Seketika anak-anak lain menatap ke arah laki-laki yang memberi usul. Begitu juga dengan Andre yang merasa penasaran.
"Bagaimana caranya?"
Laki-laki itu meringis. Ia mengangkat kedua bahunya kemudian menggeleng. Hal itu membuat anak-anak lain yang bersemangat seketika tertunduk lemas.
"Ada apa dengan mereka, Hugo? Sepertinya hal buruk terjadi," ucap Illona yang tidak sengaja melihat ke arah Andre dan anak-anak lain. Illona dan Hugo memang duduk sedikit berjauhan dengan anak-anak lain hingga kedua remaja itu tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Terlebih lagi sejak tadi Illona dan Hugo asyik berbincang sendiri.
"Yah, mereka memang sering seperti itu, abaikan saja," sahut Hugo. Ia menggeleng melihat tingkah teman-temannya itu.
Illona tertawa dan mengiyakan perkataan Hugo, setelah itu mereka pun kembali berbincang dan mengabaikan sekitar. Hingga rasanya seluruh halaman belakang sekolah hanya ada mereka saja tanpa ada orang lain yang mengganggu di sekeliling keduanya.
Sayangnya, waktu mereka bersama sudah habis, bel masuk kembali terdengar yang menandakan mereka harus kembali ke kelas masing-masing. Andre juga sudah mengajak Illona dan Hugo untuk segera kembali ke kelas sebelum guru datang lebih dulu.
Kini ketiga remaja itu berjalan berdampingan setelah berpisah dengan teman-teman yang lain. Setibanya di ruang kelas Hugo yang lebih dulu dilewati, Andre masuk terlebih dahulu melalui pintu belakang. Sedangkan Hugo masih melangkah menemani Illona. Sebab, laki-laki itu tidak mau membiarkan gadis di sampingnya berjalan seorang diri di lorong panjang yang masih dipenuhi anak-anak lain.
"Masuklah," ucap Hugo singkat.
Illona mengangguk diiringi senyum hangat. Gadis itu pun segera masuk hingga membuat Hugo berbalik untuk kembali ke ruang kelasnya.
"Wah-wah, murid teladan kita sekarang kerjaannya cuma pacaran terus," ucap Clara yang tengah duduk bersandar sembari melipat tangannya di perut.
"Clara tenanglah, jangan cari gara-gara lagi," ucap salah satu sahabat Clara.
Sayangnya gadis itu menepis tangan sahabatnya yang berusaha menenangkan dirinya. Ia merasa kesal karena kalah begitu saja dari gadis yang terkenal pendiam. Namun, Clara yang masih saja mengatakan kata-kata pedas seketika diam karena tatapan Illona yang terasa menusuk.
Alhasil, gadis itu pun diam karena dia tidak mau membuat masalah dengan Illona. Ia masih teringat mimpi buruk akan hari itu. Hari di mana akhirnya dia dimarahi oleh pihak sekolah dan disudutkan oleh teman-teman lain. Terlebih lagi, orang tuanya yang merasa malu ikut mengancam Clara agar tidak menyentuh Illona kalau dia tidak mau diusir dari keluarganya.
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Namun, belum semua anak keluar dari ruang kelas masing-masing, sebab siswa di ruang kelas Illona masih harus mengerjakan beberapa soal lagi baru boleh keluar.
Hugo yang sudah keluar kini berjalan melewati kelas Illona. Laki-laki itu mengintip dari jendela dan berusaha mendapat perhatian gadis yang tengah menunduk sibuk mengerjakan tugas di hadapannya.
Sayangnya, Illona yang sudah fokus pada buku tidak tertarik dengan apa pun, hingga ia pun tidak menyadari kehadiran Hugo apalagi tingkah laki-laki itu yang sedang melambai-lambai sembari melompat.
"Apa yang kamu lakukan?" ucap guru yang tidak sengaja melihat Hugo. Suara guru seolah membantu Hugo agar Illona dapat melihat ke arahnya dan hal itu memang benar terjadi.
Hampir satu siswa di kelas Illona menatap Hugo yang kini tengah berdiri sembari tersenyum malu.
"Maaf, Pak! Saya sedang lewat," ucap Hugo sembari menunduk. Guru meminta laki-laki itu untuk pergi dan tidak mengganggu. Hugo pun hanya mengangguk, tetapi ia masih berdiri di sana karena tidak ingin kehilangan kesempatan akan Illona yang sudah menatap ke arahnya.
Dengan gerak mulut Illona bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"
"Aku tunggu kamu di bawah. Oke?" jawab Hugo dengan menggunakan gerak tangan dan gerak mulut.
Illona mengangguk. Hugo pun langsung pergi setelahnya. Ia kembali menemui Andre yang menunggunya di ruang kelas.
"Sudah bertemu Illona?" tanya Andre begitu Hugo datang.
"Sepertinya masih ada tugas dari guru. Kita tunggu di bawah saja," jawab Hugo.
Andre pun mengangguk. Ia bangkit dari duduknya dan memasukkan ponsel ke saku. Laki-laki itu kemudian menyusul Hugo yang sudah lebih dulu melangkah. Hingga akhirnya kedua sahabat itu pun melangkah bersama menyusuri lorong yang sepi.
"Hei, aku punya foto gadis itu loh. Apa kamu mau?" ucap salah seorang anak laki-laki yang berpapasan dengan Hugo dan Andre.
Awalnya Hugo tidak menghiraukan apa yang ia dengar, sampai kemudian ia mendengar kalimat lain yang keluar dari bibir laki-laki itu.
"Foto apa? Foto siapa?" tanya temannya penasaran.
"Itu si anak suram. Foto saat pakaian dalamnya kelihatan," jawab laki-laki itu.
Hugo seketika menghentikan langkahnya saat mendengar apa yang siswa itu ucapkan.
"Hei, ada apa?" tanya Andre yang sudah berada di depan Hugo. Laki-laki itu terkejut melihat raut wajah Hugo yang dipenuhi amarah. Dia pun sekali lagi bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
"Hei! Berhenti kalian!" ucap Hugo dingin.
"Hah? Kalian? Siapa?" tanya Andre bingung dengan siapa yang Hugo maksud.
Sedangkan dua pria yang berada di belakang Hugo menghentikan langkahnya karena suara yang terdengar. Mereka kemudian sama-sama berbalik.
"Kamu memanggil kami?" tanya kedua laki-laki itu untuk memastikan.
Andre yang baru mengetahui ada orang lain mulai menengok karena kedua laki-laki itu tertutup tubuh Hugo. Ia kemudian bertanya kepada Hugo apa yang terjadi. Namun, sahabatnya itu tidak mendengarkan pertanyaan yang terlontar untuknya.
Hugo justru berbalik dengan cepat dan menatap tajam ke arah dua pria yang kini berada di hadapannya. Saat salah satunya berbicara, Hugo pun mengetahui bahwa dialah pria yang memiliki foto Illona. Dengan segera Hugo melangkah cepat menghampirinya dan langsung memukul wajahnya begitu saja.
"Hei, Hugo!" teriak Andre yang terkejut dengan sikap tiba-tiba sahabatnya itu. Ia pun segera berlari mendekat dan berusaha membatu satu laki-laki lainnya untuk melerai mereka. Namun, ia kesulitan menarik sahabatnya yang benar-benar terbakar emosi.
Laki-laki yang sudah menjadi korban tonjok Hugo bahkan kini berbaring di lantai. Sedangkan Hugo sendiri, kini berada di atasnya dengan memegangi kerah dan satu tangannya lagi siap untuk melayangkan pukulan. Namun, sedang ditahan oleh Andre.
"Ada apa? Kenapa Kamu memukulku tiba-tiba? Apa kamu gila?" tanya laki-laki yang tengah terbaring. Pertanyaan itu mewakili apa yang Andre dan laki-laki satunya ingin ketahui.
Dengan penuh amarah Hugo pun menjawabnya. Ia menjelaskan apa yang didengarnya hingga membuatnya merasa marah. Ketiga orang itu pun terkejut mendengar perkataan Hugo. Andre bahkan ikut emosi dan ingin sekali memukul laki-laki itu lagi. Namun, tindakannya berhasil dihentikan oleh laki-laki yang sebelumnya berjalan bersama tersangka.
Bukannya merasa bersalah, laki-laki yang kini tengah terbaring justru menyengir menatap Hugo. Ia kemudian berkata ....