Caerin dan Min-Jun berjalan keluar dari rumah sederhana itu. Caerin tidak lupa mengunci pintu rumah nya.
Dua wanita cantik itu pun berjalan saling berdampingan, melewati beberapa rumah sederhana yang jarak nya cukup saling berjauhan.
Bentuk rumah mereka juga hampir sama dengan pagar pendek yang menjadi penutup halaman depan rumah mereka.
Meskipun berada di dalam gang, tapi jangan pernah membayangkan kalau gang itu merupakan gang sempit yang kotor dan juga kumuh.
Karena sebaliknya, gang ini sangat bersih dan jauh dari kata kumuh. Ukuran gang ini juga tidak lah sempit, melainkan cukup luas.
Dengan beberapa lampu tiang jalanan yang menghiasi sudut gang itu.
"Min-Jun kau benar-benar ingin menemani ku?" tanya Caerin menoleh menatap sahabatnya itu.
Min-Jun mengangguk kan kepalanya. "Tentu saja, kenapa tidak? Lagi pula aku kan kemari karena ingin menemani mu," jawab Min-Jun.
"Baiklah kalau begitu," ucap Caerin.
"Dimana rumah nya?" tanya Min-Jun.
Tangan Caerin terangkat menunjuk ke arah depan. "Di sana, rumah nya sangat dekat dari rumah yang dia sewakan kepada ku," jawab Caerin.
Setelah berjalan di atas jalanan beraspal itu, akhirnya kedua sahabat itu sampai di sebuah rumah bercat abu-abu.
Caerin membuka pagar yang tinggi nya hanya sepinggang nya itu.
KLING
Mereka berdua pun berjalan masuk. Lalu tangan Caerin terangkat untuk mengetuk pintu yang berada di hadapan nya.
Tok... tok... tok...
"Bibi... ini aku Caerin..." panggil Caerin dengan tangan kanan nya yang masih mengetuk pintu itu.
Tak lama kemudian pintu itu terbuka.
KLEK
Memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan rambut sebahu nya. "Eoh... Caerin..." ucap wanita itu.
Caerin tersenyum. "Iya Bibi, ini aku," ucap Caerin.
"Masuk... masuk lah ke dalam nak..." ucap wanita itu dengan sangat ramah.
Karena telah di persilahkan, Caerin dan Min-Jun pun melangkah masuk ke dalam rumah itu.
Rumah itu cukup besar dari rumah yang lainnya, juga cukup banyak furniture yang terlihat mahal.
Di depan rumah tadi saja, Min-Jun melihat dua mobil yang terparkir. Yang sudah pasti pemilik nya adalah wanita paruh baya ini.
"Duduklah..." ucap wanita paruh baya itu.
Caerin dan Min-Jun mendudukkan diri mereka di sofa yang sangat nyaman itu.
"Wanita cantik ini teman mu Caerin?" tanya wanita paruh baya itu.
Caerin mengangguk kan kepalanya. "Iya Bibi, dia sahabat ku," jawab Caerin.
Min-Jun tersenyum. "Bibi... saya Min-Jun, sahabatnya Caerin," ucap Min-Jun dengan sopan.
Wanita paruh baya itu tersenyum. "Kalian berdua sahabat yang sangat cantik," puji nya.
Kenapa? Memang itulah kenyataannya. Because they're two pretty best friend.
Caerin dan Min-Jun tersenyum mendengar ucapan wanita paruh baya itu. "Terima kasih Bibi..." ucap Min-Jun.
Wanita itu lalu tersenyum tipis, lalu melihat ke arah Caerin. "Lalu, ada apa kalian datang kemari? Apa ada sesuatu?" tanya nya.
Caerin mengangguk, lalu merogoh kantong hoodie yang terletak di depan perut nya.
"Ini... aku kemari karena ingin membayar uang sewa rumah ku Bibi," Caerin meletakkan amplop coklat itu di atas meja kaca itu.
Yah, wanita paruh baya itu adalah pemilik rumah yang ia tempati dan sewa saat ini.
Dan karena itulah ia datang kemari, seperti yang ia katakan. Kalau ia ingin membayar uang sewa rumah nya.
Wanita paruh baya itu mengambil amplop coklat yang ada di atas meja itu. "Astaga Caerin, kenapa membayar nya dengan terburu-buru? Kau kan bisa membayar nya nanti," ucap wanita itu.
Yah, ia sama sekali tidak masalah kalau Caerin membayar uang sewa rumah kepadanya terlambat.
Itu karena ia tahu kalau Caerin memiliki ekonomi yang pas-pasan.
Caerin menggelengkan kepalanya. "Tidak Bibi, Bibi sudah membiarkan ku tidak membayar sewa selama beberapa bulan," ucap Caerin.
Ia merasa tidak enak kalau ia terus-menerus tidak bayar uang sewa dan selalu terlambat untuk membayar nya.
"Jadi Bibi ambil yah, aku akan usahakan aku tidak akan terlambat lagi untuk membayar uang sewa nya kepada Bibi," ucap Caerin sambil tersenyum tipis.
...
Pintu mansion itu di buka oleh seorang wanita dengan pakaian maid.
KREK...
"Selamat datang Tuan muda..." ucap Maid itu sambil membungkuk kan badan nya.
Jaehyun tersenyum tipis. "Terima kasih..." Jaehyun pun berjalan masuk ke dalam mansion itu.
Yah, benar orang yang di sebut Tuan muda itu adalah Jaehyun. CEO tampan dan muda kita yang sangat kita idola kan.
Jaehyun berjalan memasuki mansion milik nya itu sambil melepaskan jas yang ia kenakan.
"Tuan muda membutuhkan sesuatu?" tanya wanita berumur sekitar kepala dua itu kepada Jaehyun.
Jaehyun mengangguk. "Iya, tolong buatkan aku kopi," ucap Jaehyun.
"Baik Tuan muda," ucap maid itu dengan patuh kepada Jaehyun. Lalu segera membuatkan kopi yang seperti Tuan nya minta.
BRUK
Jaehyun menjatuhkan dirinya pada sofa yang mahal dan sangat empuk itu.
Beberapa menit kemudian, maid nya itu berjalan keluar dari dapur menuju ke arah nya dengan membawa secangkir kopi.
"Ini kopinya Tuan muda," maid itu meletakkan kopi itu di atas meja kaca itu dengan hati-hati.
Jaehyun yang menyadarkan punggungnya pada sofa itu, menoleh. "Terima kasih, kau boleh pergi," ucap Jaehyun.
Karena telah menyelesaikan tugas nya, wanita yang merupakan maid itu pun berjalan pergi dari ruang utama itu.
Jaehyun menyesap kopi yang terasa pahit di lidah nya itu dengan perlahan "Hah... aku lelah sekali..." desah Jaehyun.
Yah, ia merasa sangat lelah. Lebih tepatnya fisik dan terutama hatinya.
Baru satu hari ia berada di Seoul tapi ia sudah merasa se-lelah ini. Benar, kemarin ia baru saja tiba di Seoul.
Ia sama sekali belum beristirahat dari perjalanan jauh nya yang telah ia tempuh hingga kemari.
Dan begitu ia telah tiba di Seoul, dari bandara ia langsung pergi ke apartemen milik kekasih nya dengan senyuman lebar yang menghiasi wajah nya sepanjang perjalanan.
Tapi seperti yang sudah kalian tahu dan seperti yang telah ia ceritakan. Semuanya menjadi berantakan dan membuat hatinya hancur.
Masih teringat dengan sangat jelas, apa yang ia lihat dengan kedua matanya saat itu dan apa yang ia rasakan saat itu.
Jaehyun menyikap rambutnya dengan kasar. "F*ck! tega sekali kau melakukan hal ini kepada ku," ucap Jaehyun.
Marah?
Tentu ia sangat marah. Dan ia tidak bisa menerima apa yang telah kekasih nya lakukan kepada nya.
Tidak, maksud ku... mantan kekasih nya.
Di tambah lagi malam itu ia telah mendengar semua ucapan Leah yang membuatnya membeku di tempat dan meneteskan air matanya.
Yah, ia menangis.
Menangis karena Leah telah berhasil menghancurkan hati nya pada malam itu.