"Hei... Yoh," sapa Ozan setelah ia melihat Yohan sudah berada di ruang tamu.
"Zan," balas Yohan. "Tumben, ada perlu apa?" Yohan mendudukan dirinya di sofa berbeda, berhadapan dengan Ozan, terhalang meja kecil yang terbuat dari kaca.
"Cuma pingin main Yoh. Boleh kan?"
Yohan menganggukan keplanya, ekspresi wajahnya terlihat sangat malas. "Udah di sini, masak mau diusir."
Kata-kata Yohan membuat Ozan tersenyum meringis, "bisa aja kamu Yoh."
Ozan terdiam, sorot matanya menatap Yohan dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian ia mengubah ekspresi wajahnya menjadi serius. "Sebenernya, ada yang mau aku omongin sama kamu."
"Soal apa?"
"Soal Redo, sama Ema." Jawab Ozan.
"Kenapa mereka?" Perasaan Yohan mendadak tidak enak. Sebenarnya ia sempat terkejut mendengar__soal Redo dan Ema yang dikatakan sama Ozan barusan. Namun ia berusaha agar tetap bersikap tenang.
Terlihat Ozan mendongakan kepalanya ke ruang keluarga__yang tidak jauh jaraknya, dari ruang tamu. Ia melihat ada Ibu Eha di sana sedang duduk santai sambil menonton televisi.
Secara reflek Yohan mengikuti tingkah Ozan, melihat ke arah ruang keluarga. "Ada apa?" Heran Yohan.
Beranjak dari sofa, Ozan berjalan mendekati Yohan, mendudukan dirinya di sana. "Kalo kita ngobrol di kamar kamu gimana?" Usul Ozan.
"Harus ya?"
"Ya, Kalo kamu mau sih. Kalo enggak ya nggak pa-pa." Pancing Ozan. "Soalnya ada yang mau aku tunjukin sama kamu. Nggak enak kalo di sini. Ada mama kamu. Kurang leluasa."
Yohan terdiam, ia menatap Ozan dengan tatapan penuh selidik. Sebenarnya ia merasa sangat penasaran dengan apa yang akan disampaikan sama Ozan. Apalagi itu menyangkut soal Redo__disertakan Ema juga di sana. Karena itu Yohan menjadi bimbang. Di satu sisi ia tidak ingin Ozan masuk ke kamarnya, tapi di sisi lain ia ingin tahu, ada apa antara Redo dengan Ema.
Menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya Yohan hembuskan secara kasar. Setelah terdiam dan menimbang, ternyata rasa penasaran lebih mendominasi. Sambil kembali membuang napas berat, Yohan beranjak dari duduknya, seraya berkata, "yaudah, yuk."
Yohan berjalan menuju kamar. Sementara Ozan menatap penggungnya dengan senyum yang menyeringai, senyum penuh kemenangan. Kemudian Ozan juga beranjak dari duduknya, berjalan mengekor di belakang Yohan.
"Ada apa? Redo sama Ema kenapa?" Tanya Yohan to the point. Ia merasa tidak sabar, selain itu ia juga ingin supaya Ozan cepat keluar dari kamarnya.
"Sebenarnya aku sakit hati sama Redo," ucap Ozan, ia memasang raut wajah yang sedih__untuk mengelabuhi Yohan. "Sesam temen, masak dia tega sih nyakitin aku."
Penuturan Ozan membuat kening Yohan berkerut, "Sakit hati? Kenapa emang?" Tegas Yohan.
"Kamu kan sahabatnya Redo, kalian deket banget kan? masak iya dia enggak cerita sama kamu? Redo itu tau, kalo aku suka sama Ema_"
"Terus?" Potong Yohan.
"Emang Redo enggak bilang kalo_" Ozan mengantungkan kalimatnya, ia sengaja melakukan itu. Memancing Yohan supaya makin penasaran.
"Kalo apa?"
Yes! Sepertinya Ozan berhasil membuat Yohan penasaran, masuk kedalam karangan ceritanya.
"Kirain dia udah bilang sama kamu, kalo Redo udah jadian sama Ema."
Deg!
Tiba-tiba saja sekujur tubuh Yohan terasa gemetaran. Redo jadian sama Ema? Sejak kapan? Kenapa ia sampai tidak tahu? Apa Ozan sedang berbohong. Meski belum sepenuhnya percaya, tapi tetap saja, hati Yohan terasa sakit__saat mendengar itu.
"Ja-jadian?" Meski berusaha mati-matian menyembunyikan ketegangannya, tapi rasa gugup Yohan sangat kentara. Ozan bisa melihat jelas di raut wajahnya. "Tau dari mana?"
Ozan mendengkus pelan, ia memasang raut wajah se-sedih mungkin untuk menyempurnakan aktingnya. "Soal aku suka sama Ema, emang sih cuman temen deket aja yang tau. Termasuk Redo. Tapi soal Redo dan Ema, ternyata udah banyak yang tau Yoh."
"Aku nggak tau," serga Yohan.
"Mungkin Redo belum ngasih tau kamu. Mau kasih kejutan kali." Kilah Ozan, manik matanya mengamati raut wajah Yohan, seperti sedang mencari sesuatu di sana. "Kamu pasti seneng, Redo punya pacar, tapi aku sedih Yoh."
"Iya, tapi kamu tau dari mana?!" Tegas Yohan, tanpa sadar nada suaranya sedikit meninggi, emosinya hampir tidak bisa terkontrol.
"Tadinya aku juga nggak tau Yoh. Aku nggak percaya kalo Redo tega sama temen sendiri." Ozan mengambil HP yang ia simpan di saku celananya. HP ia nyalakan, terlihat jari-jarinya seperti mencari sesuatu di sana. Setelah yang ia cari ketemu, Ozan menyodorkan HP itu kepada Yohan, seraya berkata, "Tapi setelah aku liat ini, aku percaya kalo mereka udah jadian."
Yohan mengambil HP yang disodorkan sama Ozan__ke arahnya. Wajahnya datar, terlihat sangat malas. Setelah HP sudah berada di tangannya, Yohan menatap layar HP itu, dan...
Deg!!
Yohan terdiam sambil menelan ludahnya susah payah. Ia melihat di layar HP Ozan, ada foto Redo seperti hendak mencium Ema. Yohan menggulir layar HP milik Ozan, ternyata tidak cuma ada satu foto saja. Melainkan banyak. Foto-foto itu berhasil melumpuhkan seluruh persendiannya, tubuhnya mendadak lemas.
"Makanya Yoh, aku kesini tuh pingin ajak kamu main." Aku Ozan, ditengah Yohan sedang melihat foto-foto Redo bersama Ema. "Aku pingin ngajak kamu nemenin aku. Pergi ketempat, yang bisa bikin aku lupa soal itu."
"Kemana?" Tanya Yohan sambil menyerahkan kembali HP milik Ozan.
"Kemana saja Yoh, yang penting aku terhibur. Mau ya." Mohon Ozan.
Yohan terdiam, kemesraan Redo bersama Ema, masih tergambar jelas di benaknya. Rahangnya mengeras, emosi tergambar jelas di wajahnya. Cemburu buta sudah membuat Yohan tidak bisa berpikir jernih.
"Aku ganti baju dulu," Ucap Yohan. Kemudian beranjak dari duduknya, berjalan melenggangang menuju lemari pakaian.
"Yess..." girang Ozan di dalam hati. Ia menoleh kebelakang, melihat Yohan__yang sudah bertenjang dada sedang membuka lemari.
Deg!
Jantung Ozan seperti akan loncat dari tempatnya, saat melihat Yohan melepaskan celana. Sehingga Yohan hanya mengenakan celana dalam saja. Ternyata selain punggung yang mulus, Yohan juga memiliki pantat yang indah. Bulat, dan montok. Melihat itu Ozan tidak sanggup mengedipkan mata, sambil menelan ludahnya susah payah.
Ozan membuang mukanya kemana saja saat melihat Yohan memutar tubuhnya__menghadap ke arahnya, dan sudah berpakaian lengkap.
"Yok," ajak Yohan.
Senyum Ozan mengembang.
***
Dengan wajah bingung, Yohan menebarkan pandanganya di tempat yang benar-benar asing baginya. Suara musik yang keras, hingar-bingar suasana discotik membuat Yohan merasa tidak nyaman. Ia tidak pernah sekalipun datang ketempat seperti itu.
"Cuma di sini aku bisa lupain semuanya Yoh," Ucap Ozan seraya mengalungkan tangannya di pundak Yohan. "Redo ama temen main futsal juga pernah aku ajak ke sini." Ozan berbicara dengan nada tinggi, melawan suara musik DJ yang sedang bergema.
"Oh..," wajah Yohan terlihat datar.
"Yuk," ajak Ozan sambil menyeret Yohan yang sedang dirangkul olehnya.
Yohan hanya pasrah mengikuti Ozan. Pikiran Yohan masih tentang foto-foto Redo bersama Ema.
Yohan dan Ozan duduk berdampingan di sebuah sofa yang memang sudah menjadi tempat duduk langganan Ozan__dimana Ozan sering malukan transakasi untuk menawarkan seroang pria, ataupun wanita pada orang yang haus akan seks. Namun untuk Yohan, malam ini ia tidak ingin menawarkan pada pelanggan yang sudah menunggu sejak lama. Ozan ingin dulu bersenang-senang dengan Yohan, sebelum Ia menyerahkan pada orang yang bersedia membayar mahal.
Ozan melambaikan tangan pada seorang bartender. Setelah itu, ia memesan minuman yang mengandung alkohol__kepada bartender yang sudah berdiri di sampingnya.
Gelapnya ruang discotik, lampu-lampu penuh warna yang berputar__dari bola lampy, bau alkhol yang menyengat, serta suara musik yang berdegup kencang membuat Yohan bingung dan terbengong.
***
True Love; adalah bibir kita yang ikut tersenyum, saat melihat orang yang kita sayangi bahagia. Cinta sejati adalah kita yang mengeluarkan air mata, saat melihat pasangan kita bersedih. Cinta sejati adalah hati kita yang merasa sakit, saat melihat si 'dia' terluka.
Meski hati kita, dan hatinya berada di tempat yang berbeda. Namun cinta sejati yang sudah mengikatnya, akan membuat kita merasa bersalah untuk melakukan sebuah pengkhianatan. Karena cinta sejati itu, kita akan merasa berdosa meski pengkhianatan belum kita lakukan.
Dan cinta sejati yang dimiliki oleh Redo terhadap Yohan, membuat ia akhirnya teringat akan semuanya. Cinta sejati itu yang memaksa Redo, memberhentikan laju motornya dengan kencang__saat ia akan melakukan penghianatan__pergi ke rumah Ema. Karena cinta sejati itu, membuat Redo membatalkan niatnya untuk datang menemui Ema.
Setelah beberapa saat terdiam, Redo memutar balik laju motornya, ia memutuskan untuk datang menemui orang yang sangat di sayanginya.
Meski belum melakukan apapun, namun cinta sejati Redo membuatnya merasa berdosa terhadap Yohan. Untuk itu Ia ingin menemui kekasihnya malam ini, dan melupakan payudara kenyal milik Ema.
Bibir Redo tersenyum simpul, ditengah ia menjalankan motornya. "Boleh! Silahkan! Asal kamu tanggung konsekwensinya!" Kata-kata yang pernah terucap dari mulut Yohan, kembali terngiang dan membuat senyumnya melebar.
"Maafakan aku yoh, aku sayang sama kamu" gumam Redo di hatinya.
Redo menarik gas, menambah kecepatan laju motornya. Rasanya Redo malam ini sangat tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihnya. Yohan.