"Yang satu menjadi penggosip yang handal, satunya menjadi pendengar yang baik." Dia menatap kedua siswa-siswinya yang menunduk takut.
Ralat cuma Fandi yang takut.
Dhika duduk di depan mereka diikuti pak Ramlan.
"Sudah selesai? Kalau belum saya dan pak Ramlan akan menunggu, kalian bisa melanjutkan." Sindirnya lagi.
Dia melihat mulut istrinya komat-kamit, dia yakin saat ini segala macam kalimat antah berantah keluar dari bibir mungil itu.
Fandi mengambil alih, dia tidak ingin Cia kena masalah, "maaf pak, saya yang mengajak Cia bicara lebih dulu."
"Eh, bukan. Saya duluan yang datang nyamperin dia. Kami punya kesalah pahaman yang harus di luruskan. Mumpung bapak dan pak Ramlan belum datang ya udah saya ambil kesempatannya." Jelas Cia.
Dia nggak mau Fandi nangguk kesalahannya, walau bisa di bilang ini bukan kesalahan dia juga.
"Sekarang sudah selesai salah pahamnya?" Sengaja Dhika menekan kata 'salah paham' biar istrinya tersindir, tapi nggak juga.