"Kamu ternyata suka ceritain saya di belakang?" Kan betol, udah Cia duga suaminya ini dendaman, pasti di bahas.
"Itu yang waktu saya berantam sama Maya, bapak kan udah tau." Jelas Cia setenang mungkin.
"Dari cara bicara sahabatmu itu, lebih dari sekali pembahasan kalian."
"Nggak usah percaya pak, mulut Aneth bau jigong emang, suka fitnah dia."
"Saya tidak percaya." Ketus Dhika.
'Ok, mode ngambek ni pak tua' batinnya.
"Ya udah saya ingat-ingat dulu, pas lebaran saya minta izin lahir batin. Gimana?"
"Kamu ini--" Dhika nggak sanggup berkata-kata dengan istrinya ini. Jago kali buat hati dia adem.
"Pak, temenin saya cari mic ya?"
"Besok Boy akan membelikannya untukmu." Cia mengangguk senang. Nggak perlu keluar uang sepuluh juta, terus nggak payah ganti rugi. Kan Dhika inisiatip beliin.
"Transfer aja sepuluh jutanya."
"Lah kok?" Lagi berbunga-bunga hatinya langsung kebakar.
selamat membaca ya? jangan lupa tinggalkan jejak komentar biar makin semangat nulisnya