Mengabaikan keberadan Lucas, aku lebih dulu menyambangi penjaga kasir yang tengah menggenggam belanjaanku.
"Berapa totalnya?" tanyaku.
"Semuanya dikenakan biaya, 55 dolar."
Jumlah itu terbilang lumayan ketika aku berada dalam posisi membawa dompet berisi uang. Sialnya aku lupa (lagi) tak membawa cukup amunisi material sebagai alat tukar barang. Dengan enggan namun terpaksa, aku menoleh pada Lucas yang masih setia menatapku dengan raut jengah. 'Apa lagi?' aku bisa mendengarnya bertanya demikian meski tanpa suara. Sorot mata muak itu menjelaskan segalanya.
"Aku akan ganti uangmu setibanya kita di rumahku!" Aku tak bisa menahan intonasi suara agar tak bisa lebih rendah dari itu.
Tanpa banyak kata Lucas memberikan kartu debit dari dalam dompetnya—Oh! Aku baru melihat orang semacam Lucas memiliki kartu debit, sungguh mulianya dia membayar belanjaan orang sembari memamerkan harta miliknya. Ku rasa, Lucas sudah naik level dalam hal menjadi menyebalkan.