Hatinya udah jedag-jedug juga sebenarnya, tapi harus jaga gengsi. Jangan sampe Dhika merasa di atas angin. Oh, tidak bisa Marimar.
Sudut bibir Dhika berkedut, jawaban istrinya jadi boomerang sendiri untuk pertanyaannya. Buat stress nggak sih istri kayak gini?
"Kenapa diam? Bapak nyesal? Masih bisa di batalin, saya mah ok aja mau gimana juga."
"Saya tidak menyesal atas apa yang sudah saya putuskan. Mengenai dirimu yang menyesal, itu urusanmu." Ketusnya.
Seegois itu makhluk Tuhan paling nyinyir berjenjis kelamin laki-laki yang sayangnya jadi jodohnya ini. Untung cakep, jadi ketolong.
Cia ngangguk, "lupain aja, sekarang makan dulu. Mungkin emosi di picu karena rasa lapar." Cia menyodorkan pasta dan langsung di sambut oleh Dhika.
Selama makan Cia menyuapi Dhika, kesannya romantis padahal ribut terus yang satu mau pakek kentang, yang satu nggak rela bagi-bagi makanan kesukaannya, alhasil saling sindir sampek makanan itu habis.
Sweet nggak? nilai ajalah sendiri.