Illona yang hampir tidak pernah berdiri di depan cermin, kini justru menatap benda yang dapat memantulkan bayangannya. Ia sudah berdiri hampir tiga puluh menit di depan benda mati itu sembari sesekali menyibakkan poninya.
"Apa benar begini lebih bagus?" gumam Illona. Ia menyibakkan poni, kemudian menurunkannya lagi seperti biasa. Hal itu terus berlangsung selama ia berdiri sembari menatap dirinya sendiri. Kegiatan gadis itu pun berakhir saat telinganya mendengar suara ponsel yang berbunyi.
Begitu melihat ke layar yang menyala, Illona melihat nama Sarah tertera di sana.
"Bagus! Kebetulan sekali!" seru Illona penuh semangat. Gadis itu lantas menjawab panggilan video dari sahabatnya dan segera meminta pendapat Sarah tentang dua gaya berponinya.
Sarah yang masih terkejut karena tiba-tiba ditanya seperti itu enggan menjawab. Ia bahkan mengomeli Illona yang tidak memberikan salam terlebih dahulu.
"Huhu, maafkan aku!" seru Illona. "Halo Sarah!" sapa gadis cantik itu.
"Iya-iya, halo!" sahut Sarah. Gadis itu lantas bertanya kenapa Illona tiba-tiba membutuhkan pendapat yang tidak pernah ia tanyakan.
Yang Sarah tahu, sejak dulu Illona tidak pernah peduli dengan gaya rambut. Gadis itu selalu membiarkan rambutnya terurai dengan poni panjangnya, atau terkadang hanya mengikat satu rambutnya di bawah. Sarah bahkan beberapa kali ingin menyeret paksa Illona ke salon untuk mengubah penampilan. Namun, gadis itu tetap bersikukuh untuk mempertahankan penampilannya. Hingga pertanyaan Illona kali ini pun benar-benar membuat Sarah terkejut dan tidak tahu apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.
"Ah, tunggu! Aku tahu!" seru Sarah. Gadis yang semula tengkurap, kini membenarkan posisinya dan segera duduk dengan benar.
"Ta-tahu apa?" tanya Illona panik. Dia takut Sarah menebak dengan benar karena sahabatnya itu cukup peka dengan keadaan.
"Ini pasti karena teman barumu itu 'kan? Siapa namanya? Huji?" Sarah mendongak dan mengetuk pelan dagunya dengan jari telunjuk.
"Hugo!" Seru Illona membenarkan. Gadis itu merasa terganggu saat mendengar nama laki-laki yang dikenalnya menjadi berubah.
Mendengar sahabatnya penuh semangat, Sarah pun tertawa terbahak-bahak. Ia sebenarnya mengingat nama laki-laki itu. Hanya saja dirinya sengaja untuk menggoda Illona. Dan benar saja, gadis itu termakan dengan jebakannya dan memberitahu sendiri apa yang tidak Sarah ketahui.
Sekarang ini wajah Illona benar-benar memerah. Ia malu dan kesal di saat yang bersamaan. Tipuan Sarah yang seperti itu, tidak hanya satu atau dua kali dilakukan, tetapi tetap saja dirinya terjebak dalam perkataan sahabatnya itu.
Illona pun kembali menggiring topik perbincangan mereka. Ia meminta Sarah untuk kembali fokus dan berhenti tertawa. Namun, sahabatnya itu seolah tidak mendengarkan apa yang dikatakannya. Tawanya justru semakin kencang, ditambah tubuh yang sedang berguling-guling di atas tempat tidur.
"Huh! Ya sudah aku matikan saja!" ancam Illona.
"Eh! Eh! Jangan!" Sarah langsung duduk dengan sempurna dan berusaha menahan tawanya. Setelah beberapa saat tenang, ia pun meminta maaf pada Illona dan tidak akan tertawa lagi.
Kini sepasang sahabat itu mulai berbicara serius. Illona kembali mengulang pertanyaannya dan menunggu jawaban dari Sarah.
"Bukankah sejak dulu aku selalu memintamu mengganti gaya rambut? Tapi kamu tidak pernah menuruti perkataanku. Jadi, sebenarnya apa yang laki-laki itu katakan sampai-sampai kamu meributkan poni yang sudah seperti tirai itu?" Sarah bertingkah seperti dirinya sedang kesal. Padahal gadis itu hanya penasaran tentang apa yang akan sahabatnya ucapkan.
"Sarah!" seru Illona.
"Hah, iya, iya! Akan aku jawab," ucap Sarah. "Kalau kamu tanya aku, tentu saja lebih cantik dan lebih cocok dengan poni yang kamu sibakkan. Ya, kalau tidak kamu bisa memotong ponimu lebih pendek, atau mungkin mengubah gaya rambut sekalian. Pokoknya kamu tidak bagus dengan poni yang sekarang. Apa-apaan itu poni panjangnya hampir menamai hidung!"
"Ta- tapi, aku tidak percaya diri," sahut Illona.
"Aduh kamu ini!" seru Sarah kesal. "Kenapa tidak percaya diri? Bukankah aku sudah bilang kalau kamu cantik? Hugo juga pasti berkata seperti itu 'kan?"
Illona mengangguk. Meski begitu, ia belum siap dengan pandangan banyak orang.
Karena tahu sahabatnya tidak akan berubah pikiran dengan mudah, Sarah pun mulai mengalihkan pembicaraan. Jika tidak, ia sadar bahwa mereka akan terus membicarakan hal yang tidak ada habisnya.
Meski sudah berbeda pembahasan, tetapi topik utama perbincangan mereka tetaplah 'Hugo'. Sarah masih penasaran dengan hubungan mereka hingga laki-laki itu mampu membuat IllOna kebingungan. Namun, dengan kukuh gadis itu terus memberitahu Sarah bahwa mereka hanyalah teman biasa.
"Apa kamu menyukainya?" tanya Sarah. Pertanyaan gadis itu membuat Illona terkejut.
Dengan wajah memerah dan suara terbata-bata, Illona menjawab, "A-apa maksudmu? Ke-kenapa aku harus menyukainya?"
Illona yang gugup membuat Sarah tertawa terbahak-bahak. Ia rasanya ingin masuk ke ponsel dan berteleportasi ke samping gadis yang tengah memerah wajahnya.
"Jadi kamu belum menyadarinya? Kalau suka dengan Hugo?"tanya Sarah lagi.
Pertanyaan Sarah yang berulang membuat Illona menjawab dengan jawaban yang sama pula. Gadis itu dengan tegas terus mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai Hugo. Ia hanya tanya mengenai poni karena merasa penasaran.
"Astaga masih membahas poni? Ini sudah bukan poni lagi, Illona!" Sarah tampak geram dengan sahabatnya itu.
"Lalu apa? Mengenai aku yang suka dengan Hugo? Aku sungguh tidak menyukainya," ucap Illona.
Karena Sarah tahu bahwa Illona akan tetap bersikukuh, akhirnya gadis itu pun mengalah. Ia mengiyakan saja ucapan Illona yang berkata bahwa dirinya tidak menyukai Hugo. Meski begitu, Sarah tetap berkata bahwa cepat atau lambat Illona akan menyadari perasaannya. Ia hanya berharap bahwa sahabatnya itu tidak menyesal karena terlambat menyadari sesuatu yang sudah pasti.
"Jangan membuatku takut dengan berkata seperti itu!" seru Illona.
"Apa? Berkata apa? Astaga kenapa kamu menyalahkanku sejak tadi?"sahut Sarah.
Dengan lirih Illona menjawab, "I-itu, tentang menyesal."
Sarah tertawa lagi. Ia tidak menyangka kepolosan Illona masih bertahan hingga saat ini. Gadis itu benar-benar tidak berpikir bahwa sahabatnya akan percaya dengan kata-kata yang ia lontarkan.
"Sudahlah, Illona. Sekarang fokus ke hidupmu. Cari sesuatu yang bisa membuatmu bahagia dan pertahankan jika sudah mendapatkannya!" seru Sarah. Setelah mengatakan hal itu, Sarah pun meminta Illona mengakhiri percakapan mereka karena ada hal lain yang sedang menantinya.
Illona mengangguk, tidak lama kemudian panggilan mereka pun terputus.
"Pertahankan ya?" gumam Illona sembari menunduk dengan wajah yang memerah. Namun, tidak lama kemudian ia mendongak dan menatap pantulan dari dirinya lagi.
"Pertahankan?" tanya Illona pada dirinya sendiri. Bibir gadis itu tidak henti-hentinya menggumamkan kata itu karena dia kepikiran dengan apa yang Sarah katakan. Namun, karena tidak tahan dengan jantung yang berdetak kencang, Illona pun menggeleng dan kemudian pergi ke tempat tidur.