Aku memutuskan untuk pergi ke kamar dan melamun di sana setelah pembicaraan dengan orang tuaku selesai. Rasanya aku takut sekali jika Mama dan Papa tak merestui apa yang ku inginkan. Tak hanya itu, aku juga takut jika Ibu Kathriena tak mengizinkan aku untuk mempersunting anaknya. Perasaanku terus merasa tidak enak dan khawatir, bahkan ketika aku kembali ke perkebunan, aku tak bisa berpikir jernih dan hanya melamun saja.
Astaga! Aku terlalu memikirkan tentang orang tuaku tanpa memikirkan apakah Kathriena mau menikah denganku atau tidak. Ketakutanku pun semakin bertambah. Tentu saja aku tak akan mudah untuk mendekati Kathriena jika memang ia tak mau berdekatan dengan Netherlander sepertiku. Ya Tuhan! Aku harus bagaimana? Aku sudah menetapkan hati untuk menjadikan Kathriena sebagai istriku padahal aku pun tidak tahu pasti apakah Kathriena bisa menjadi istriku atau tidak. Aku tak terpikirkan ke arah itu.
***