7. Fakta.
Di kafe dekat lampu merah. Aku meminta Ino, Sara dan Shion untuk datang karena aku ingin meminta solusi.
"Apakah kau sudah gila! Kau ingin merebut Sakura dari Sasuke?"
"Misalnya..."
Aku menanyakan pendapat Ino tapi dia malah memarahiku. Ino menekan pelipisnya, dia mengatakan bahwa Sasuke sebenarnya sangat mencintai Sakura tetapi caranya sangat tidak normal. Aku terkejut dengan kata-kata tidak normal dari Ino.
"Maksudmu?"
"Baru-baru ini aku mendengar desas-desus bahwa Sasuke mencintai Sakura dengan cara yang aneh."
"Oh, kabar itu aku juga dengar," kata Sara menambahkan.
"Aku heran kenapa dia bisa suka dengan pria aneh seperti Sasuke," gumam Shion.
Hanya mereka bertiga yang tahu sementara aku baru mengetahui berita yang membuatku semakin khawatir! Ino mencegahku mencampuri urusan Sakura dan Sasuke.
"Kenapa kalian baru mengatakannya sekarang."
"Kami tidak ingin kamu khawatir nantinya," kata Sara.
***
Aku semakin khawatir tentang hubungan Sakura dan Sasuke. Aku ingin memastikan, aku mulai dengan mencari Sakura. Aku menanyainya dan berharap semua yang aku dengar tidak nyata. Aku mendengar semua cerita. Aku berada di kamarnya, kami berbicara perlahan untuk berhati-hati agar Paman dan Bibi tidak mendengar suara kami.
Menyedihkan tapi kenyataannya aku tidak percaya Sakura memintaku untuk tidak ikut campur dalam urusan cintanya. Aku hanya ingin membantu tapi dia tidak ingin aku mendapat masalah di masa depan.
Dia percaya bahwa Sasuke akan berubah menjadi lebih baik selama dia percaya dia bisa mengubahnya. Dia berbohong padaku sambil tersenyum seolah-olah semuanya baik-baik saja dia akan mengurus masalah ini sendiri.
"Jika kamu terus mencoba untuk mempertahankannya, kamu akan menyakiti dirimu sendiri, Sakura."
"Mau bagaimana lagi, aku terlalu mencintainya ..."
Aku mengepalkan erat kedua tangan dan berkata, "kamu seharusnya tidak berpegangan pada sesuatu yang menyakitkan."
Dia hanya tersenyum...
Aku semakin yakin bahwa keputusan yang dia ambil salah karena sangat berbahaya. Aku tidak peduli jika dia tidak menyukainya tetapi itu semua untuk kebaikannya karena tidak mungkin bagi siapa pun untuk menunjukkan cintanya dengan tindakan kasar.
"Kamu sangat baik, terima kasih telah mengkhawatirkanku," katanya.
Kamu menganggapku sebagai teman yang sangat baik dan bisa menjadi tempat berbagi masalah. Aku menjadi teman curhatanmu dan merasakan semua penderitaanmu, kamu meyakinkanku secara tidak langsung bahwa aku hanya bisa sampai titik ini berada di sisimu.
Tidak lebih dari sekedar teman...
Semakin aku mencoba melangkah mendekatimu seolah ada jarak diantara kita, kamu semakin menjauh dariku. Terlintas di pikiranku saat Ino, Sara dan Shion meyakinkanku untuk menyerah karena Sakura sangat mencintai Sasuke dengan segala resiko yang akan dia hadapi. Aku hanya bisa termenung saat Sakura menerima telepon dari Sasuke. Aku tidak mengerti kenapa dia terlihat baik-baik saja dia masih bisa menahan semua yang dia rasakan mungkin karena betapa dia mencintai Sasuke sehingga dia tidak peduli dengan dirinya sendiri?
***
Keduanya seolah tak terpisahkan. Aku mendengar bahwa hubungan mereka telah membaik meskipun tidak terlihat sepenuhnya baik. Niat awalku untuk memberi pelajaran pada Sasuke sepertinya hilang saat aku melihat Sakura begitu menerima apapun yang Sasuke lakukan padanya, dia sangat kuat.
Di malam awal musim dingin aku ditemani oleh Shion. Aku bisa berakhir dengannya karena ketiga gadis itu suka bermain game tapi aku berpura-pura bodoh dan hanya mengikuti arus karena mereka adalah temanku mungkin mereka hanya bersenang-senang denganku.
Duduk di bangku yang disediakan di taman kota sambil minum segelas cokelat hangat dan mengobrol sederhana. Aku dan Shion tidak begitu akur karena aku tidak terlalu suka dengan sikap kasarnya meskipun dia berbicara dengan nada yang sopan.
"Malam ini salju pertama akan turun," katanya.
"Ya."
"Hei, apakah kamu masih tidak menyukaiku?"
"Biasa saja."
"Ketika kamu berbicara dengan mereka berdua, kamu sangat baik ketika kamu berbicara denganku, kamu sangat cuek."
"... Itu hanya perasaanmu bahwa aku seperti itu."
"Sejujurnya, aku berharap bisa mengenalmu lebih baik."
"Alasannya..."
Dia tampak terkejut dan terus menatapku. Aku hanya menatap lurus ke depan menikmati pemandangan begitu banyak orang yang bersemangat menyaksikan salju pertama turun. Rasanya begitu kosong. Aku tidak tahu harus berbuat apalagi, aku diam-diam merasa frustrasi ketika memikirkan Sakura dan Sasuke.
"Apa yang kamu pikirkan? Kamu terlihat sedih," katanya.
"Aku sedang memikirkan sesuatu."
"Apakah kamu memikirkannya lagi? Dia sudah punya pacar, kamu harus melupakannya."
"Tidak, aku tidak akan melupakannya."
"Lihat aku ketika kita sedang berbicara."
"..."
"Kamu harus menyadari bahwa dia tidak menyukaimu meskipun kamu berusaha keras semua yang kamu lakukan sia-sia kamu pantas mendapatkan kebahagiaanmu sendiri."
"Kamu benar," kataku.
Itu saja yang aku katakan untuk membuatnya berhenti dengan kata-katanya, niatnya baik tetapi aku tidak mungkin menyerah di tengah jalan.
***
Semuanya berlalu sampai musim semi tiba dan ketika bunga sakura akhirnya mekar, nilai ujian diumumkan di papan buletin. Syukurlah, aku berhasil masuk 10 besar. Aku senang bisa masuk universitas elit yang diimpikan Sakura di masa depan.
Ketika sore hari semua orang bersiap untuk pesta api unggun untuk merayakan hari kelulusan bersama bagi yang tidak lulus mereka memilih untuk pulang terlebih dahulu.
Selama hari-hari SMA-ku, aku tidak bisa menjadi kekasih Sakura sampai hari kelulusanku. Aku merasa menyesal dengan akhir seperti ini dan mulai memikirkan masa depan. Aku, Ino, Sara dan Shion selalu bersama tetapi akhirnya ada kenyataan yang mengejutkan ketika Sara dan Shion akan belajar di luar negeri.
Mereka terlihat sedih karena akan berpisah bagaimanapun caranya mereka selalu bersama dan tertawa bersama. Aku juga merasa seperti itu karena mereka berdua sangat baik kepadaku dan selalu memberiku banyak hal positif.
Shion ingin mengatakan sesuatu yang penting. Aku mengikutinya ketika aku melihat ke belakangku, aku melihat Sara dan Ino hanya tersenyum, aku tidak tahu apa arti senyuman mereka.
Aku merasa gugup ketika aku mengikutinya, dia membawaku sampai ke ruang ganti perempuan? Apa yang dia pikirkan membawaku ke tempat seperti ini? Dia menarikku masuk. Dia bersandar di dekat pintu, kami saling berhadapan matanya begitu tajam itu menunjukkan begitu banyak tekad yang kuat. Aku bertanya-tanya hal apa yang akan dia katakan.
"Aku ingin mengatakan sesuatu sebelum kita berpisah," katanya.
"Ya, katakan saja," jawabku.
Bersambung.
Coba tebak Shion mau ngomong apa? Dan jangan salahin Naruto klo kayak gak peduli soalnya dia cuma fokus ma satu cewek.
— 新章節待更 — 寫檢討