"Saat Phobos mengejar kami dan saat kami benar-benar terdesak ada satu nama yang seketika muncul saat itu," dia menatapku terdiam. "Ibu," aku balik tersenyum padanya. "Dulu mungkin aku akan bertanya, kenapa harus aku yang memiliki ibu seperti dia. Wanita bodoh yang menelantarkan kedua anaknya untuk memenuhi semua keinginan laki-laki ambisius yang harus aku panggil dengan 'Ayah'. Orang yang bahkan tega membunuh putrinya dan jelas akan meninggalkannya seberapa banyak pun dia berkorban untuknya. Ibuku yang memberikan masa lalu yang sangat buruk untukku. Saat memisahkan aku dengan kakak dan tega menitipkanku pada wanita tua kesepian yang pikun," dia mendekat. "Tapi sekarang aku tidak membencinya, aku bersyukur memilikinya. Karena semua hal buruk itu adalah apa yang membuatku seperti sekarang. Aku ingin menghadapi ini, bukan berlari. Karena aku ingin tau akan menjadi apa aku nanti dengan aku bisa menyelesaikannya".