下載應用程式
12.78% It’ Precious / Chapter 28: Perbincangan Rumit

章節 28: Perbincangan Rumit

Mama telah keluar dari dalam kamar Lisya. Meninggalkan anaknya sendirian yang baru saja diberi kabar yang sebenarnya tentang keberadaan Vanka di keluarga ini. Mama keluar ketika Lisya akhirnya bisa menenangkan dirinya dari seluruh cerita yang baru saja didengarnya.

Reaksi Lisya sendiri adalah, dia masih belum terlalu matang dengan apa yang sudah diceritakan. Karena Mama berharap Lisya bisa langsung paham dengan cerita bahwa dia yang dikenalkan dengan Adimas dari cerita masa lalu itu. Namun, Mama yakin Lisya adalah anak yang bisa mengelola kehidupan dia. Terutama perihal keberadaan dia di keluarganya sekarang ini.

Mengerti banyak hal yang diketahui Lisya sendiri, jika ternyata keluarga Natawijaya adalah keluarga Adimas yang dulunya sudah dikecewakan. Lisya tidak menyangka jika dia selama ini sudah punya perasaan yang sama posisinya dengan keluarga ini. Jika mereka tidak menyukai Vanka. Awalnya, Lisya tidak mengetahui ini semuanya.

Sempat dia terkejut dengan perkataan Mama. Mengerti jika perasaannya ke Vanka sudah diketahui oleh banyak anggota keluarganya sekarang ini, dia merasa apa ada yang salah dengan keluarga Natawijaya yang selama ini juga membenci Vanka. Karena itu, Lisya pun bertanya-tanya. Apa yang sudah terjadi dengan cerita di masa lalu tersebut.

Setelah meninggalkan kamar Lisya, Mama mulai menilik kabar Vanka. Mama bukannya tidak bertanggung jawab atas Vanka, tapi dia juga punya tugas untuk mengemong Vanka. Dia pun membuka pintu kamar Vanka. Dan melihat jika anak bungsu perempuannya itu sedang tidur terlelap sekarang, dengan buku journal yang ada di sebelahnya sebagai kado natal. Melihat itu, Mama pun langsung kembali menutup kamar Vanka.

Dan langsung saja Mama turun ke lantai dua, dimana dia ingin bertemu dengan Papa. Yang entah apa berada di kamar mereka berdua, atau ada di ruang kerjanya. Setelah Mama mencari-cari, akhirnya Papa pun ditemukan saat berada di ruang kerjanya, sedang memainkan laptop. Suara Mama yang menyapa suaminya itu, membuat Papa langsung saja menengadahkan kepalanya melihat siapa yang sudah ada di ujung pintu di sana.

"Iya, Ma? Ada apa? Apa sudah bangunin Lisya dan nemenin dia makan? Gimana kabar Lisya?" tanya Papa yang bertanya tentang apa yang diketahuinya beberapa jam yang lalu, saat Istrinya dan Syika pergi ke kamar Lisya.

"Pa, dia tidur lelap sebelumnya. Tadi Mama bawain makan buat Lisya sama Syika. Kita bertiga cerita banyak hal. Tapi nggak taunya Mama jadi bicarain masalah politik kelahiran Vanka, Pa. Lisya tanya apa dia bisa leluasa cerita ke Adimas tentang keluarga kita ke Vanka. Karena itu, Mama cerita tentang keluarga Adimas dan ujungnya omongin tentang perjanjian kelahiran Vanka. Jadi, Lisya sudah tau Pa," ujar Mama yang merasa sedikit tidak bisa santai sekarang.

Karena Lisya sudah tau gimana cerita tentang keberadaan politik keluarganya ini. Mama belum terlalu yakin, apakah Lisya bisa menjadi apa yang diharapkan keluarga besar Natawijaya. Dan cerita tentang Vanka pula. Bagaimana dengan langkah kedepan yang akan diambil untuk bisa menuntaskan adanya hutang masalah di keluarga ini.

Papa terlihat mengerutkan dahinya melihat Mama. Karenanya saat ini Papa juga masih menjalankan perjanjian 'Kipratekar' ini. Papa mengaku jika perjanjian ini memang tidak bisa dianggap enteng. Karena mereka juga menanggung nasib dua orang wanita yang memang sudah menjadi tanggungan keluarga Natawijaya.

Tapi, setidaknya Papa tau kalau ambisi seorang Adimas di dulu kalanya tidak mungkin untuk dijelaskan secara langsung ke Adimas sekarang ini. Dia masih terlalu muda. Adimas tidak mengerti keberadaan dia dulu kalanya, jika dia adalah reinkarnasi. Dan sebenarnya salah satu hal seperti ini tidak bisa dianggap remeh. Mengerti jika Papa Haikal yang mengambil alih bersama dengan keluarga Natawijaya lainnya. Dari adanya perjanjian 'Kipratekar' ini.

"Apa Mama jadi nggak bisa tenang sekarang? Kalau memang Lisya sudah tau, sudah waktunya kita akan mengajak bicara Lisya baik-baik. Karena keadaan di masa lalu, bahwa keluarga kita dahulunya adalah keluarga yang memihak Lisya. Kita harus memberi kabar ke Lisya, mengenai perjanjian ini sendiri. Sampai mana Mama sudah memberi kabar ke Lisya?" tanya Papa yang ingin segera saja mengajak Lisya bicara mengapa dengan keberadaannya di keluarga ini. Papa tau jika anak sulung perempuannya itu masih bertanya-tanya banyak hal di pemikirannya.

"Yang Mama bicarakan cukup banyak. Mama bicara awal mula perjanjian 'Kipratekar' yang dibuat oleh Vanka di masa lalu dengan latar belakang ceritanya dan kenapa Vanka dilahirkan karena adanya perjanjian ini. Mama juga bicara jika Adimas adalah seorang yang tadinya menyukai Vanka di masa lalu dan mengecewakan keluarganya yang adalah keluarga Natawijaya di saat ini. Dan Mama juga cerita ke Lisya kalau dia sekarang berada di keluarga Adimas di masa lalu. Terakhir tentang Adimas yang punya ambisi untuk mengambil perjanjian yang Vanka buat karena alasan jika dia sudah dikecewakan Vanka dan mengecewakan keluarga Natawijaya," Mama memberi tau apa saja yang sudah dia baru saja ceritakan ke Lisya.

"Cukup banyak sekali yang kamu ceritakan ke Lisya. Bagaimana reaksinya? Papa tau dia mungkin masih terkejut dan pastinya masih banyak yang ingin dia tanyakan lebih lanjut. Kalau begitu, jika suatu waktu kita ajak bicara Lisya lagi. Apa yang perlu kita persiapkan kalau sewaktu-waktu dia bertanya sesuatu yang kita sulit untuk bicarakan? Papa sudah menimang apa saja yang nantinya akan ditanyakan Lisya. Bagaimana jika dia bertanya apa yang harus dilakukannya kedepan dengan mengetahui jika kita menjalankan perjanjian yang dulunya dibuat oleh Vanka? Atau apa yang harus kita persiapkan agar Lisya bisa menyesuaikan dengan keberadaan masalah ini? Dia sudah cukup umur untuk bisa menjalankan tugasnya," ucap Ayah yang bertanya apa yang dia dan istrinya akan persiapkan sebelumnya.

Mengingat tentang apa yang sebenarnya keluarga harus memberi arahan ke Lisya, pertanyaan Papa tadi memang penting. Keduanya harus berpikir dengan matang, apa yang harus mereka lakukan agar Lisya bisa selaras dengan keberadaan keluarga Natawijaya dengan perjanjian yang sudah mereka ambil dengan kelahiran Vanka.

Sebenarnya Papa dan Mama mau agar Lisya bisa bebas dengan keinginannya untuk menjadi seorang penyanyi. Tapi, mereka takut sewaktu-waktu jika Vanka mengetahui semuanya dibalik keberadaan politik akan perjanjian ini. Apalagi jika dia tau kalau keberadaannya tidak diinginkan. Mama tau Vanka akan mencoba untuk mengambil alih perjanjiannya. Tapi Mama tau Vanka punya kepribadian yang manja. Dia tidak mungkin akan bertindak cepat. Atas dasar itu, Mama sudah mengerti jika apa yang terjadi adalah jika Vanka benar hanya merasa dirinya perlu dikasihani.

"Mama merasa jika Lisya hanya perlu tau, jika kita semua harus punya tujuan pasti mengapa kita mengambil perjanjian yang dibuat Vanka dulunya. Kita bisa saling menyembunyikan perjanjian ini dari Vanka. Karena kita tidak mau Vanka mengerti siapa sebenarnya Adimas dengan cerita di baliknya, walaupun suatu waktu dia akan mengenal Adimas dari Lisya. Tujuan kita mengambil perjanjian ini sebenarnya adalah karena kita punya keinginan balas dendam kepada Vanka. Lisya, perlu tau bagaimana maksud kita untuk membawa kembali dia dan Vanka di keluarga ini. Dulunya, keluarga kita sudah kecewa dengan Adimas yang dulunya lebih memilih untuk mengejar Vanka, dari kita yang berusaha agar Adimas bisa dengan Lisya," jelas Mama sesaat dia berkata itu, akhirnya Papa pun menutup laptopnya.

Papa tau apa yang dimaksud oleh Mama. Jika selain adanya politik mengenai keberadaan perjanjian yang mengakibatkan kekuasaan, ternyata perjanjian itu tebentuk karena Vanka yang merasa jika Adimas selama ini memang menyembunyikan sesuatu dari Lisya.

Papa merasakan apa yang dulunya Vanka pikirkan ketika dia membuat perjanjian 'Kipratekar' itu. Karena Vanka tau saat itu dia tidak disegani di banyak kalangan, karena pengaruh kepribadian Lisya di masa lalu itu. Ternyata Lisya memang punya keberadaan tersendiri di mata banyak kalangan dulunya.

Dan saat Adimas menyatakan jika dia suka dengan Vanka dulunya, Vanka tau jika keberadaan Lisya yang saat itu disegani itu karena pengaruh kepribadiannya yang dia tidak tau kenapa dia memang dibenci. Vanka tidak akan menyembunyikan kebenaran jika sebenarnya dia dulunya adalah pihak yang tidak disegani karena alasan yang dia sendiri tidak ketahui. Papa tau Vanka dulunya menyalahkan Adimas. Karena Lisya sebenarnya juga punya perasaan ke Adimas.

Mungkin karena itu, Vanka merasa dia tidak punya pilihan lain selain dia membuat sebuah perjanjian dimana 'Kipratekar' dulunya adalah sebuah perjanjian agar dia bisa mengeluarkan opininya terhadap kepentingan kekuasaan bersama. Dan atas hal itu, Vanka dulunya bisa mengumpulkan banyak orang yang bisa diajaknya agar dia punya kepentingan bersama yang diusahakan secara bersama pula. Dari itu dia membuat organisasi non-government yang di mana dirinya berusaha agar dia bisa merasa jika dia diterima.

Dan yang Papa tidak ketahui adalah tentang mengapa Vanka sampai menyalahkan Adimas. Dan apakah maksud dari Vanka yang menuduh Adimas menyembunyikan sesuatu walaupun dia dulunya disukai oleh Adimas. Apakah itu karena dia merasa jika Lisya disegani karena pengaruh Adimas. Apakah Vanka memikirkan hal lainnya dari Adimas yang mencurigakan, karena pengaruh Lisya yang saat itu disegani. Atau Vanka merasa jika dia mendapati keberadaannya yang dibenci itu karena adanya hal janggal yang tidak diketahuinya, dan menjadikan dia geram?

Karena hal itu, Papa pun mengatakan ke Mama kekhawatirannya karena Adimas pun sampai sekarang belum diberi kabar oleh pihak keluarganya jika dirinya ternyata adalah reinkarnasi dan merupakan salah satu pihak yang perlu ditanyai kebenarannya atas kejadian masa lalu itu. Mungkin Papa merasa tidak tenang, karena dialah yang telah menandatangani perjanjian sekarang atas kelahiran Vanka. Mengingat itu, dia tau kalau Vanka juga tanggung jawabnya, dibalik keberadaan Lisya yang sebenarnya juga adalah salah seorang yang harus ditanyai kebenaran. Ketika dia juga tidak akan mungkin ingat dengan semuanya.

Sekarang Mama merasa jika Papa sedang berpikir keras ketika dia melihat suaminya itu sedang memijat kepalanya. Sepertinya Papa memang merasa pening sekarang. Dia tidak terlalu bisa menjawab apa yang Mama sudah katakan atas bagaimana mereka bisa menuntun Lisya dengan kabar politik Vanka. Mama pun bertanya ke Papa, apa yang dikhawatirkannya itu.

Dengan Mama yang akhirnya mendekat ke arah meja kantor Papa di ruang kerjanya dan menyuruh Papa agar duduk di salah satu sofa di ruangan tersebut. Ketika mereka semua sudah duduk, akhirnya Papa pun bercerita apa yang menjadi kekhawatirannya.

"Begini, Papa mulai berpikir jika perjanjian itu sebenarnya adalah buatan Vanka. Dan Papa menimang apa yang menjadi latar belakang secara mendalam atas alasan Vanka yang membuat perjanjian ini. Papa tidak tau bagaimana bisa Papa masih menjalankan perjanjian ini ketika semua pihak yang berperan dengan perjanjian ini benar-benar tidak tau dengan masa lalu mereka. Maksudku, Papa ingin bertanya apa yang sebenarnya disembunyikan Adimas dulunya, sampai akhirnya Vanka yang mengambil tindakan membuat perjanjian ini.

Jadi, Papa bertanya. Apa yang sebenarnya keluarga ini dendamkan, jika kita hanya punya pegangan kalau kita ingin melanjutkan keinginan dari Adimas. Apa kita harus mengatakan ke Lisya kalau kita dendam karena memang kita adalah pihak yang dulunya membela Lisya. Dari kenyataan jika kita merasa tidak mampu menerima kenyataan Adimas menyukai Vanka dulunya. Nyatanya perjanjian ini lahir karena latar belakang yang kita tidak terlalu ketahui pasti. Papa yakin, Vanka dulu membuat perjanjian ini karena dia merasa dipermainkan selain dia tidak tau mengapa Lisya yang disegani. Dia menyalahkan Adimas di masa lalu itu," ujar Papa panjang lebar. Tapi untungnya Mama pun bisa menyimak dengan baik.

"Memang Mama tau tentang satu masalah itu. Tapi nyatanya keluarga kita dulunya punya satu hal yang tidak bisa maafkan dari keberadaan Adimas dulunya. Dia dulu terlalu lalai dengan menjadikan Lisya sebagai pilihan kedua diawalnya. Lisya dulunya disegani karena dia punya keinginan kuat untuk dicintai. Bahkan dia yang meminta tolong ke keluarga kita dahulunya. Kita tau kalau dia adalah yang baik untuk Adimas.

Dan dulu Lisya juga yang meminta juga kepada banyak orang yang mengenal Adimas, jika dia lebih baik dari Vanka. Cerita di masa lalu itu membekas. Dan akhirnya Adimas oun tau tentang itu semuanya, sehingga dia pun akhirnya merasa jika dia terlalu mengkhianati keluarganya yang membantu Lisya. Dia sudah berpulang, dan nyatanya Lisya atas emosi Adimas sendiri, dia merasa jika Vanka tidak pantas dengan perjanjian yang sudah dibuatnya itu," kata Mama yang memberi lagi sebuah pengertian ke Papa. Karena Papa meragukan bagaimana dengan rencana mereka untuk bisa balas dendam.

"Cukup relates memang. Tapi dibalik kita yang ingin untuk membalas dendam ke Vanka, kita harus mulai merencanakannya apa yang sebenarnya ingin kita lakukan untuk kedepannya. Masalah Lisya sendiri adalah tentang kita bisa memberinya arahan dari tujuan kita sebenarnya telah membawa Vanka. Beberapa hari yang lalu, Papa bercerita saat kita berbincang di waktu liburan. Kalau Papa mau Lisya yang tidak benci dengan Vanka. Tapi anehnya, kenapa sebelum kita bercerita ke Lisya akan politik sesungguhnya, dia seakan sudah tau dengan menunjukkan persamaan perasaannya dengan keluarga apa yang sebenarnya keluarga ini rasakan.

Menurut Papa, yang harus kita ajari ke Lisya adalah tentang nilai harga diri yang harus dia pegang. Sepertinya yang harus dia persiapkan adalah, dengan menjaga nama baiknya di keluarga ini. Dan juga mengenai karier dia sendiri, menurut Papa Lisya tidak harus mengambil alih perjanjian ini. Kita beri saja dia pilihan atas apa keinginannya. Tapi, Papa tidak tau apa yang harus kita lakukan terhadap Vanka," ujar Papa yang merasa tidak tau selain dia yang ingin Vanka agar dia bisa membenci Lisya di akhirnya.

"Oke, yang penting kita harus atur waktu untuk bisa berbicara dengan Lisya suatu waktu. Kita harus menitipkan Vanka ke Syika. Dan kita bisa berbicara banyak hal secara jujur ke Lisya atas latar belakang secara apa adanya selain kita punya cerita berdasarkan politik. Yah, semuanya kita bisa beritakan ke dia. Kita bisa bicara kekhawatiran Papa atas perjanjian yang dibuat Vanka di masa lalu ini. Begitu pula, dengan masa depan Vanka pula. Mungkin sehari sesudah tahun baru, kita bisa membawa Lisya dengan beralasan jika kita ingin melihat Lisya latihan nyanyi. Masalah Vanka harus bagaimana kedepannya, kita bisa bicarakan dengan Lisya," ujar Mama yang mulai menata jadwal kapan mereka berdua bisa berbicara dengan Lisya.

Papa mengangguk yakin dengan apa yang Mama katakan ke Papa. Setelahnya, Papa mengajak Mama untuk bersiap tidur malam itu. Karena jam sudah menunjukkan setengah sembilan. Sebagai orang tua dari Lisya dan Vanka dengan adanya permasalahan ini, mereka menanggung beban pula. Tapi ternyata apa yang dibicarakan oleh Papa tadi membuat Mama sedikit sebal.

Nyatanya ternyata Mama terlalu mengerti perasaan wanita, dia terlalu tidak bisa menerima perkataan Papa saat berkata jika Vanka memang menyalahkan Adimas dan membuat perjanjian. Masalahnya adalah mengapa Mama merasakan jika Papa tidak sewajar dengan apa yang sudah Mama pikirkan.


Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C28
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄