Kedua pendekar Tionggoan itu juga sempat terhuyung-huyung. Hampir saja meraka jatuh tersungkur ke tanah. Untunglah dua orang tersebut segera menguasai dirinya kembali, sehingga mereka tidak jadi mencium tanah.
Sayangnya, hal tersebut justru merupakan petaka baginya. Tepat sebelum Pendekar Angin dan Manusia Berpedang Delapan mendapatkan posisinya, tahu-tahu Pendekar Pedang Pencabut Nyawa sudah ada di depan mata.
Pedang pusaka di tangannya bergetar. Dua kali tusukan beruntun dilayangkan. Setelah itu, Raka segera menghentikan gerakannya. Dia masih berdiri mematung, memandangi dua orang pendekar di depannya saat ini.
Begitu juga dengan mereka. Dua pendekar Tionggoan itu turut memandagi Pendekar Pedang Pencabut Nyawa.