Saat itu dan ke depannya menjadi titik kehidupan baruku. Mulai saat itu, aku bukanlah milik siapa-siapa kecuali Sang Pencipta. Dia tidak memiliki siapa-siapa kecuali Sang Maha Esa.
Aku yatim piatu tak berkerabat nasab. Aku benar-benar sendirian. Tak ada ayah, paman, bibi, kakek-nenek, sepupu atau apalah itu. Ah, sebenarnya ayahku belum mati, tapi aku sudah membunuhnya dalam ingatanku. Aku hanya Arjuna Ronivanendra, sebatang kara.
Namun, tetap saja. Meski aku mengeraskan hati, setiap hendak tidur, air mataku selalu jatuh membasahi bantal. Kadang kala meratapi takdir yang kurasa kejam.
Hidup di panti memang lebih nyaman, disediakan tempat tidur dan makan. Dengan tugas-tugas lain, aku tidak masalah. Aku mengerjakan apa yang ditugaskan kepadaku, termasuk memberi makan ternak atau membersihkan kamar mandi.