lama sekali sih Ma?" rengek Bagas.

"Papa pulangnya kadang tidak menentu. Kalau banyak pekerjaan, bisa pulang tengah malam," jawab Mama. "Kamu mau menanyakan bagaimana ke Papa tentang Kiara?"

"Entahlah Ma, Bagas juga bingung." Bagas duduk disebelah Mamanya, menyandarkan tubuhnya menatap langit-langit.

Beberapa saat mereka terdiam, sementara Mama sibuk merangkai bunga segar ke dalam vas yang tadi dipetiknya dari tamannya sendiri.

Dreet ... dreet ... dreet ...

Ponsel Bagas bergetar. Dilihatnya di layar ponsel nama Ibu Kiara yang tertera. "Ma, Ibunya Kiara telepon lagi."

"Angkat saja dan bilang kita belum dapat kabar tentang anaknya. Karena memang itu kenyataannya," kata Mama.

"Bagas tidak enak Ma, tidak tega mau bilangnya."

"Terus kamu mau bilang apa? Jangan berbohong, bicara yang sebenarnya saja," kata Mama.

Bagas melihat ke layar ponsel yang masih tertera nama Ibu Kiara. Tidak lama kemudian ponsel berhenti bergetar.

Lama Bagas hanya memandangi layar ponsel, pikirannya kosong.

"Kenapa tidak diangkat?" tanya Mama, meletakkan setangkai bunga mawar di atas meja.

"Bagas merasa tidak enak bicara dengan Ibunya Kiara. Bagas merasa bersalah, bukankah kita yang memperkenalkan Kiara dengan Pak Leo."

Mama terdiam begitu Bagas mengatakan itu, hatinya membenarkan apa yang Bagas katakan. "Sudahlah, kita tunggu Papa saja."

"Bagas mau ke kamar, kepala rasanya sakit." Bagas kemudian pergi melangkah menuju kamarnya.

"Bi," teriak Mama. "Bibi, tolong buatkan jus jeruk buat Bagas. Antarkan ke kamarnya."

Bibi yang sedang berada di dapur. "Iya, Bu."

Mama melanjutkan kembali merangkai bunga-bunga kesayangannya di dalam vas bunga. "Cantiknya," gumamnya.

...

Di dalam sebuah rumah yang bergaya Eropa, nampak seseorang sedang terbaring di atas tempat tidur berukuran king size. Kamar yang didominasi warna putih dengan dinding yang dihiasi lukisan-lukisan indah dari pelukis-pelukis terkenal. Nampak di sudut kamar, satu set sofa turut menghiasi isi kamar. Terlihat seseorang sedang berdiri tegak di depan jendela, memandang ke luar melihat hamparan rumput dan bunga-bunga yang sedang menari diterpa angin. "Kita akan mengawali semuanya dari sini, Kiara."

Tok ... tok ... tok ...

Seseorang mengetuk dari luar pintu. "Masuk!"

Pintu di buka, terlihat seorang pelayan yang mengenakan seragam hitam putih memasuki kamar. "Tuan Leo, makanan sudah siap."

Leo melihat ke arah pelayan. "Aku makan di sini saja. Siapkan di sini untuk 2 orang." Tatapannya beralih ke seseorang yang sedang terbaring. "Kiara, belum bangun juga," gumamnya.

"Baik, segera disiapkan Tuan," jawabnya lalu pergi dengan segera.

Leo mendekati tempat tidur. Dilihatnya Kiara sedikit menggerakkan tangannya. Mata indahnya sedikit bergerak-gerak berusaha untuk terbuka. Perlahan tangannya menyentuh kepalanya, "sakit, kepalaku sakit," ucapnya pelan.

Leo perlahan duduk di pinggir tempat tidur memperhatikan Kiara yang sedang berusaha membuka matanya.


創作者的想法
lyns_marlyn lyns_marlyn

Ikuti terus kelanjutan cerita Leo dan Kiara. Bisakah Leo mendapatkan Kiara?

Jangan lupa tinggalkan komentar atau vote di setiap chapter

章節 44: KURANG AJAR

Leo terus memperhatikan Kiara yang melakukan pergerakan-pergerakan kecil di tempat tidurnya. Sekali-kali matanya dia gosok dengan jemarinya, kepala yang mungkin masih terasa sakit karena pengaruh obat bius dia pijit perlahan tetapi dengan mata yang masih tertutup.

"Kenapa kepalaku sakit?" gumamnya. Perlahan matanya terbuka memperlihatkan iris coklat yang sangat Leo sukai. Dilihatnya langit-langit kamar yang ada di atasnya, perlahan tatapannya mengedar ke sekeliling. Diperhatikannya setiap sudut kamar, sampai akhirnya kesadarannya terkumpul semua. "Di mana aku?" gumamnya pelan.

"Dirumahku yang sebentar lagi akan menjadi rumahmu juga," jawab Leo di samping atas Kiara, sedang bersandar di kepala tempat tidur.

Kiara hampir saja meloncat karena kaget. "Astaga, jantungku hampir saja copot!" Teriak Kiara melemparkan bantal yang ada di sampingnya dan langsung di tangkis dengan tangan oleh Leo.

"Tenang Nona, tidak baik untuk kesehatanmu apalagi jantungmu." Leo malah menggodanya.

"Di mana aku?" tanyanya, memegangi kepalanya yang sakit. "Kepalaku sakit."

"Tenanglah, kamu aman di sini. Kamu sekarang berada di rumahku," jawab Leo tenang dengan bibir yang terus tersenyum.

Kiara memperhatikan sekelilingnya kemudian perlahan ingatannya satu per satu terkumpul. "Bukankah tadi aku bukan berada di kamar ini?" Kiara memijit keningnya kemudian matanya perlahan melihat baju yang dikenakannya. "Baju siapa ini? Tadi aku masih memakai baju seragam." Kiara mengalihkan pandangannya melihat ke Leo yang sedang memperhatikan dirinya. "Siapa yang menggantikan bajuku?!"

Leo menjawab hanya dengan mengangkat bahunya, dengan senyum yang sangat menyebalkan di mata Kiara.

"Siapa yang menggantikan bajuku?!!" teriaknya.

Leo berdiri, berjalan memutari tempat tidur mendekat ke tempat Kiara. "Menurutmu siapa?" tanyanya yang tiba-tiba saja terbersit ide untuk menggoda Kiara.

Kiara menarik selimut yang ada didekatnya, "kenapa baju yang aku pakai seperti ini? ini bahkan tidak pantas di sebut baju. Aku bisa masuk angin."

Leo tersenyum, dimatanya sekarang Kiara sangat menggemaskan. "Itu lingerie, menurutku sangat bagus. Nanti kamu harus sering memakai seperti itu."

"Siapa yang mengganti bajuku? Kamu?!" tanyanya lagi.

Leo tertawa. "Menurutmu siapa? Hantu yang mengganti bajumu?"

"Kamu melihat semuanya?" tanya Kiara pelan. "Kamu melihat semuanya?!" tanyanya ulang.

"Tentu saja, aku melihat semuanya. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bahkan aku tahu, di mana saja letak tahi lalatmu." Leo dengan sengaja menggoda Kiara sambil menurun naikkan alisnya.

"Brengsek!!" Kiara bangun dari tempat tidurnya mengambil bantal yang ada di dekatnya hendak melemparkannya ke arah Leo.

Leo bersiul, melihat Kiara yang berdiri memakai lingerie. Matanya tidak lepas dari tubuh Kiara, memandangi dengan tatapan lapar dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Kiara yang hendak melempar bantal, diurungkannya. Melihat Leo yang menatap lapar ketubuhnya, dengan segera bantal yang hendak di lempar dipakainya untuk menutupi tubuhnya.

"Ayo, lempar sini. Kenapa malah di buat untuk menutupi tubuhmu," ucap Leo melangkah semakin mendekati Kiara, sehingga jarak di antara mereka hanya terpisahkan bantal.

"Mau apa kamu?! Menjauh dariku! Jangan mendekat!!" Kiara mendorong tubuh Leo dengan satu tangan.

Leo menarik bantal yang menghalangi jarak mereka dan melemparnya sembarang arah. "Jangan pernah ada yang menghalangi di antara kita." Leo mendorong tubuh Kiara ke belakang sehingga membuat tubuh Kiara terlentang sempurna di atas kasur empuk. Dengan segera Leo naik ke tubuh Kiara, tangan Kiara yang berusaha untuk melepaskan diri dijepitnya di atas kepala dengan satu tangannya yang besar.

Dalam sekian detik, mata mereka saling menatap. Degup jantung di antara mereka berirama dengan sangat cepat. Tubuh mereka hanya terhalang kain tipis yang menutupi tubuh mereka. Perlahan Leo menurunkan pandangannya, dari mata indah Kiara turun ke bibir merah ceri yang sering mengumpat dirinya. Bibir yang saat ini sedang tertutup rapat tetap menggoda di mata Leo. Perlahan Leo mendekatkan bibirnya ke bibir Kiara.

"Lepaskan aku, kamu berat!" kata Kiara, berusaha menghindar dari apa yang akan Leo lakukan.

Leo tidak memperdulikannya, darah lelakinya telah bangkit. Dilumatnya habis bibir Kiara yang selalu menggodanya. Mata Leo tertutup sempurna, begitu menikmati ciuman yang dia lakukan. Sementara Kiara masih berusaha memberontak tetapi apa daya bila tenaganya kalah besar dengan tenaga Leo.

Perlahan-lahan tanpa sadar, Kiara mulai terbuai dengan ciuman Leo. Dirinya membiarkan Leo melumat habis bibirnya.

Leo yang menyadari itu, membuka matanya dan melepaskan ciumannya. "Balas ciumanku, sayang. Ikuti gerakan bibirku," ucapnya dengan suara yang mulai berat dan mata yang sudah mulai diselimuti kabut gairah.

Kiara menatap dalam iris mata Leo, mencoba mencari jawaban kenapa Leo memperlakukannya seperti ini. Apa Leo menyukaiku atau hanya mempermainkan aku saja? Tetapi sebelum pertanyaannya terjawab, Leo sudah melumat kembali bibirnya. Perlahan Kiara mengikuti gerakan bibir Leo, merasakan apa yang sedang Leo rasakan. Leo tersenyum di dalam ciumannya, Kiara ternyata mau membalasnya.

Sedang asyik-asyiknya mereka berdua berciuman, pintu kamar di ketuk seseorang dari luar kamar.

Tok ... tok ... tok ...

"Tuan, makanannya sudah siap." Teriak seseorang dari luar pintu.

Leo yang mendengar suara dari luar pintu, dengan berat hati melepaskan ciumannya. Diusapnya bibir Kiara untuk membersihkan salivanya. Leo tersenyum, dikecupnya kening Kiara sekilas. "Kita lanjutkan nanti." Kemudian dia bangun dan menyelimuti tubuh Kiara yang hanya memakai baju tidur tembus pandang.

"Masuklah, bawa makanannya," teriak Leo sambil merapihkan bajunya.

Pintu kemudian terbuka, dua troli susun dengan beraneka macam makanan masuk ke dalam kamar. Diikuti beberapa pelayan yang siap untuk menyajikan.

"Cepat! Kita sudah lapar dari tadi." Leo dengan suara tegasnya memerintah kepada para pelayannya.

Kiara yang memperhatikan dari tempat tidur, sedikit heran dengan Leo. "Tadi dia terlihat sangat lembut, wajahnya sangat manis. Tetapi sekarang bicara dengan pelayannya terlihat garang dan galak. Dia seperti orang yang berkepribadian ganda. Aku benar-benar tidak memahaminya," ucapnya dalam hati. "Aku harus berhati-hati menghadapi dirinya."

"Cepat! Aku menggaji kalian bukan untuk bekerja lelet seperti ini," teriaknya dengan wajah kesal karena tadi terganggu sedang asyik-asyiknya dengan Kiara.

Kiara mengedarkan pandangannya melihat isi kamar. "Aku baru sadar kalau kamar ini begitu mewah. Lihatlah berapa harga lukisan yang terpajang di dinding. Pajangan-pajangan kristal yang di atas meja, aku bahkan tidak tahu berapa harganya satu per satu." Kiara berbicara sendiri di dalam hatinya. "Tetapi tunggu, tunggu. Aku ada di mana??" Kiara kembali tersadar tentang keberadaan dirinya yang tidak tahu ada di mana.

"Sudah selesai Tuan." Salah satu pelayan menghampiri Leo yang sedang berdiri tegak di depan jendela melihat ke luar.

Leo membalikkan badannya, tidak ada sedikit pun senyum diwajahnya. "Keluarlah!" Ucapnya. Kemudian melangkah mendekati Kiara yang sedang menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

Para pelayan satu per satu ke luar dari dalam kamar. Kiara bisa menghitung pelayan berjumlah 5 orang, 2 diantaranya wanita yang bukan berasal dari Indonesia.

"Leo," panggilnya, tanpa mengalihkan pandangannya dari para pelayan.

Leo berdiri tepat di samping Kiara. "Iya, ada apa?"

"Kenapa pelayanmu ada orang asingnya, kita ada di mana?" tanya Kiara bingung.

"Pakailah ini," Leo mengulurkan piyama. "Kamu harus memakainya. Makan dengan baju tidur seperti itu, bukan makanan yang aku makan tetapi dirimu nantinya yang aku makan." Leo tersenyum, membantu Kiara untuk berdiri dan membantu memakaikannya.

Kiara yang merasa risih diperlakukan seperti itu, menepiskan tangannya Leo. "Aku bisa sendiri. Jangan mencuri kesempatan dalam kesempitan. Dasar otak mesum," ucap Kiara ketus.

Bukan Leo namanya kalau tidak bisa membalas perlakuan Kiara kepadanya. Dengan cepat Leo mencium bibir Kiara sekilas.

"Dasar otak mesum! Otak mesum! Otak mesum!" teriak Kiara ulang-ulang.

Leo tertawa menanggapi teriakan Kiara. "Tapi kamu suka, bukan? Buktinya tadi kamu membalas ciumanku."

Kiara cemberut, dirinya memang selalu kalah kalau berhadapan dengan Leo.

"Mau makan tidak?" tanya Leo, sudah duduk di depan meja yang sudah penuh dengan beraneka macam makanan. "Ke sini." Leo menggeser kursi agar Kiara duduk di kursi itu.

Kiara berjalan pelan menghampiri Leo. Duduk di kursi yang disediakan Leo untuknya. Matanya berbinar melihat berbagai macam hidangan yang tersedia.

"Makanlah yang banyak agar tubuhmu tidak kurus. Aku tidak mau di saat memelukmu, tubuhku kesakitan karena tulang-tulangmu," kata Leo.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk memelukku. Aku bahkan tidak mau kamu peluk. Kamu yang selalu memaksaku!" Jawab Kiara ketus.

Leo yang akan menyantap makanannya terhenti melihat ke arah Kiara. Wajah yang tadi terlihat manis berubah menjadi penuh amarah, matanya tajam menatap Kiara. "Jangan memancing amarahku."

Kiara yang masih kekanak-kanakan, membalas tatapan Leo dengan tidak kalah tajam. "Memang benar kamu yang selalu memaksaku! Buktinya aku sekarang tidak tahu ada di mana, kamu sama saja sudah menculikku!"


創作者的想法
lyns_marlyn lyns_marlyn

Bagaimana ya Leo dan Kiara ini?

Ikuti terus kisahnya

Jangan lupa tinggalkan vote agar author tambah semangat

Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C43
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank 200+ 推薦票榜
    Stone 0 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄

    tip 段落評論

    段落註釋功能現已上線!將滑鼠移到任何段落上,然後按下圖示以添加您的評論。

    此外,您可以隨時在「設置」 中將其關閉/ 打開。

    明白了