Ketika Aqilla dan anggota keluarganya yang lain sedang sarapan, tiba-tiba datang seseorang ke rumahnya. Aqilla mengenali suara tersebut.
"Siapa itu nak? Pagi-pagi gini udah sampai aja." Tanya Ibu Aqilla.
"Kayanya si itu suara Dika deh Bu. Bentar ya aku samperin dulu." Kemudian Aqilla berdiri dari duduknya dan menghampiri suara tersebut.
"Waalaikumsallam. Dika. Ngapain pagi-pagi gini udah di rumah gua aja? Lu udah mulai sekolah lagi?"
"Iya nih. Ga enak juga gua kalo lama-lama sekolah. Gua ke sini mau jemput lu. Bareng sama gua aja ya ke sekolahnya."
"Gimana ya..."
"Ini sebagai tanda ucapan terima kasih gua aja kok karena lu udah bantuin gua."
"Gua bantuin lu ikhlas kok."
"Iya gua tau. Tapi please lah."
"Yaudag. Lu udah sarapan belum? Mau sarapan dulu? Masih jam 6 ini."
"Hmm, boleh deh."
Abighail mengajak Dika untuk sarapan bersama. Dan ternyata tawaran Aqilla tesebut di terima dengan senang hati oleh Dika.
"Assalamualaikum, Bu, Pak, kak."
"Waalaikumsallam. Siapa ya?" Tanya Ibu Aqilla.
"Saya Dika, Bu."
"Ohh Dika... Marih sini duduk. Kita sarapan bersama."
Kemudian Aqilla dan keluarganya kini kembali melakukan sarapan pagi di meja makan. Dengan tambahan orang yang bukan termasuk anggota keluarga dari mereka semua, yaitu Dika.
Setelah Aqilla dan Dika selesai sarapan bersama. Mereka berdua pun pamit untuk berangkat ke sekolah kepada Ibu, Ayah, dan kakak Aqilla.
"Yaudah kalo gitu aku sama Dika berangkat sekolah dulu ya Bu, Yah, kak."
"Iya nak. Hati-hati ya Dika bawa motornya." Pesan Ibu Aqilla kepada Dika.
"Iya Bu. Saya akan jaga anak Ibu sebaik mungkin, hehe."
"Yaudah ah, pamit. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam." Tidak lupa juga Aqilla dan Dika menyalami tangan kedua orangtua Aqilla dan kak Anindira.
Selama dalam perjalanan, Aqilla dan Dika banyak bercerita tentang Dika selama di penjara dan nasib kak Rian ketika dia ketahuan telah memfitnah Dika. Ternyata yang telah di jelaskan oleh Dika, kak Rian itu ga bersalah, tetapi kakak dari kak Rian lah yang sudah memutuskan sesuatu secara sepihak.
Jdi waktu itu ceritanya....
*****
Di rumah Aqilla.
"Terserah lu mau ngomong apa," ucap Dika yang kemudian pergi menggunakan sepeda motor miliknya dengan kecepatan yang sangat tinggi.
"Itu si Rian ngapain ngikutin gua," ucap Dika di dalam hati ketika melihat dari spion sepesa motornya bahwa kak Rian sedang mengikuti dirinya. Dan kecepatannya pun lebih tinggi daripada Dika.
Kemudian kak Rian berhasil mendahului Dika. Kak Rian berteriak untuk mengancam Dika supaya Dika tidak menganggu Aqilla lagi. Namun di sayangkan, tiba-tiba saja terdapat truk yang lewat di hadapan mereka berdua. Yang melihatnya duluan adalah Dika, karena kak Rian pada waktu itu sedang menengok ke arah Dika dan terus berbicara kepada Dika.
"Rian... Awas!!"
Tetapi sangat di sayangkan, kecepatan kak Rian sudah sangat tinggi. Sehingga walaupun dia mengeremnya, tetapi mengeram dengan cara mendadak tidak dapat memberhentikan motor dengan cara yang tepat. Untungnya kak Rian tidak terlindas dengan truk tersebut. Kak Rian bisa mengalihkan arahnya menjadi ke arah yang berbeda. Namun tetap saja dia menabrak sebuah dinding besar milik rumah seseorang. Dika yang melihat kejadian tersebut dengan mata kepalanya langsung menolong kak Rian.
"Rian. Rian. Ya ampun. Gua harus telpon ambulan sekarang."
Kemudian kak Rian di bawa ke rumah sakit oleh Dika pada saat itu juga. Makanya pada hari yang sama, kak Rian dan Dika tidak ada di sekolah.
Ketika kak Rian sedang di tangani oleh Dokter, salah satu suster memberikan handphone milik kak Rian kepada Dika. Dika melihat kontak milik kak Rian yang bisa di hubungi. Di sana ternyata kak Rian lebih sering menghubungi kakaknya daripada orangtuanya. Langsung saja Dika menelpon nomor kakak dari kak Rian tersebut. Dan kakak dari kak Rian itu langsung datang ke rumah sakit.
"Gimana keadaan ade saya?"
"Masih di tangani Dokter, Bang."
"Kok bisa kaya gini? Kenapa?"
"Ceriranya panjang Bang."
"Pasti lu kan. Pasti lu yang udah nabrak ade gua." Tiba-tiba saja kakak dari kak Rian itu langsung kenghantam Dika.
"Loh, atas dasar apa anda bisa nuduh saya?"
"Saya akan mencari bukti jika yang menabrak itu adalah kamu. Dan kamu, siap-siap akan masuk ke dalam penjara yang sangat dingin itu."
Namun entah kenapa kakak dari kak Rian itu menemukan sebuah foto plat nomor sepeda motor milik Dika. Tanpa basa-basi kakak dari kak Rian tersebut melaporkan ke polisi tentang kasus tabrak lari yang di alaminya tersebut. Dan polisi menerima laporan itu semua. Karena pada saat itu bukti dari pihak kak Rian sangat kuat dan belum ada bukti lain yang bisa membuktikan jika Dika tidak bersalah.
Pada saat itu kak Rian juga masih belum sadarkan diri. Maka dari itu Dika berharap sekali jika kak Rian cepat sadar dan menceritakan semua cerita yang sebenarnya. Namun ketika kak Rian sudah sadar, katanya kakaknya tersebut tidak menceritakan jika dirinya akan memasukan Dika ke dalam penjara. Kakak dari kak Rian itu juga sudah cepat-cepat melaporkan masalah itu ke polisi. Sampai akhirnya Dika berhasil di bawa oleh polisi.
"Ohh, jadi gitu ceritanya Dik?"
"Iya."
"Salah gua juga ya. Kenapa waktu itu gua ga tanya masalah itu semua ke kak Rian. Gua ga minta klarifikasi dulu darinya. Gua juga jadi merasa bersalah deh karena gua udah main benci kak Rian begitu aja. Ternyata yang salah itu kakaknya, bukan kak Rian."
"Udah, lu jangan salahin diri lu sendiri. Lu ga salah kok. Justru gua berterima kasih banget sama lu karena udah mau cari bukti kebenaran tentang gua."
"Iya, sama-sama. Terus lu kan sempat di dalam penjara tuh kurang lebih 2 hari. Itu gimana rasanya?"
Kemudian Dika pun menceritakan itu semua kepada Aqilla. Di dalam penjara itu rasanya sangat dingin. Karena lantainya itu tidak di alaskan oleh apa-apa, tetapi langsung rengan ubin begitu saja. Untungnya para napi yang berada di dalam penjara tersebut tidak seperti napi-napi yang ada di sinteron. Yang ceritanya para napi tersebut galak-galak dan seram-seram. Napi yang di temukan oleh Dika waktu itu sangat baik. Mereka semua sangat ramah dan justru malah menenangkan Dika selama dia di penjara.
"Oh ya? Gua kira semua napi jahat-jahat, haha."
"Engga lah. Ini gua buktinya. Napi yang sangat baik dan tidak sombong."
"Yehhh, malah narsis lu."
"Hahaha. Terus lu, gimana ceritanya bisa nemuin barang bukti buat gua?"
Aqilla memang selama ini belum sempat menceritakan itu semua kepada Dika. Akhirnya pada saat ini juga Aqilla menceritakan itu semua kepada Dika.
"Keren juga ya lu sama Keisya. Kirain lu berdua bocah yang sukanya nyusahin doang haha."
"Ihh, enak aja."
"Udah sampai tuan puteri di sekolahnya, haha."
"Makasih."
Di jalan saling bercerita satu sama lain membuat mereka berdua tidak sadar jika kini mereka berdua sudah sampai di sekolah.
"Ihh, itu kan Dika. Kok udah sekolah ya? Jangan-jangan dia itu buronan," ucap salah satu siswa yang melihat kedatangan Dika di sekolah.
-TBC-