Makan malam tiba, Cia udah bersiap untuk mencoba jajanan pinggir jalan di sekitaran hotel. Dia menutupi wajahnya dengan syal dan kacamata.
Wajah sembab di musim dingin bukanlah sesuatu yang aneh. Orang tidak akan mengira dia habis menangis.
Lagipula siapa yang akan perduli dengan dirinya?
Suasana hatinya tidak seburuk tadi siang kecuali kalau dia bertemu bajingan gila itu.
Belum juga siap dia berpikir, hal itu sudah terjadi. Bajingan itu sudah ada di depan kamarnya, seketika moodnya langsung terjun dari balkon. Cacingnya yang tadinya bernyanyi senang karena akan makan banyak jajan seketika diam dan cemberut karena melihat Dhika.
Mereka bisa lihat dari mata Cia.
Nggak enak kali kalau udah kayak gini. Pikir mereka.
Tanpa mau perduli Cia berjalan menuju lift, dia benar-benar menganggap Dhika orang asing dan itu menyakitkan untuk pria yang sejak satu jam lalu sudah berdiri di depan kamarnya.