"Tan." Rengek Maya. Wanita itu segera memekuknya. Dalam hati dia malu pada gadis ini karena suaminya berkata dengan kasar.
Fandi tiduran di ranjangnya, senyumnya terbit saat mengingat Cia yang udah mau senyum lagi sama dia. Dia bersyukur dengan kejadian ini.
Dia dan Cia bisa berhubungan baik lagi, dengan begitu dia bisa mulai mengejarnya lagi.
"Fan." Suara Maya merusak kesenangan hatinya.
"Benar apa yang Cia bilang. Lo itu Lampir, bisa enyah nggak dari hidup gue?" Suara Fandi sama sekali nggak lembut begitu pun dengan ekspresi wajahnya.
"Sayang, kamu nggak boleh ngomong gitu ke Maya." Tegur ibunya.
"Nggak usah sok manis. Setelah ngelahirin gue, lo pergi dan nitipin gue di keluarganya dia. Buat hidup gue layaknya pecundang karena terus jadi pengawalnya dia. Lo pikir layak manggil gue dengan sebutan itu?"
selamat membaca semuanya, jangan lupa tinggalkan komentarnya guys, biar aku semangat update.