"Kau sebaiknya tak hidup seperti sedang menebus kesalahan di masa lalu," kata Nenek Insun. Max menunduk dan merasa malu karena suara hatinya terdengar begitu jelas oleh Nenek Insun. Situasi itu terasa seperti Max sedang telanjang di depan perempuan yang dihormatinya.
"Saya tidak yakin bisa seperti itu. Setelah apa yang saya lakukan. Semua ini seperti saya sedang memanen buah dari pohon yang saya tanam," kata Max dengan sedih.
"Memang benar. Tapi kau harus menikmatinya dan kalau kau pikri kau harus membuang buah yang membusuk, buang saja. Kalau ternyata buah itu beracun dan meracuni banyak pihak, lalu harus dicabut sampai ke akar-akarnya, maka lakukan, lakukan yang terbaik untuk semua pihak. Kau sudah tahu takdirmu sekarang," nasehat Nenek Insun meresap ke dalam jiwa Max. Mendengar nasehat itu, Max merasakan kesejukan sedikit demi sedikit memasuki rongga dadanya.