Saat Chen melihat ke jendela sang Manajer, pedagang itu membalik kotaknya. Ekor kura kura jatuh ke atas meja yang di tutupi kain. Ternyata kain meja itu sudah di gunting, jadi barang apapun yang ada di tengah meja akan langsung jatuh ke bawah meja. Karena meja itu sudah di lubangi.
Chen berpaling melihat ke arah pedagang itu. Tapi yang terlihat hanya meja yang berlubang sementara pedagang dan barang dagangannya sudah lenyap.
"Hahaha... Kau tertipu." Penjaga Gerbang tertawa senang melihat ada satu korban penipuan.
Hatinya kesal karena tidak menyangka dirinya masih bisa tertipu. Dia coba mencari di sekitar para pedagang. Namun tidak di temuinya penipu itu.
"Ekor Kura kura Turtura." Serunya.
Dia melihat barang itu sedang di jual di meja seorang bapak tua yang tubuhnya agak pendek.
"Pak Tua. Saya yakin tadi telah membeli Ekor kura kura itu kepada salah seorang penjual." Chen menunjuk tempat lapak nya.
"Aku tahu. Tapi kau telah ditipunya." Bapak tua itu tertawa.
"Tapi saya yakin Pak kalau barangnya adalah itu. Garis garisnya bahkan besarnya juga sama." Chen menunjuk.
"Nak. Sekalipun barangnya sama, tetap saja kau tidak boleh mengambilnya. Pria yang menipumu tadi menyewa barangku ini seharga 15 Duan untuk dua jam saja. Jadi aku menyewakan kepadanya. Ditempat seperti ini banyak penipu. Kau hanyalah salah satu korban dari tipuannya."
"Kurang ajar." Kesalnya.
"Seharusnya kau tidak mudah percaya. Karena aku menjual saja seharga 250 Duan sedangkan dia menjual hanya 200 Duan."
Benar juga. Chen menyadari akan hal itu. Penjual itu menjual dengan harga murah sepatutnya di curigai.
Sial memang. Kali ini Chen sudah tidak memiliki duan sebanyak itu untuk menebus Ekor Kura kura itu. Satu satu nya cara adalah dengan mengeluarkan barang dari Ye Shang agar dapat bertemu dengan si Manajer.
Pemuda itu kembali ke Rumah Lelang. Dia mencoba menjelaskan bahwa barangnya sangat berharga.
Tapi si petugas bersikeras untuk menolak apapun yang di tawarkan.
"Baik. Aku akan perlihatkan barangku. Sebaiknya kau jangan terkejut." Chen hendak mengeluarkan salah satu pil miliknya.
"Apa yang kalian lakukan. Apakah kalian hendak membuli orang." Tegur suara wanita di belakang Chen.
Sepertinya Chen mengenali suara itu. Dia melirik selintas. Ternyata benar seperti dugaannya. Zuan Cia ada di belakangnya datang bersama ke empat pengawalnya dan satu asistennya. Disana juga ada Xing Xie.
Mengapa mereka datang secepat ini kesini.?. Apakah mereka tidak makan di kedai tadi?. Kenapa pula mereka datang ke tempat ini bukan ke tempat persenjataan? Kenapa juga selalu bertemu? Apakah ini memang takdir yang selalu mempertemukan?
Chen tidak bisa menjawab semua pertanyaan nya sendiri. Atau memang mungkin semua ini kebetulan.
"Aku yang memutuskan takdirku dan aku tidak ingin berhubungan dengan kedua orang ini di masa akan datang." Putusan Chen dalam hatinya.
"Mengapa kalian menahan orang yang ingin melelang akan barangnya." Zuan Cia membantunya.
"Maaf Tuan Puteri. Orang miskin ini hanya lah orang susah yang mau menjual barang rongsokan nya untuk mencari makan. Kami disini sudah sering menghadapi orang seperti ini." Si Penjaga gerbang tetap pada pendiriannya. "Nantinya kami hanya akan di marahi oleh Manager karena tidak dapat menyeleksi tamu dengan benar."
"Apa yang di katakan petugas itu memang benar." Xing Xie membantu penjaga gerbang. "Lagi pula barang apa yang bisa di bawa oleh orang seperti ini."
"Kenapa kalian hanya bisa meremehkan orang lain." Zuan Cia tidak puas. "Tuan. Jika tidak keberatan ijinkan kami melihat barang yang hendak tuan lelang." Tanya gadis itu kepada Chen.
"Maaf. Benar aku hanya orang biasa tentunya tidak ada yang berharga yang kumiliki yang bisa ku lelang." Chen berusaha bersikap sopan agar dapat meninggalkan tempat ini secepatnya. "Sebaiknya aku permisi."
Chen berjalan meninggalkan rombongan itu menjauh.
"Tunggu." Xing Xie menahan. "Apakah kau tidak punya sopan santun. Tuan Puteri ini bertanya kepadamu barang yang hendak kau lelang supaya dia membantumu ke dalam rumah lelang. Jika barangmu benar benar berharga."
"Sudah kukatakan orang ini tidak punya sopan santun." Pengawal kedua berbicara perlahan kepada kaptennya.
"Kurasa pemuda ini menghindar atau takut dengan Tuan Muda Xie." Kapten memberikan pendapatnya.
Puteri Zuan Cia menghampiri dan menghadang di depan tubuh Chen. "Tenang saja. Kami tidak akan berlaku tidak adil kepadamu. Mungkin kau memiliki masalah keuangan dan hendak menjual peninggalan keluarga mu maka biar aku membantumu. Bila barangmu layak pasti akan ku perjuangkan.
Niat baik Zuan Cia terdengar sangat tulus. Tapi Chen sudah bertekad untuk tidak berhubungan ataupun menjalin hubungan kerja sama baik dengan Zuan Cia maupun dengan Xing Xie
"Kurasa benar aku terlalu bodoh untuk menjual akan hal yang remeh. Tidak ada yang berharga yang ku miliki." Chen hendak secepatnya berlalu.
"Tunjukkan saja barangnya. Jangan mempersulit." Xing Xie juga mendekati Chen.
Tuan muda Xie bukanlah hendak membantu Chen. Tapi dia menganggap seandainya Chen memiliki barang berharga dan dirinya tertarik maka dia akan membelinya terlebih dahulu sebelum di jual ke tempat Lelang.
"Sebaiknya saya permisi saja." Chen menerobos kedua orang yang ingin di hindari.
"Tunggu." Suara wanita berwibawa dari arah rumah lelang berseru.
Ternyata seorang wanita berumur tidak sampai tiga puluh tahun turun dari tangga gerbang dengan anggun. Wanita ini mengenakan baju terusan yang ketat berwarna merah menyolok dengan motif burung Hong di pakaiannya. Wanita itu memiliki sorot mata yang tajam seolah dapat melihat sampai ke dalam hati orang. Juga memiliki senyum yang indah yang dapat membuat pria enggan menjauh darinya. Kecantikannya memancar bagaikan cahaya dan rambutnya yang panjang dan lembut di biarkan terurai di belakang punggungnya hingga dipermainkan oleh angin.
Ada Seorang lagi di belakang wanita itu. Pria berumur empat puluhan dengan gagah berdada besar. Alis matanya tebal seperti golok. Dia hanya melipat tangan melihat perkembangan keadaan yang ada di hadapannya.
"Hong Youmei Soucia." Xing Xie menjura dengan hormat.
"Soucia." Zuan Cia juga menjura hormat.
Wanita yang di panggil Hong Youmei berjalan tanpa mengindahkan penghormatan kedua orang keturunan orang besar itu. Seolah mereka tidaklah seberapa dengan dirinya.
"Anak muda. Dari jendela atas aku melihat tadi kau memaksa keras kepada pengawalku. Lalu kau menolak menunjukkan kepada Tuan Puteri. Sebenarnya apa yang kau kehendaki "
Kali ini Chen mulai tergagap. Tidak tahu hendak berbuat apa. Rasa serba salah membuat dirinya tidak berdaya untuk mengambil keputusan. Apakah hendak lanjutkan menjual barang atau berlari menjauh.
Jauh di lubuk hati Chen sebenarnya ingin menyaksikan langsung pelelangan yang akan di adakan beberapa hari lagi. Tapi yang hadir pasti semua undangan. Jika dia bisa melelang barang berharga maka dirinya pasti menjadi bagian dari undangan.
Sekarang wanita ini berdiri di hadapannya yang kecantikannya membuat dirinya gagal fokus. Bibirnya kelu. Hilang semua kata.
Chen hanya tidak mau menunjukkan di hadapan Xing Xie.