***
Buk!
Buk!
lagi-lagi ditempat yang sama.
Hikaru sampai terbiasa.
bayangan hitam menakutkan, hingga seseorang menyeretnya pergi.
dan mendadak ruangannya berubah.
"kau baik baik saja Hikaru?" seru suara itu, bayangan hitam..., siapa?
dan dia berbalik, tersenyum lebar.
senyuman yang menakutkan.
dan menjadi trauma terbesarnya.
"kasihan sekali...adikku ini.." seru bayangan itu, Hikaru mundur hingga menyentuh dinding. ruangan yang mendadak menjadi sangat pengap, dan berwarna gelap. seperti sebuah kamar.
yang terasa sangat familiar.
kenapa..?
Hikaru ketakutan, Hikaru merasakan nafasnya seolah tercekat. berada di ruangan kamar yang terasa sangat sempit, Hikaru melihat ke arah sekitar. ada jendela satu-satunya dengan bulan purnama, bulan yang seolah melihatnya, sebagai saksi dalam diam. semua kekejian dan semua kekejaman yang dilakukan oleh kakaknya, salah satu bayangan hitam yang membencinya.
malam yang terasa begitu sunyi.
begitu dingin, tidak ada suara apapun yang keluar. selain suara gesekkan, Hikaru melihat ke depan dimana kakak nya yang tengah mencari sesuatu dalam sebuah tas kecil yang berwarna hitam.
tas..yang sangat mengerikan.
Hikaru bisa membayangkan hal yang akan keluar dari tas itu, tas kecil yang berisikan benda tajam yang digunakan untuk menyiksanya. Hikaru perlahan membulatkan matanya, merasakan rasa ketakutan yang merambati tubuhnya.
tanpa ada yang tau. sendirian.
"t.. tidak.." bisik Hikaru.
mendadak semuanya mengelap, dan Seperti benang kusut saat sebuah siletan dikeluarkan dari tasnya, Hikaru tanpa sadar terjatuh dari tempatnya, dan berlari mencari tempat sembunyi.
Hide and Seek. yang mengerikan.
Hikaru mengarahkan kedua matanya memutar ke arah sekitar, mencoba untuk menemukan tempat berlindung, hingga Hikaru menemukan sebuah lemari. Hikaru tanpa pikir panjang, masuk ke dalamnya, memasuki lemari yang ada satu-satunya dikamar itu.
Tunggu...bau anyir apa ini--?
saat Hikaru meliriknya dari tempat duduknya, mendadak jantung Hikaru terasa terhenti saat melihat banyaknya halaman nilai tertulis disana, nilai yang sempurna dengan darah menghiasi.
darah...siapa ini--? kakaknya-?
melukai dirinya sendiri-?
"kemana kau adikku..?, Hika~ru~..?" tanya kakaknya mencari, Hikaru menutup mulutnya mencoba untuk tidak mengeluarkan suara isakan.
dari celah lemari. Hikaru bisa melihat kakaknya yang berupa bayangan hitam, yang berjalan di ruangan hampa itu.
berusaha mencari sesuatu. beberapa helaian kertas ulangan, pekerjaan dan yang lainnya yang seharusnya sangat sempurna perlahan penuh dengan darah, bayangan hitam itu menari-nari, dan memotong tangannya sendiri dan membuat genangan darah disana. dan menenggelamkan kertas kertas itu berubah menjadi warna merah darah.
apa...apa yang terjadi-?
kenapa Hikaru melihatnya-?
bukan, bukankah Hikaru sudah pernah melihatnya sebelumnya-?
Deg!
wajah yang penuh dengan warna hitam menakutkan itu berdiri tepat di celah lemari, dia menarik rambut Hikaru kasar hingga Hikaru keluar dari sana.
mendadak lemari itu menghilang, dan Hikaru bisa melihatnya tersenyum.
senyuman yang mengerikan.
Hikaru tidak ingin melihatnya lagi.
"kak..kak" bisik Hikaru pelan.
bayangan hitam itu tertawa, tawa yang terdengar begitu menyeramkan.
"Hikaru..kau melihatnya kan?" seru kakaknya, dengan kertas yang berhamburan di sekeliling ruangan. tidak ada apapun, kertas kertas yang kini terlihat sangatlah kotor. tidak indah, melainkan penuh dengan darah.
"kau melihatnya kan?" seru kakaknya, menari-nari sendirian di kamarnya, di malam yang selalu terlihat gelap. tanpa adanya penerangan sedikitpun, Hikaru gemetaran. ketakutan melihat kakaknya, atau lebih tepatnya bayangan hitam yang terlihat seperti manusia yang sudah kehilangan kemanusiaannya, yang sedang menari-nari, mencari kesenangan yang diambil paksa darinya, dia memotong dirinya dengan siletan.
"bagaimana Hikaru...indah?"
tidakkah indah, melainkan mengerikan. ketika manusia diambang penderitaan, maka akan ada kewarasan yang terenggut. dan lama kelamaan, manusia itu akan kehilangan dirinya sendiri.
kemanusiaannya.
Hikaru melihatnya sendiri, hingga bayangan hitam itu berhenti menari. dan Hikaru merasa sangat familiar.
tanpa adanya suara, selain genangan darah. suara tapak kaki mendekatinya, Hikaru mundur hingga ke dinding, angin yang terasa begitu dingin. jendela yang terbuka, menampilkan malam hari yang selalu terlihat gelap gulita, Hikaru yang berada di jendela itu, tanpa bisa bergerak kemanapun. Hikaru bisa melihatnya Wajahnya yang berubah.
kini tanpa adanya senyuman.
dan terlihat jauh mengerikan.
"Tidak.." Hikaru mengeleng pelan, saat bayangan itu terus mendekatinya.
benda tajam di tangannya yang terlihat begitu mengerikan, membuat seluruh tubuhnya seakan merinding, hingga bayangan hitam itu tepat berada di depannya, jauh lebih besar darinya, dan Hikaru mengecilkan matanya ketakutan, bayangan hitam itu tersenyum saat melihat Hikaru begitu ketakutan saat melihatnya, siletan diarahkannya pada sekitaran mata kirinya yang sudah cacat, dan dia mempermainkannya.
"kakak.. sakit!" seru Hikaru berusaha menyingkirkan tangan kakaknya, namun kakaknya dengan cepat menepis tangan Hikaru membuatnya tercekat.
Hikaru memegang tangannya dengan gemetaran, wajahnya khususnya di dekat mata kirinya yang penuh goresan kecil yang mungkin akan hilang.
"kau menentang ku?", hal yang jauh lebih menakutkan. Hikaru terdiam, merasakan nafasnya tercekat seketika.
"ti-tidak! kakak...lukai aku saja!" seru Hikaru seraya tertawa, tertawa dengan begitu ketakutan. kakaknya yang tersenyum dan melukai Hikaru secara perlahan-lahan, ditemani oleh sinar rembulan sebagai saksi dalam diam.
tidak akan pernah terungkap.
***
Hah!
Hikaru terbangun. mimpi buruk yang akhirnya berakhir, memandangi langit langit yang selalu terlihat sama.
kenapa..?
kamar yang yang tidak lagi gelap, namun sesekali Hikaru melihatnya, Hikaru melihat ke sekeliling. sepi, tidak ada seorangpun disini. kamarnya yang sepi, Hikaru menyingkirkan selimut yang menutupi dirinya. hanya bersandar di depak jendela yang terletak cukup jauh dari kasurnya. melihat dalam diam, dan membiarkan angin berhembus pelan.
ternyata masih malam. bulan purnama yang memperhatikannya dalam diam.
kapan terakhir kali Hikaru bisa tertidur dengan tenang-?
Hikaru tidak mengingatnya.
nyatanya sejak kebohongan terungkap, kenangan terus menghantuinya.
seperti sebuah kutukan.
Hikaru melihat ke arah luar jendela yang di bukanya, pemandangan yang sepi tanpa ada seorangpun disana, kamar ini akan tetap sepi hingga menjelang pagi, karena tidak akan ada seorangpun yang kemarin, mereka sedang tertidur di rumah masing-masing, dan Hikaru yang masih terperangkap disini. di rumah sakit, setidaknya jauh lebih baik daripada rumah yang dianggapnya seperti neraka yang penuh kegelapan.
Hikaru ingin secepatnya sembuh.
dan bisa tertidur dengan tenang.
Hikaru berbalik, masih berdiri dan memandangi pemandangan kamar rumah sakit, tidak ada lemari, lemari yang menjadi bagian dari traumanya.
setidaknya Hikaru tidak akan ketakutan, Hikaru duduk lagi di kasurnya. selimut putih yang cukup tebal, melindunginya dari rasa dingin malam ini. namun tidak cukup untuk membuat Hikaru bisa melupakan rasa dingin yang membuat Hikaru tidak bernafas dengan benar.
rasa dingin malam itu. saat kakaknya, terus menerus menyiksanya malam demi malam, hingga Hikaru tidak bisa lagi menghitung hatinya. yang Hikaru tau, setiap malam purnama adalah malam yang mengerikan, dan anginnya yang terasa menyelimuti dirinya dan membuat Hikaru tidak dapat bernafas.
rasa dingin yang mengurungnya dalam diam. tanpa ada seorangpun yang tau.
Hikaru membaringkan tubuhnya di atas kasur. menutup matanya perlahan.
menanti malam agar segera berakhir.
***