Dhika mengalah, nggak sanggup melayani teori istrinya, dia menghubungi Boy dan meminta pria itu memesankan beberapa makanan berat. Jadi, selagi dia mandi istrinya akan sibuk dengan menu yang tersaji.
"Gitu dong, jadi cowok jangan perhitungan. Oh ya, omong-omong kita dua hari di sini, bukannya berlebihan pilih kamar VIP? Sayang duitnya pak." Menurutnya terlalu mewah untuk numpang tidur doang.
"Kalau saya pilih kamar paling murah kamu akan mengatakan saya dzolim." Jelas Dhika dengan wajah serius. Tidak mungkin dia memberi kamar yang biasa saja untuk pacar rasa istri.
Cia terbahak, dia berjalan mendekati Dhika dan mendongakan sedikit kepalanya, setelah mengatur napas dia berkata dengan nada menggoda, "eleh-eleh pacarnya siapa yang ngambek. Saya nggak mungkin setega itu ngatain bapak, lagipula emang bapak tahan tidur di kamar yang paling murah? Kalau saya anak pramuka tidur di hutanpun sanggup."