Perjalanan pulang dari penginapan di villa Puncak sampai ke Bandung memakan waktu selama empat jam penuh karena waktu itu mendekati liburan awal tahun baru. Jalanan tadi macet dan akhirnya para anggota keluarga inti Lisya harus merelakan perjalanan pulang yang cukup panjang. Saat ini mobil baru saja memasuki daerah tol masuk Kota Bandung. Papa menyempatkan untuk mengajak makan siang semuanya di sebuah restaurant khas menyediakan seafood. Tapi, karena mereka semua sudah ingin sampai di rumah secepatnya, maka Papa memilih untuk ambil layanan drive thru di sebuah restaurant cepat saji saja.
Tidak lama mobil sudah sampai dan mengantri gantian drive thru, Papa menanyakan kepada ketiga anaknya apa yang mau mereka makan hari ini. Semua pun serempak memesan satu set ayam dengan french fries dengan chicken burger dan tidak lupa juga coke. Papa dan Mama pun membeli sama seperti apa yang dipesan anak-anaknya itu dengan tambahan sundae coklat untuk masing-masing anggota.
Pemesanan dan pengambilan makanan cepat saji itu sudah selesai dengan waktu mengantri selama kurang lebih dua puluh menit lamanya. Semenjak itu pun mobil sudah melaju lagi menuju ke arah perumahan mewah milik kekuarga inti Haikal. Tidak terasa mobil yang membawa mereka sudah sampai kembali ke rumah mereka.
Saat mobil sudah diparkirkan di dalam garasi rumah. Semuanya pun langsung saja mengeluarkan barang-barang bawaan saat liburan ke Puncak dengan bantuan Mas Loka, driver pribadi keluarga Haikal serta Mbok Uut salah satu asisten rumah tangga yang keduanya sudah lama bekerja di keluarga ini. Tanpa memerlukan banyak waktu untuk para anggota keluarga Haikal menurunkan koper milik kepunyaan masing-masing. Para ketiga anak perempuan Papa dan Mama pun langsung saja masuk ke dalam rumah lewat taman belakang ketika ketiganya memutuskan untuk pergi ke kamar mereka.
Terutama Lisya yang saat ini membutuhkan waktu cukup agar dirinya bisa tidur lagi karena kemarin malamnya dia tidak bisa tertidur lelap. Tapi Vanka dan Syika adalah kedua anak Papa dan Mama lainnya yang ternyata masih punya banyak energi karena mereka bisa tidur malam nyenyak kemarin malamnya.
Ketiga perempuan Kakak beradik ini pun serempak menaiki tangga menuju ke lantai atas di mana kamar mereka semua ada di sana. Lisya yang berada di barisan paling depan menyusul dengan Vanka serta Syika.
Setelah ketiganya sudah berada di lantai kamar paling atas, kemudian Vanka pun berpencar untuk saling masuk ke kamar dia. Dimana Syika dan Lisya masih bercakap sebelum mereka akan masuk ke dalam kamar hanya sekedar bertanya. Syika tepatnya bertanya kepada Kakaknya bagaimana keadaannya sekarang dan apakah Kakaknya memutuskan untuk mengambil waktu langsung tidur setelah mereka mandi. Walau jam masih menunjukkan jam satu siang, tapi Syika tau Kakaknya butuh istirahat cukup.
"Kak Lisya, apa kamu mengantuk? Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kamu mau langsung istirahat setelah selesai mandi siang?" tanya Syika saat itu. Dia bisa bertanya secara leluasa karena Vanka sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Iya, Syika. Kayaknya Kak Lisya mau langsung tiduran aja. Kakak capek, kemarin malamnya nggak bisa tidur," jawab Lisya yang barusan menguap tanda dia memang butuh istirahat.
"Yah, Kak Lisya berarti nggak makan siang barengan kita nanti, Kak? Apa Kakak nggak makan siang dulu? Kan tadi cuman sarapan sama cereal aja," tanya Syika yang bertanya ke Kakaknya apa dia nggak makan siang saja dulu bersama-sama.
"Nanti, Kak Lisya mau bangun lagi pas sore nanti jam enam, Syika. Kamu nanti bangunin Kakak ya kalau Kakak nggak kebangun nanti," ujar Lisya yang sedang membuka kenop pintu kamarnya saat itu. Tanda dia benar-benar tidak akan ikut makan siang bersama-sama.
"Oke, Kak Lisya. Sleep well, Kak. Nanti aku bangunin jam enam sore ya Kak. Sekalian bawain Kak Lisya set ayam goreng yang dibeliin Papa tadi. Biar Kakak bisa langsung makan. Takutnya Kakak nanti nggak enak badan, makan telat," jawab Syika yang ditanggapi Lisya yang hanya mengangguk dan tersenyum ke Syika.
Akhirnya Lisya pun masuk ke dalam kamarnya bersamaan dengan melambaikan tangannya ke arah Syika. Setelah Lisya sudah benar-benar masuk ke dalam kamarnya, kemudian Syika pun masuk juga ke dalam kamarnya bersiap-siap untuk mandi dan turun ke pantry di bawah karena dia memang lapar. Namun, yang dipikirkannya adalah bagaimana dengan nanti saat dia harus makan bersama dengan Vanka. Pikiran Syika sekarang berbelit. Dia membayangkan suasana kikuk yang nantinya akan terjadi. Syika tau itu karena Papa dan Mamanya pun sudah membicarakan perihal masalah dua saudara kandungnya yang melibatkan Lisya. Hingga Syika pikir, apakah yang akan terjadi untuk hari-hari mendatangnya. Keadaan pastinya akan semakin kikuk.
Tapi apa daya, Syika sekarang hanya bisa melakukan apa hal yang dikiranya tepat. Iya, sesuai dengan keputusan yang Syika tau dari Kakaknya, Lisya. Dia mengerti apabila membiarkan Vanka sebagai saudara biasanya adalah hal yang tidak salah. Walaupun itu semuanya kelihatan penuh dengan dusta. Tapi setidaknya, dia adalah penengah semua keadaan. Dan Syika sudah merasakannya sejak detik di mana dia, Lisya dan Bunda diam-diam merencanakan sebuah percakapan untuk Vanka sebelum malam natal tiba.
Dan sekarang Syika melanjutkan kegiatannya dengan mandi siang karena badannya butuh kesegaran akibat perjalanan lama itu. Dan akan menanggapi kegiatan setelahnya dengan keadaan yang baik-baik saja.
******
Vanka rasa hari ini melelahkan. Dia sudah selesai mandi dengan memakai pakaian rumahnya kembali. Apa yang dipikirkannya adalah apakah semua anggota keluarganya sudah berkumpul di ruangan pantry karena dia juga kelaparan untuk saat ini. Dirinya mencoba untuk keluar dari dalam kamarnya saat itu dan melihat kedua kamar Kakaknya tertutup. Vanka membatin saat itu, apakah memang semua orang belum lapar untuk saat itu. Tapi karena perutnya susah untuk dikompromi, dia memberanikan pergi ke depan pintu kamar Syika. Hampir saja dia mengetuk sampai sesaat pundaknya ditepuk oleh Mbok Uut yang datang dan mengatakan jika Papa dan Mama sudah siap sedia makan siang dan sedang menunggu semua anaknya untuk makan siang.
"Mbak Vanka. Ibu besar sama Tuan besar sudah ada di pantry. Mbok disuruh ke atas manggil Mbak Vanka sama dua Mbaknya, Mbak Vanka lainnya. Semua sudah siap sedia buat makan siang," ujar Mbok Uut.
"Iya, Mbok. Mbok bisa bangunin dua Mbaknya Vanka yang lainnya? Vanka mau ke bawah langsung, sudah kelaparan sedari tadi," Vanka pun berpesan ke Mbok Uut untuk memanggil kedua Kakak lainnya, ketika dirinya beranjak menuju ke lantai dasar karena dia memang sedang segan untuk memanggil Kakaknya.
Dia turun ke lantai dasar duluan dan beralih langsung ke pantry, setelah Mbok mengiyakan suruhan Vanka. Sesampainya di meja makan pada pantry itu, Mama dan Papa sudah siap duduk di meja makan. Karena hanya Vanka yang datang, dia pun mengatakan jika Mbok Uut lagi memanggil dua Mbak Lainnya.
"Mbok lagi manggil Kak Syika sama Kak Lisya, Mah, Pah. Vanka duluan aja, sudah kelaparan dari tadi. Mungkin bentar lagi mereka berdua datang," ujar Vanka yang membuat keduanya mengangguk paham.
Tapi saat itu Syika datang sendiri saat itu, dia turun ke bawah tanpa adanya Lisya. Anak sulung dari Mama dan Papa. Apa yang dilihat oleh Mama dan Papa menuai pertanyaan kemanakah perginya Lisya.
"Lhoh, kok kamu sendirian aja, Syika. Kakakmu kemana? Kok hanya turun sendirian?" tanya Papa dengan nada kalemnya menanyakan kepada salah satu anaknya itu.
"Pah, Mah. Tadi Kak Lisya bilang mau tidur dulu sampai sore nanti jam enam. Soalnya Kak Lisya pas kemarin malamnya di penginapan nggak bisa tidur. Jadi dia sebelum masuk ke kamar tadi, pamit mau tidur sampai sore. Nanti Mama atau Papa bisa bangunin Lisya jam enam sore, sesuai sama pinta Kak Lisya," jelas Syika yang mengatakan jika memang Kakaknya itu lebih memilih untuk tidur daripada makan siang bersama-sama. Memang keadaan yang cukup tidak biasa karena Lisya selalu datang saat makan bersama.
"Oh, ya udah kalau begitu. Kasian Kakakmu juga yang sedang istirahat. Jadi kita langsung makan saja yuk. Mbok Uut sudah siapin piring buat kita makan set ayam goreng yang sudah dibeli tadi," kata Mama sambil mengambil kresek dan kertas coklat berlogo fast food itu. Dan langsung mengopernya menuju ke masing-masing anggota keluarga. Vanka mendapatkan jatah miliknya, dan tanpa menunggu dia langsung saja makan makanan yang ada di depannya dengan lahap. Begitu pula dengan Papa, Mama dan Kak Syika.
Acara makan set ayam goreng pun selesai. Semuanya sudah memakan bagian set ayam goreng mereka. Dan menyisakan french fries dan sundae yang akan di makan selanjutnya. Namun, tangan mereka masih kotor bekas makan ayam goreng. Mama pun mengatakan saat itu agar semuanya membersihkan sisa makan barusan dan cuci tangan untuk bisa makan ke menu selanjutnya.
"Kan tangan kita kotor, lebih baik kita cuci tangan dulu saja baru makan yang lainnya. Mama sepertinya mau pesan martabak manis langganan kita. Nanti kita makan bebarengan dengan sisa menu yang belum kita makan. Nanti kalau sudah kita cuci tangan, lebih baik kita kumpul di ruang santai saja ya," pinta Mama yang mengatur semuanya untuk cuci tangan dan membersihkan sisa makan siang saat ini dan langsung berkumpul ke ruang santai, masih di lantai dasar.
Semua pun serempak melakukan apa yang disuruh oleh Mama. Mereka bersamaan membawa piring kotor ke arah dapur luar untuk dicuci oleh Mbok Uut dan masuk lagi ke dalam untuk mencuci tangan mereka di sinker pada pantry dalam. Ketika Vanka sudah selesai bersama Syika dan Papa. Vanka langsung menawarkan mereka untuk ke ruang santai. Sedangkan Mama masih sibuk menelefon pihak penjual martabak manis.
"Yuk, Papa sama Kak Lisya kita ke ruang santai duluan," kata Vanka saat itu mengomando Papa dan Kak Lisya untuk langsung menuju ke ruang santai.
"Oke, ayo kalau gitu. Lebih baik kita duduk-duduk saja di ruang santai. Kalau masih di pantry nanti rasa kenyangnya tidak hilang-hilang. Mama kan mau pesan martabak manis, harus ada tempat kosong di perut kita buat makan martabak manis," kata Papa saat itu serambi menggilir anak-anaknya berjalan ke ruang santai. Tidak lama kemudian mereka pun sudah ada di ruang santai saat ini. Dan duduk di sofa yang ada.
Sayangnya saat itu Kak Syika tidak sengaja menyeletuk tentang Kak Lisya, sehingga Papa pun membicarakan mengenai Kak Lisya. Dan membuat Vanka merasa sedikit tidak kerasan karena tadi pagi dia menguping percakapan antara Kak Lisya dengan Kak Syika mengenai mengapa Kak Lisya susah untuk tidur. Vanka tidak bisa menyangkal apabila arah pembicaraan saat itu cukup menyinggung dirinya. Hanya karena dia tau apa yang menyebabkan Kak Lisya susah tidur kemarin malamnya.
"Kasian Pah Kak Lisya kemarin dia nggak bisa tidur, akhirnya milih tidur siang daripada ikutan makan. Padahal tadi cuman sarapan cereal aja," ucap Syika mengomentari kegiatan siang hari ini tanpa Kak Lisya.
"Kamu tau kenapa Kakakmu nggak bisa tidur kemarin? Mungkin dia keasyikan dengerin lagu di Mp3 player sampai lupa tidur atau dia mungkin lagi telefonan sama temannya," kata Papa yang menimang-nimang apa yang dilakukan anak sulung perempuannya sampai dirinya tidak bisa tidur kemarin malam.
"Syika tidur lelap, Pah kemarin malam. Jadinya Syika nggak tau juga Kak Lisya lagi apa sampai nggak bisa tidur. Kayaknya Kak Lisya itu kebanyakan pikiran deh Pah. Bukannya Kak Lisya mau masuk ke akademi penyanyi pertengahan bulan ini, Pah?," ujar Syika, mengaku jika Kakaknya itu punya banyak pikiran. Dia pastinya memikirkan masalahnya dengan Vanka. Sampai-sampai tidak bisa tidur. Vanka yang mendengar percakapan itu merasa tertekan, kehadirannya di keluarga ini dipertanyakan serta Kakaknya dalam keadaan yang tidak baik hanya karena memikirkan masalah dengannya.
"Oh, iya. Memang Lisya meminta itu sendiri saat Mama dan Papa sedang berbincang dengan banyak keluarga lainnya. Rupanya dia sudah bosan berlama-lamaan di rumah ini. Jadinya dia mau ikut akademi penyanyi," jawab Papa pmengenai kabar akan Lisya yang mau ikut akademi penyanyi.
Sedangkan Vanka baru saja mengerti kabar baru itu, pikirannya pun melayang memikirkan apakah maksud Kak Lisya ingin masuk ke akademi penyanyi? Apakah itu salah satu cara agar memudahkan Vanka bisa mengalah? Dengan cara apa? Vanka masih mempertanyakannya. Yang pastinya dia tau Kak Lisya mengambil jalan masuk ke akademi penyanyi karena dia merasa terganggu dengan kehadirannya. Tapi apakah semudah itu Kak Lisya melepaskan keluarganya dengan Vanka? Menurut Vanka itu kabar yang tidak baik juga tidak buruk. Akhirnya, Vanka pun membuka suara saat itu. Dia menanyakan ke Papa serta Kak Syika. Kenapa Kak Lisya ingin masuk ke akademi penyanyi.
"Hmm,, memangnya kenapa Kak Lisya ingin masuk akademi penyanyi? Bukannya ada sesuatu hal yang mendasari kemapa Kak Lisya mengambil jalur akademi penyanyi?" Vanka dengan nekat bertanya ke Papa serta Syika saat itu. Mereka pun memandang Vanka tanpa ampun, Papa dan Kak Syika menatapnya dengan tajam. Karena mereka hanya menatap Vanka seperti itu, dia tau bahwa mungkin saja keduanya merasa tersinggung dengan pertanyaan Vanka. Dan dia pun mendeham, dalam arti merasa sungkan dengan pertanyaannya. Tapi pada akhirnya Papa pun menjawab Vanka saat itu juga.
"Iya, Lisya memang suka menyanyi dari dulu. Dan dia pun ingin menjadi seorang diva kelak. Apa kamu baru tau tentang kenyataan dari Kak Lisya?" tanya Papa yang menjawab Vanka tenang.
"Oh iya, Vanka pernah tau kalau di lingkungan sekolah dulunya kalau Kak Lisya memang suka menyanyi," kata Vanka memudahkan jalannya percakapan ini.
Saat itupun suasana canggung yang terbentuk akhirnya teratasi saat Mama datang ke ruang santai dengan membawa kresek dan dua kerdus di dalamnya yang isinya adalah martabak manis. Akhirnya keadaan pun teralihkan juga saat Mama mulai menyuruh mereka untuk membuka kerdus berisi martabak manis yang masih dalam keadaan hangat itu. Rupanya Mama barusaja mengorder makanan favorit keluarganya.