下載應用程式
7.76% It’ Precious / Chapter 17: Menentukan Kedepan

章節 17: Menentukan Kedepan

Di hari pertama liburan keluarga, setengah harinya sudah dilalui Lisya bersama dengan anggota keluarga tetua. Lisya juga sudah merelakan waktunya di sore hari untuk berbicara dengan banyak semua Bude-bude, Tante dan juga Kedua Orangtua nya.

Makan malam pun juga, dia hindari untuk berdekatan bersama dengan Vanka yang selama itu dirinya sebenarnya menyendiri saja. Tapi di sekelilingnya ada banyak para sepupu muda dan tua yang ikut berkumpul atau berbaur menjadi satu.

Suasana hati Lisya sedang meredup. Dia cukup lelah dengan kesepakatan bersama antara semua keluarga tetua nya itu. Mereka memilih tidak mengabulkan harapannya, agar Lisya bisa benar-benar tidak diganggu Vanka. Tapi, tadi Papa dan Mama sudah berjanji kepadanya untuk mengabulkan permintaannya.

Permintaan Lisya yang dia pinta karena harapan besarnya tidak diwakili oleh banyak para anggota tetua. Dia meminta agar nanti kedepannya, dia bisa masuk ke akademi penyanyi bersama dengan sahabat lelakinya. Yang bernama Radita Adimas. Seorang lelaki yang dikenalnya saat dia sengaja dikenalkan oleh kedua orang tuanya. Mama dan Papa dulunya pernah mengenalkan Lisya dengan Adimas karena urusan pekerjaan. Kedua Orang tua Adimas, adalah rekan kerja Papa dan Mama.

Dan Lisya sendiri menganggapnya sebagai seorang sahabat mengingat Adimas yang perhatian ke Lisya. Sehingga Adimas pun tau bagaimana keadaan Lisya yang sesekali suka bercerita mengenai Adek kandung perempuannya, Vanka. Sayangnya, Adimas harus berpura-pura mengetahui banyak cerita dari Lisya. Ketika semua pihak keluarganya, juga mengenalkan kepadanya siapa Lisya dan Vanka.

Jadi, kalau boleh dibilang Adimas adalah lelaki yang punya takdir akan menyimpannya rahasia antara Lisya dan Vanka. Namun, sebenarnya tugas Adimas yang disampaikan oleh keluarganya kepadanya adalah sebatas menjaga hubungannya dengan Lisya saja. Dan keluarganya sebenarnya mewanti-wantinya agar hanya mendekati Lisya, tanpa dia memperkenalkan dirinya ke Vanka. Dia tidak tau mengenai apa gerangan keluarganya membatasinya.

Tapi Adimas lambat laun mengerti dia akan merasa aman jika benar patuh dengan apa yang keluarganya batasi pula. Yang tidak dirinya tau adalah bagaimana dengan kedepannya saja. Dan di saat ini dia hanya bisa santai dan nyaman dengan kedekatannya bersama Lisya.

Diluar pembahasan mengenai Adimas dan kembali ke keadaan di penginapan sekarang ini, semua anggota keluarga lainnya sedang membereskan bekas makan malam di bagian pantry dekat dengan pendopo utama itu. Beberapa bekas makan berupa box makanan siap saji itu sudah dikumpulkan untuk dibuang, juga dengan bekas-bekas piring kue yang ada dicuci oleh para sepupu tua.

Setelah bersih-bersih dilakukan, sebagian lainnya ada yang langsung menuju ke pendopo sesuai dengan tempat kamar mereka berada. Dan sebagian lagi ada yang sedang berada di tengah pendopo di mana kolam renang berada di sana. Kebanyakan darinya adalah para sepupu muda. Kecuali Lisya dan Syika yang pamit ke kamar mereka berdua. Dengan alasan mereka lelah dengan seharian aktivitas ini.

Vanka adalah salah satu orang yang sedang memenuhi pinggiran kolam renang. Dimana dia sedang duduk di sana dan mencelupkan kakinya ke genangan air yang cukup hangat, berbeda dengan cuaca di sana yang cukup dingin. Disebelahnya dia bersama dengan Yuma. Yang saat itu, memilih berada di spot kolam renang di penginapan ini. Mereka berdua pun memilih untuk saling membuka percakapan. Di saat banyak sepupu muda lainnya memilih untuk berenang.

"Vanka, gimana liburan tahun barunya? Apa kamu suka atau kamu nggak bisa santai liburan tahun baru ini? Apa maksud pesan kamu tadi? Apa kamu sedang ngalamin masalah sama Kak Lisya?" tanya Yuma, dia sebenarnya ingin mendengar dari Vanka apa yang sudah dimaksudnya dengan pesan tadi siangnya itu.

"Aku tau kalau aku anggota keluarga Natawijaya yang nggak diharapin ada. Dan Mamaku sama kedua Kakakku ngerencanain aku dengerin percakapan mereka sebelum malam natal setelah aku pergi beli kado natal. Kak Lisya nyuruh aku pulang dan pas aku mau masuk ke ruang santai itu, ternyata aku denger percakapan secara disengaja. Mama bilang ke Lisya dia minta maaf ke Kakakku kalau dia harus menunggu dan juga percakapan yang kesimpulannya adalah keberadaanku yang hanya ada karena politik. Aku nggak tau apa maksudnya itu semua. Aku cuman tanya ke kamu sama Mamamu, Yum. Dan kepastiannya juga belum ada secara meyakinkan. Tapi karena itu, aku tau aku itu ganggu Kak Lisya. Termasuk kedepannya juga," Vanka menjelaskan bagaimana dirinya tau hal yang tidak logis untuk dirinya, karena sampai sekarang dia pun tidak menerima kabar dari siapa saja selain apa yang sudah tidak sengaja didengarnya.

"Mungkin saja ada benarnya dengan keberadaan kabar itu. Kenapa kamu nggak tanya sekenanya ke Mama kamu, Bude Rina? Kamu bisa tanya ke Bude Rina, sesuai sama kesiapan kamu. Kalau kamu mau tau kebenaran berita yang sudah kamu nggak sengaja dengar. Apa kamu belum siap?" ucap Yuma. Kali ini dirinya mencoba mendorong Vanka untuk bisa menanyakan semuanya, mengenai keresahannya itu.

"Kalau beneran Mamaku ngomong terus terang, aku harus apa Yuma? Sebenarnya aku takut kalau sewaktu-waktu mereka beneran bisa cerita tentang masalahku itu apa. Mentalku masih ciut buat bisa menghadapi semuanya," jelas Vanka dengan mukanya yang memerah itu. Dia tau dia memang pecundang, untuk kedepannya. Semua itu karena dia menganggap kehidupannya masih wajar saja. Vanka tidak tau cara mendewasakan semua masalahnya. Yang memang benar dia hanyalah gadis masih berumuran 15 tahun.

"Hemm,, jadi kamu takut kalau Bude Rina sewaktu-waktu beneran ajak kamu ngobrol. Tapi, apa kamu merasa masih baik-baik aja dengan keadaan kamu, Vanka? Maksudku apa tekanan batinmu mengetahui hal itu masih baik-baik aja? Apa kamu punya pemikiran lainnya gimana caranya kamu bisa nggak membiarkan masalah itu? Menurutku, kalau aku jadi kamu. Aku nggak akan betah dengan cara berdiam diri saja," ucap Yuma yang entah mengapa dia bisa-bisanya mengucapkan semua kalimat itu ke Vanka.

Sebenarnya, Yuma juga memikirkan tentang keadaan keluarganya pula. Dia tau jika keluarganya mungkin akan mendiamkan lama masalah ini. Dan dia tau itu, melihat jika Lisya adalah seorang yang sangat disayangi oleh keluarganya. Lebih mengarah kepada kebaikan Lisya sendiri. Semua anggota keluarganya yang tau masalah ini, jika disuruh memilih.

Pasti mereka akan mengelak untuk memberi penjelasan apakah kesalahan yang dibuat oleh Lisya. Beserta keluarganya juga. Yuma tau mengenai itu semuanya. Karena dia adalah anak sulung perempuan Tante Sita, Mamanya. Dimana dia adalah tempat bercerita bagi seorang Ibu dan anak.

"Memang ada benarnya semua perkataan kamu, Yuma. Sekarang, yang bisa aku lakukan adalah berdiam diri saja. Tapi jika nanti memang keadaan terlalu menyudutkan bagiku atau memang aku kewalahan jika aku terlalu memikirkannya, mungkin aku akan bertanya ke Mamaku. Nyatanya, aku hanya tidak ingin pergi. Tapi kalau kamu tau, aku memikul beban besar. Hanya karena aku tidak bisa melakukan alternative lain. Untuk mengalah demi Kak Lisya," ujar Vanka yang saat itu semakin memerah mukanya.

"Oh, begitu. Kalau memang seperti itu hal yang kamu bisa. Memang itu terlihat egois, Vanka. Karena pastinya kakakmu juga menginginkan masalahnya kelar. Kalau boleh aku kasih saran. Kamu yang mengambil jalan pintas untuk kamu sendiri. Walaupun susah, kamu juga harus memikirkan. Bagaimana hal terbaik untuk semua pihak. Mungkin bukan sekarang, tapi masih ada waktu lainnya untukmu bisa memikirkan apa jalan yang bisa kamu ambil nantinya," kata Yuma dengan melihat bayangan mereka berdua di depan genangan air itu.

Sedangkan Vanka tidak menjawab apa yang Yuma katakan kepadanya. Rupanya saat itu tepat untuknya, karena dia tidak bisa meneruskan lagi percakapan itu. Dan saat itu semua sepupu muda lainnya sedang bersiap-siap di tepi kolam renang. Mereka barusaja selesai berenang. Akhirnya dengan keadaan itu, Vanka pun langsung saja memberi kode ke Yuma.

Dia menengadahkan mukanya melihat Erwin, Ochi, Alvino sudah selesai berenang, begitu pula Yuma yang menyadarinya. Karena hari sudah malam, akhirnya mereka semua pun berpulang kembali ke pendopo. Dimana semua sepupu muda bermalam di sana.

*****

Ketika semua sepupu muda sudah tertidur lelap di dalam kamar masing-masing, masih ada Lisya dan Syika yang masih belum terlelap. Tengah malam ini, mereka berdua sedang saling bertukar cerita tentang hasil perbincangan tadinya, sore tadi sebelum makan malam berlangsung.

Lisya sudah menceritakan beberapa hal kepada Syika mengenai apa saja yang dia sudah perbincangkan itu. Dan tentunya Syika pun telah mendengar cerita jika ternyata para anggota keluarga tetua semuanya mengatakan agar dia bisa menunggu beberapa waktu. Karena keluarga belum bisa bercerita ke Vanka apa masalah yang sebenarnya.

Sedangkan itu, Lisya juga mengatakan mengenai keinginannya untuk masuk ke dalam akademi penyanyi bersama dengan Adimas. Lelaki yang adalah sahabat karibnya. Mengetahui itu, Syika pun sama-sama merasakan perasaan kecewa yang sedang dirasakan oleh Kakak kandung perempuannya itu. Mereka berdua sedang saling duduk santai di atas kasur. Dan mereka berdua memutuskan untuk tidak tidur di malam ini. Karena mereka juga menyengajakannya. Mereka berdua tidak ingin melakukan banyak aktifitas, dan memilih hanya berada di pendopo saja untuk keesokan harinya.

Pada akhirnya, mereka berdua pun saling membicarakan hal penting yang mereka juga sedang asik dengan pembahasan itu. Yaitu mengenai bagaimana caranya agar Vanka bisa mengerti keadaan Kakaknya itu dan akhirnya mengambil tindakan untuk memulai berbicara ke Mama.

"Jadi tadi semuanya bilang kalau lebih baik membiarkan Vanka untuk waktu yang cukup lama. Kak Lisya yakin kalau Mama, Papa, Bude-Bude sama Tante dan Om, Pakde sama-sama nggak bisa langsung ajak Vanka bicara karena mereka belum bisa buka-bukaan. Masalahnya ada di perasaan semuanya yang belum siap. Tapi, Mama dan Papa bilang kalau mereka sudah buat rencana gimana nantinya Vanka yang akan ajak bicara duluan. Parahnya, Mama sama Papa bilang mereka mau Vanka yang nantinya benci sama Kakak. Apa menurut kamu, Vanka bisa benci sama Kakak?" jelas Kak Lisya di saat mereka sedang berbincang itu.

"Oh, jadi Vanka masih akan jadi Adek kita untuk waktu yang masih lama? Hmm,, aku sendiri nggak tau gimana dengan perasaan Vanka ke kamu, Kak Lisya. Dia terlalu tertutup, dan aku juga susah menebaknya. Bagaimana kamu bisa menjadi Kakak perempuan yang baik untuk dia, di saat kamu juga punya rahasia besar ke Adekmu itu. Aku sendiri merasa kamu terlalu baik, karena kamu bisa menyembunyikan semuanya. Apa kamu tidak Lelah, Kak?" perkataan Syika mencuat kesadaran dari Lisya. Jika dia sudah terlalu lama bersembunyi selama ini.

"Apa yang bisa aku lakukan untuk kedepannya, Syika? Bahkan aku pun mengalah agar aku ikut akademi penyanyi agar aku tidak terlalu stress. Menurutku menyanyi adalah hal yang menyenangkan. Tapi, jika aku boleh memilih. Aku mau apa yang dikatakan oleh Mama dan Papa benar terjadi. Aku ingin Vanka yang membenciku suatu waktu. Apa setelah dia sudah mengerti semuanya, dia bisa sangat membenciku? Tapi, apa iya itu adalah penyelesaian paling baik? Aku takut itu hanya membuat keadaan menjadi rusuh," kata-kata Lisya sekarang benar membuat mereka berdua kembali memutar balik pemikiran mereka. Lisya sadar dia tidak bisa melihatnya seperti ini seterusnya.

"Apa boleh kita coba beberapa cara agar benar Vanka akan membenci kamu Kak? Aku memikirkan beberapa hal. Tapi, tidak dengan mengenalkan Vanka kepada Kak Adimas. Itu ide buruk menurutku. Karena kamu pastinya tidak ingin memperkenalkan Vanka ke orang dekatmu yang lainnya. Tapi nggak ada salahnya kalau orang terdekatmu beneran kasih tau kalau Vanka ganggu kamu Kak. Aku punya rencana kak. Gimana kalau kita beneran kasih tau ke Vanka, kalau sebenarnya selama ini kita selalu nyalahin Vanka? Gara-gara dia ganggu kebahagian Kakak. Kita harus kasih tau apa kebahagiaan yang selama ini dia punya itu punya Kak Lisya," kali ini Syika benar-benar memberikan ide yang Lisya masih butuh waktu untuk memahaminya. Tapi dia berusaha mengerti dengan mengulang perkataan Syika.

"Apa? Jadi kita kasih tau kalau semua kebahagiaan Vanka itu punya aku? Kamu mau gimana ngelakuinnya? Kakak hanya punya waktu sebentar. Karena pertengahan tahun 2008 nanti, Kakak sudah masuk akademi penyanyi. Apa kita bisa? Dengan cara apa, Syika?" tanya Lisya yang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya untuk memberi tau Vanka jika dia sudah mengganggu dengan kebahagiaan dia pula.

"Ya kita bisa dari cara yang paling ringan aja. Kalau itu tentang kebahagiaan, kenapa kita nggak pelan-pelan kasih tau Vanka apa kebahagiaan terbesar Kakak. Kasih lihat ke Vanka, kak. Tapi kamu yang harus jadi pemerannya, jangan Vanka. Kalau semua orang juga mendukung kamu kak, Vanka akan berbalik bertanya apa yang selama ini terjadi dengannya. Ke Kak Lisya tentunya. Kalau dia semakin merasa semuanya berubah, dia pasti bisa memulai sendiri. Kan, semua anggota keluarga bilang mereka mau Vanka yang mulai untuk menyelesaikan," ujar Syika yang menyuruh Lisya dengan cara yang menurutnya tidak mudah.

Lisya merasa cara itu membutuhkan kesepakatan beberapa orang juga di sekitarnya. Tapi sebenarnya Lisya tau betul jika semua orang di sekitarnya memang mendukung dirinya, lebih dari Vanka. Dia pun tau jika semua orang lebih menginginkan kebahagiaan untuknya. Kalau dia bisa memilih cara Syika, itulah yang dia inginkan. Karena dia juga ingin memberi tau ke Adeknya itu, jika dirinya sebenarnya mau semuanya sepakat kalau sewaktu-waktu Vanka akan mengalah. Karena kebahagiannya.

"Iya. Kakak tau apa maksud kamu, Syika. Menyenangkan kalau lama-kelamaan Vanka benar-benar akan berubah karena dia tau kebahagian Kak Lisya. Tapi, Kakak lebih memilih mengalah saja. Kakak mau membiarkan semuanya berjalan dengan sendirinya aja. Sebenarnya Kakak nggak mau ambil pusing. Kita lihat aja gimana juga keputusan Mama dan Papa," ucap Lisya mengelak apa yang sudah menjadi usulan Syika.

"Oke, aku tau kita perlu kesepakatan Mama sama Papa juga. Aku mengantuk, Kak. Bagaimana kalau kita lanjutkan pagi harinya saja? Semoga besok hari semakin baik dari seharian penuh ini," ucap Syika yang mengerti keadaan saat ini. Jika mereka berdua tidak mungkin akan mengambil keputusan secepat ini. Mereka juga butuh usulan dari Mama dan Papa. Karena sudah hampir jam dua dini hari, akhirnya mereka pun memilih untuk tidur saat itu.


Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C17
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄