Cia melerai pelukkannya, "besok malam? Nggak jadi malam ini?" Ada nada kecewa dalam diri Cia.
"Ya, besok malam. Kamu terlihat sangat gugup malam ini. Kamu belum siap secara mental, kita lakukan perlahan. Mengerti?"
"Kalau di tunda, saya makin nggak tenang pak. Sekarang aja yok? Biar cepat siap." Tuntut gadis itu dengan wajah memohon frustasi.
"Dengarkan saya. Moment itu sangat penting untukmu dan saya, semua harus berjalan seirama, tenangkan dirimu. Saya ingin meninggalkan kesan yang baik, berharap kamu akan merindukannya dan menyusul saya kesana."
"Apa sedahsyat itu?"
"Mungkin. Semua tergantung besok malam seperti apa kamu menerima dan menikmatinya."
Cia menghela napas lagi, tapi kali ini dia tenang, nggak gugup sama sekali.
"Semoga saya bisa melakukannya dengan baik."
"Terima kasih kamu sudah mengabulkan permintaan saya. Dengan begitu saya tenang meninggalkan kamu yang sudah sah menjadi milik saya."