Nyaliku sedikit menciut, tapi aku harus mengatakan ini agar dia paham. "Karena tidak ada alasan lagi untukku berada disana," ucapku dengan suara bergetar, "kak Zie sudah meninggal, dan aku tidak mau mengalami hal itu dua kali. Aku tidak sanggup jika harus menjalani hidup, sementara jiwaku sudah mati," jelasku frustasi.
Ekspresi kaget terlihat jelas di wajah Zie, berikutnya dia justru tersenyum padaku. Dia memintaku mengikutinya ke tepi sungai Ibu, dan aku hanya mengikutinya tanpa banyak bertanya.