Dia menepuk pundak istrinya pelan, bukan nggak mau nyium tapi di laranh. Kata istrinya, jangan nyosor-nyosor nanti kebablasan, terus lupa lagi nyelesaikan masalah yang menurutnya udah selesai.
Tapi karena di sini dia yang salah, ya udah lah nurut aja. Namanya bucin sama anak SMA, dia harus mengikuti pola pikir yang di buat rumit sama Cia. Pelan-pelan nanti dia akan buat istrinya lebih berpikir santai.
Cia tersentak kaget, dia menoleh menatap suaminya. Dia tatap dengan lekat, mencari kebenaran, suaminya ada liat atau nggak.
Kayaknya nggak ada. Kalo ada mustahil si Dhika melepasnya begitu saja tanpa di nista.
"Kamu kenapa?" Tanya Dhika dengan wajah bingung. Ngeri-ngeri sedap istrinya ini, mudah kali berubah sikap. Tanpa sadar Dhika merapatkan kedua kakinya.
Cia berdehem setelah menemukan jawaban yang buat tambah pusing, dia pasrah aja, "nggak usah di bahas lagi yang begituan, percuma. Udah mendarah daging, saya kalo marah mang begitu, lebih tepatnya kalo udah sakit hati."