下載應用程式
93.75% One Click / Chapter 15: Petunjuk Terakhir

章節 15: Petunjuk Terakhir

Riko yang merasa penasaran pun menggunakan kedua otot tangannya untuk bisa naik mendekati Dito. Terlihat Dito dengan mata berbinar memandang ke arah kertas yang putih tadi.

"Apa yang Lu temukan?" tanya Riko.

"Lihatlah!" ucap Dito dengan segera menunjukkan kertas putih yang perlahan menunjukkan gambar.

"Kok bisa?" tanya Riko.

"Saat Gua mau bakar kertas ini, tiba-tiba keluar gambar. Makanya Gua biarkan kertas ini berada di dekat api agar semua gambar dan tulisan yang ada keluar," jelas Dito.

"Oke, Gua paham," ucap Riko dengan anggukan.

"Gunting, batu, kertas," ucap Dito.

"Maksudnya suit?" ucap Riko yang daya nalarnya begitu lambat.

"Gua juga enggak ngerti nih. Tunggu dulu!" ucap Dito yang kemudian menunjuk ke bawah lembaran.

"Semut, gajah, dan tanda tanya. Apa maksudnya?" tanya Riko.

"Dit, Andin, Dit!" teriak Jessy dengan nada yang tinggi.

Riko dan Dito dengan segera turun. Terlihat Andin telah terkulai lemas di atas pangkuan Jessy. Sepertinya Andin sudah tak lagi kuat menahan dinginnya ruangan.

"Ndin, Ndin!" panggil Dito sambil membelai lembut pipi Andin.

"Kita harus segera nemuka puzzle nya, kalau enggak bisa mati kedinginan kita di sini," ucap Jessy dengan bibir yang kini mulai ikut membiru.

"Kami nemuin ini," ucap Dito yang kemudian menunjukkan gambar yang ada.

"Gunting, batu, kertas, gajah, semut?" ucap Jessy setelah melihat gambar yang ada di kertas putih itu.

"Api, apa ada hubungannya dengan api? Soalnya tadi kertas ini terlihat setelah dekat dengan api," ucap Riko yang kini terlihat mulai serius membantu. Sepertinya tumbangnya Andin cukup membuat Riko terpukul dan kembali mengingat tujuannya, untuk membawa pulang kembali teman-temannya.

"Telunjuk!" ucap Jessy setelah beberapa saat berpikir.

"Telunjuk? Apa maksudnya?" tanya Dito yang semakin cemas melihat napas Andin tak lagi terasa saat jarinya berada di ujung hidung Andin.

"Gunting, batu, kertas merupakan lambang suit. Begitu pula suit yang kita kenal. Jika kelingking dianggap semut dan jempol dianggap gajah, maka hanya satu jari yang tidak ada. Jari telunjuk."

Penjelasan Jessy terdengar masuk akal, hingga Dito menganggukkan kepalanya. Sedangkan Riko ternganga mendengar penjelasan Jessy. Kini tatapannya tak lagi memandang Jessy seperti sesuatu yang menjijikkan melainkan bangga dan mulai terkesan.

"Oke, telunjuk. Sekarang apa yang bisa kita lakukan dengan telunjuk?" tanya Dito.

"Telunjuk, menunjuk bukan?" ucap Riko yang tak mau kalah, ia juga ingin dipandang bermanfaat saat ini.

"Bisa jadi," ucap Jessy sambil menyentuh pipinya dengan telunjuknya berulang kali.

"Sentuh!" ucap Dito. "Zaman sekarang kita menggunakan banyak elektronik dengan cara menyentuh bukan?" imbuhnya.

"Ya, tapi apa yang mau disentuh?" tanya Riko yang mulai merasa pusing sendiri akan teka teki yang ada.

"Tombol atau layar?" ucap Jessy.

"Tombol? Tombol apa? Layar? Papan tulis?" ucap Riko sembari menunjuk ke arah papan tulis yang sebelumnya menunjukkan cahaya dan tulisan.

"Yah, papan tulis. Coba periksa bagian depan dan belakang papa tulis. Bisa jadi ada sesuatu tombol yang bisa ditekan di sana!" pinta Jessy masih dalam keadaan terduduk memangku kepala Andin.

Dengan cepat Dito dan Riko mendekati papan tulis. Mereka melihat dari sisi kanan dan kiri. Namun, tidak terlihat apapun di sana.

"Lu, yang di sini!" ucap Dito kepada Riko. Mereka pun berpindah tempat untuk memastikan sisi papan tulis.

"Turunin papannya!" ucap Jessy dengan nada kesal. Ia merasa kedua pria ini hanya baik dalam hal otot, namun kurang cerdas dalam akal.

Riko dan Dito setuju, keduanya mengandalkan otot dan mengangkat papan tulis tipi itu hingga kini berada di atas lantai.

"Gila ya, nih papan kenapa mendadak berat banget!" ucap Dito dan Riko bersamaan.

"Setidaknya, otot kalian jadi bermanfaat. Daripada hanya dibuat untuk bertarung enggak jelas," ucap Jessy.

Sesuai dugaan, ada sebuah kotak hitam tepat di dinding. Kotak yang jika di dunia nyata tidak pernah ada.

"Sialan! Ada kode angkanya," ucap Dito.

"Lu yakin angka? Bisa jadi huruf kan?" ucap Riko yang mulai memakai akalnya.

"Berapa kotak yang harus di isi?" tanya Jessy.

"Tujuh," jawab Dito setelah menghitungnya sambil menggerakkan jari jemarinya.

"Ada tombol lain enggak di sana?" tanya Jessy kembali.

"Ada satu tombol dengan lambang R."

"Tekan tombol itu!" pinta Jessy.

"Lu yakin?" tanya Dito dengan nada meragu.

Jessy mengangguk. Dito pun dengan segera menekan tombol itu dan terbuka sebuah papan kecil menyerupai keyboard. Bedanya ini berbentuk layar sentuh.

"Apa yang keluar? Angka atau huruf?" tanya Jessy.

"Keduanya," ucap Dito yang kemudian menghembuskan napas berat dari mulutnya.

"Lu coba tekan satu huruf," ucap Jessy.

"Huruf apa?"

"A."

Dito dengan tatapan meragu mulai menekan huruf A. Namun, keluar bunyi "Tet!" dan lambang "X" pada layar.

"Salah," ucap Dito dengan mata mengernyip.

"Kalau begitu, angka 2."

"Lu, jangan ngasal, Jess. Kita bisa celaka jika terus salah."

"Jadi Lu maunya kita diam dan enggak buat apa-apa begitu?" tanya Jessy dengan nada sewot.

Melihat Dito yang masih terdiam, Riko tiba-tiba menekan angka 2 dan lagi-lagi terjadi hal yang sama. Bunyi disertai lambang X.

"Yah, Lu, Ko," ucap Dito sambil menghentakkan kaki kanannya.

"Apa lagi, Jes!" ucap Riko yang seakan tak memperdulikan omongan Dito.

"Z, Ko!" pinta Jessy.

Riko yang hendak menekan pun dihalangi oleh Dito. Namun, Riko bersikeras menekannya hingga tanpa sadar ia malah tertekan huruf 'Y'.

"Yah, Lu, Dit. Gara-gara Lu nih!" ucap Riko.

"Lihat!" ucap Jessy yang ternyata menyadari kalau tak ada bunyi dan lambang X. "Enggak ada bunyi dan lambang X kan? Coba lihat kotak-kotak itu lagi!" pinta Jessy dengan semangat.

"Ada, Jess. Huruf Y pada kotak kedua dari urutan terakhir," ucap Dito dengan semangat. Lalu Dito dan Riko saling melompat kegirangan.

"Woi, fokus. Belum kelar. Setidaknya kita jadi tahu, kalau kodenya huruf bukan angka. Kini kita cukup menebak kata apa yang menjadi pasword-nya," jelas Jessy dengan wajah penuh sumringah.

Semua mulai menatap layar kotak kembali. Mereka berusaha mencari kata yang sesuai jumlahnya dengan yang kotak inginkan. Namun, konsentrasi mereka mendadak buyar karena melihat Andin yang kejang-kejang lalu kembali diam seperti orang mati.

Dito yang sedari tadi sudah begitu merasa cemas, dengan segera meraih tubuh Andin dalam pelukannya. Ia memeluk erat tubuh gadis yang begitu ia cintai.

"Jangan tinggalin Gua, Ndin!" teriak Dito dengan air mata yang keluar dari sudut matanya.

"Dit, bukan Lu aja yang kehilangan. Kita harus segera mencari kode agar selamat," pinta Jessy.

"Bener, Dit. Kalau kita bisa keluar dari permainan ini, berarti kita bisa menyelamatkan semua nyawa teman-teman kita," ungkap Riko sambil menepuk lembut punggung Dito.

"Ayo kita fokus mencari pasword-nya. Biarkan Dito menenangkan diri dulu," ucap Andin dengan tatapan serius. Serta dibalas dengan anggukan Riko.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C15
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄