3. Melihatmu.
Betapa bahagianya kamu, aku bisa melihat rona merah di pipimu menunjukkan bahwa kamu sedang terpesona olehnya. Langkahku berat untuk mendekatimu padahal aku hanya ingin bertanya kenapa kamu memblokir kontak kita? Aku berharap kamu tidak melakukannya dengan sengaja. Aku harap kamu memilihnya karena paksaan.
"Sakura, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."
Di perpustakaan, aku memiliki kesempatan bertanya padamu nemun mengapa kamu hanya diam dan ragu untuk berbicara. Aku tidak percaya ada jarak yang begitu jauh di antara kita sekarang.
"Maaf..."
Aku menyentuh sehelai rambutmu, kamu menghindarinya seolah-olah kamu tidak ingin aku menyentuhnya. Melihatmu bertingkah seperti itu membuat dadaku sakit meski aku hanya ingin selalu berada di dekatmu meski kamu bukan milikku.
"Aku ingin tahu mengapa kamu memblokir kontak kita," kataku.
"Maaf, karena aku sudah punya pacar, aku tidak ingin ada masalah di kemudian hari," jawabnya.
Jadi pilihannya memang terdengar masuk akal tapi menyakitkan jika aku berpikir seperti itu, aku hanya mengikuti egoku. Aku meraih lengan kirinya saat kamu hendak pergi. Aku tidak ingin kamu pergi begitu saja. Pikiranku ingin melepasmu tapi hatiku menolak karena kamu begitu berarti bagiku meski matamu mulai membenciku.
"Tolong diam sebentar. Aku ingin berbicara denganmu sedikit lebih lama."
"Naruto, aku tidak bisa karena aku sudah punya pacar. Aku tahu kamu punya perasaan padaku tapi jujur saja, kita hanya berteman dan tidak lebih. Jika seseorang sudah memiliki pasangan, kita harus memprioritaskan hubungannya."
Aku hanya bisa membiarkannya pergi. Aku hanya bisa melihatnya berjalan menjauh dariku. Aku melihat begitu banyak pasang mata yang menatapku. Aku bisa menebak bahwa mereka berpikir negatif tentangku.
Aku memutuskan untuk mengembalikan buku dan pergi. Aku tidak ingin tinggal di perpustakaan lebih lama lagi.
***
Sebulan telah berlalu aku hanya bisa melihatnya dengan orang lain. Terkadang aku mengikuti mereka berdua pergi berkencan sampai aku memakai topi dan masker untuk menyembunyikan identitasku.
Suatu ketika aku harus membuat pilihan untuk memakai kostum maskot beruang dan membagikan balon kepada anak-anak, aku memberikan balon kepadanya ketika dia pergi berkencan. Aku melihat dengan jelas senyum bahagiamu saat kamu menerima balon sambil memeluk lengan sasuke. Tanpa sadar aku meneteskan air mata dan bersyukur karena aku sedang memakai kostum maskot saat itu.
Aku hanya bisa melihat punggung mereka saat mereka pergi. Aku sadar apa yang kurasakan saat ini adalah kecemburuan dan kesedihan yang menyelimuti hatiku tapi aku hanya bisa melakukan ini jika aku lebih banyak bertindak dan mengatakan betapa aku mencintaimu pasti kamu akan menolakku dengan tegas.
Aku berharap suatu hari kamu menyadari bahwa aku mencintaimu lebih dari kekasih mu saat ini karena kita pernah menghabiskan lebih banyak waktu saat itu. Kamu mungkin membuat pilihan yang salah sekarang, tetapi nanti ketika kamu mengerti betapa dalam aku mencintaimu, kamu akan menoleh padaku dan mengerti seperti apa dalamnya cintaku padamu.
Di festival kembang api di musim panas ketika langit malam dihiasi dengan kembang api yang indah, aku bisa melihatmu begitu bahagia meski kamu tidak bersamaku, aku hanya melihat dari kejauhan sambil menikmati secangkir kopi instan.
"Lebih baik kau menyerah, aku saja sudah menyerah."
Aku melirik ke kanan dan menemukan bahwa orang yang bergumam di sebelahku adalah Yamanaka Ino, sepertinya dia sudah benar-benar menyerah pada Sasuke. Yukata ungu bermotif lily itu membuat beberapa pria menatapnya. Aku tidak menyangka dia akan diabaikan begitu kejam oleh Sasuke saat itu. Kami hanya berdiri bersandar di dinding melihat pemandangan yang membuat kami merasa seperti berada di kapal yang sama.
Aku tersenyum dan berkata, "aku tidak mungkin menyerah pada gadis yang kucintai." Dia menatapku dengan tatapan aneh sampai mulutnya sedikit terbuka, mungkin dia terkejut dengan kata-kata tidak masuk akal ini.
"Aku tidak menyangka kalau kau akan menjadi tipe yang jujur, aku pikir kau hanya orang aneh yang sedang bucin."
"Hahaha, kamu tidak salah jika mengatakan aku bucin."
Aku tersentak karena tiba-tiba mata kami bertemu karena Sakura entah sengaja atau tidak dia menatapku tapi tak lama kemudian dia menatap Sasuke. Ino yang berada di sampingku menghela nafas dan menepuk bahu kananku dengan tangan kirinya, dia merasa bahwa aku mungkin tidak memiliki kesempatan untuk memiliki Sakura.
"Kau harus menguatkan hatimu, Naruto."
"... Iya."
Aku menerima tawaran Ino saat dia mengajakku jalan-jalan agar kami bisa tenang. Kami berhenti di beberapa warung untuk bermain. Aku ingat bahwa aku dulu seperti ini dengan Sakura. Tiba-tiba Ino meraihku dan berbisik agar kami berpura-pura pacaran. Dia berencana untuk membuat Sasuke dan Sakura cemburu tetapi jika itu tidak berhasil setidaknya kita bisa mengikuti mereka dengan aman tanpa dicurigai sebagai penguntit.
Dia menarikku lebih dekat ke mereka berdua, kami sebenarnya bisa melihat satu sama lain dari dekat tapi aku kesal melihat Sakura merangkul lengan Sasuke. Aku terkejut bahwa Ino melakukan hal yang sama kepadaku, mungkin dia memulai sebuah rencana.
"K-kalian pacaran? Sejak kapan!"
"Sudah sebulan," kata Ino pada Sakura.
"Aku tidak menyangka dia playboy," gumam Sakura.
Aku terkejut dengan apa yang dia katakan padaku seperti itu. Aku melirik Ino dengan gugup tapi dia tertawa. Aku merasa sangat malu pada Sakura yang mungkin mengira aku adalah tipe pria yang menggoda gadis lain padahal aku sudah punya pacar.
"Selamat, kalian benar-benar cocok...pecundang dan jalang," kata Sasuke.
Ino tampak terkejut sampai-sampai dia melepaskan rangkulan tangannya. Tanpa basa-basi aku meraih Sasuke dan meninju wajahnya tapi sayangnya dia mengelak sehingga aku memukul pipi kirinya. Aku tidak percaya masih ada orang yang tidak memiliki sopan santun seperti dia tidak peduli dengan perasaan orang lain!
Cukup banyak orang yang menyaksikan pertarungan kami berdua tapi aku lebih dominan memukulinya hingga aku memojokkannya ke tanah! Sakura menghentikan tanganku dia memohon padaku untuk memaafkan Sasuke yang telah berbicara kasar dia memohon dalam-dalam. Aku hanya bisa melakukan apa yang dia inginkan. Aku tidak menyangka dia akan lebih membelanya dan terlihat sangat khawatir meskipun itu adalah kesalahan Sasuke.
"Hiks... Sasuke..."
Aku tersentak saat melihatmu membantunya bangun sambil menangis seperti itu. Aku merasakan sakit di dadaku karena aku belum pernah melihatmu menangis sebelumnya, aku bahkan tidak pernah membayangkan kamu akan menangis. Kamu melihatku penuh kebencian dibalik air matamu. Aku merasa sangat bersalah ketika kamu menatapku seperti itu. Aku hanya ingin memberinya pelajaran yang tepat, aku menyadari dari tatapanmu yang membuatku sadar betapa salahnya aku karena telah memukul kekasihmu yang kamu cintai.
Aku melihatmu pergi tanpa menoleh ke belakang. Aku sangat takut kamu akan sangat membenciku. Ketika aku ingin mengejarnya, Ino menghentikanku dan memintaku untuk mengobati luka di tangan dan wajahku. Aku hanya bisa menyerah ketika tubuhku terasa lemah dan kepalan tanganku terasa perih. Ino mengobati tanganku dan membalutnya, untungnya ada Apotek di dekat tempat festival. Aku tersenyum kecut, membayangkan Sakura membalut tanganku sekarang, pada dasarnya aku harus menerima kenyataan bahwa Sakura bersama Sasuke, bukan bersamaku.
Hikss...maaf, ini semua salahku kau jadi seperti ini."
"Ini bukan salahmu, ini salahku."
"..."
Aku hanya bisa menatap kosong dan merasakan kehangatan di pipiku yang tidak kusangka akan terlihat begitu menyedihkan lagi. Tanpa sadar aku menghapus air mata Ino. Aku berharap Sakura tidak menangis seperti Ino tapi aku ingat hal menyakitkan melihat Sakura menangis seperti itu membuat dadaku ngilu. Aku merasa lelah sampai ingin memejamkan mata sampai-sampai aku membayangkan pipi Ino memerah...mungkin karena dia terlalu banyak menangis dan bersimpati denganku.
Bersambung.
Wah, parah ada yang jatuh cinta? Aduh, alurnya kok malah gini? Tolong jangan tabokin penulisnya...hehe...